9/27/2008

BUNDA MARIA SECARA PRIBADI MENGAJARI DIA

Claude Newman dijadwalkan untuk mati di kursi listrik, ia telah membunuh seorang kulit putih yang memperkosa istrinya. Di penjara, Bunda Maria datang kepadanya setelah ia mulai memakai Medali Wasiat, Bunda Maria berkata kepadanya : “Jika kamu ingin menjadi putraku, mintalah seorang imam Katolik untuk datang.”

Claude menuruti perintah itu dan masuk ke Gereja Katolik. Dijadwalkan untuk mati pada tengah malam, ia menerima pengunduran hukuman matinya selama 10 menit sebelum ia harus mati. Kisah nyata ini diceritakan oleh Pastor Robert O’Leary.

Claude ambruk mentalnya, kami berpikir itu merupakan suatu reaksi dari kenyataan bahwa ia akan mati. Dia berkata : “Oh, engkau tidak mengerti, Bapa Pastor, engkau tidak tahu, kalau saja anda pernah melihat wajahnya dan menatap matanya, anda tidak akan mau hidup untuk satu hari lagi saja. Apa salahku dalam minggu-minggu terakhir ini, sehingga Allah menolakku untuk pulang ?” Claude tersedu-sedu seperti seorang yang benar-benar putus asa.

Ketika Sheriff pergi, aku berkata : “Claude, sekarang sudah lewat tengah malam. Aku akan memberi kamu komuni.” Ia merasa tenang setelah menerima komuni, lalu ia bertanya : “Mengapa, mengapa aku masih harus di sini selama 2 minggu ?”

Secara spontan aku berkata : “Claude, kamu lihat orang kulit putih di sana itu, yang membencimu lebih dari pada membenci orang-orang kulit hitam lainnya. ? Mungkin Bunda Suci ingin agar kamu mempersembahkan penolakan ini untuk bersama dengan Bunda berusaha untuk pertobatannya.”

“Bagaimana mungkin ?” tanya Claude.

Aku berkata : “Mengapa tidak kamu persembahkan kepada Tuhan, setiap saat kamu masih dipisahkan dari Bunda Maria, supaya ia menerima rahmat untuk tidak terpisah dari Allah secara kekal ?” Claude terdiam dan aku meninggalkan salibku bersama dia dan pulang ke rumah.

Aku kembali pada sore harinya, Claude sangat tenang dan pendiam, ia mengembalikan salibku dan berkata : “Ya, aku akan berdoa baginya, tetapi aku mempunyai berita bagimu. Oh, Bapa Pastor, orang itu dahulu sangat membenciku, apalagi ia membenciku sekarang.” Aku menyakinkan dia bahwa ini adalah suatu pertanda baik.

Dua minggu telah lewat, Claude dieksekusi mati tanggal 4 Februari 1944, aku tak pernah melihat seseorang yang menyongsong kematiannya dengan sangat bahagia dan sangat bergembira. Juga para petugas yang menyaksikannya dan para wartawanpun sangat kagum. Mereka tidak dapat mengerti bagaimana seseorang dapat duduk di kursi listrik, benar-benar bersinar karena bahagia. Kata-kata terakhirnya bagiku : “Pastor, aku akan ingat pada anda, kalau anda mempunyai permohonan, mintalah padaku, aku akan memohonkan pada Bunda Maria.”

Dua bulan kemudian, orang kulit putih yang sangat membenci Claude akan dihukum mati. Orang ini telah meninggalkan istri dan 2 orang putra belasan tahun dan 2 orang putri yang tinggal bersamanya. Ketika istrinya mengetahui di mana ia berada, ia berusaha mendapatkan kembali 2 putrinya. Petugas ditugaskan untuk mengambilnya, tetapi orang itu membunuh salah seorang petugas dan petugas satunyapun dilukai sampai luka parah, sebelum ia ditahan. Ia mempunyai anak dengan putrinya yang pertama, dan ia sedang hamil lagi. Anak laki-laki tertua dan putri satunya mempunyai seorang anak, ini menunjukkan betapa bejatnya moral dalam keluarga ini. Ayahnyalah orang yang paling kotor dan paling tidak bermoral yang pernah kutemui. Dia menaruh rasa benci pada Tuhan, dan ia juga menaruh rasa benci pada setiap ajaran spiritual.

Ketika tiba waktunya untuk eksekusi, Dr.Padesta, seorang dokter di daerah itu, membujuk dia supaya paling tidak ia berlutut dan berdoa Bapa Kami sebelum Sheriff mau menjemputnya. Jawabannya adalah ia meludahi wajah dokter itu, para penjaga meringkusnya dan menariknya ke kursi. Di kursi itu ia mulai bersumpa-sumpah. Ketika Sherif itu datang dan berkata kepadanya : “Kalau kamu mau mengatakan sesuatu, katakanlah sekarang.” Tiba-tiba orang itu berhenti bersumpah-sumpah dan melihat ke sudut atas ruangan, di wajahnya terlihat ketakutan yang sangat hebat dan dari mulutnya keluar jeritan yang menyeramkan. Lalu ia berseru : “Sherif, bawakan aku seorang imam.”

Aku kebetulan ada di ruangan itu, karena hukum mengharuskan seseorang yang dihukum mati harus ditemani oleh seorang imam. Aku sedang bersembunyi di balik kedua petugas dan seorang wartawan, karena orang itu berkata bahwa ia akan mengutuk Allah kalau ia melihat seorang imam ada di situ. Sekarang ia malah memanggil seorang imam.

Aku keluar dari persembunyianku dan berkata : “Aku ada di sini.”

“Bapa, dengarkanlah pengakuan dosaku, aku seorang Katolik.” Jawabnya.

Ia dibesarkan dalam sebuah keluarga Katolik sampai berusia 18 tahun, lalu karena ia tidak bermoral dan penolakannya untuk bertobat dan memperbaiki kelakuannya, ia menolak absolusi dari seorang imam, karena itu ia meninggalkan Gereja dengan kebencian.

Sherif mengosongkan ruangan, aku berdiri di samping kursi selagi ia mengakui semua dosa-dosanya. Aku memberikan absolusi lalu memberi tanda bagi Sherif dan yang lainnya untuk kembali. Ketika mereka kembali, Sherif Williamson, seorang Episkopal yang taat bertanya : “Pastor, apa yang mengubah pikiran orang ini ?”

“Aku tidak tahu, aku tidak bertanya kepadanya.” Jawabku.

Sherif Williamson berkata : “Aku tidak pernah dapat tidur kalau aku tidak bertanya.”

Lalu Sherif bertanya kepadanya : “Anakku, apa yang telah mengubah pikiranmu ?”

“Sherif, ingatkah orang berkulit hitam yang sangat aku benci ?” jawabnya dan Sherifpun mengangguk.

Lalu ia berkata : “Ia masih berdiri di sana, di sudut sana. Di belakangnya ada Bunda Maria yang sedang memegang pundaknya. Ia (Claude) berkata kepadaku, bahwa ia telah mempersembahkan kematiannya dengan Kristus yang disalibkan bagi penyelamatanku. Bunda telah mengusahakan hadiah ini bagiku : Lihatlah tempatmu ada di neraka kalau engkau tidak bertobat ! “ Saat itulah orang itu menjerit.

Eksekusi dilaksanakan, Sherif berkata padaku : “Apa yang dimaksud seseorang bila ia berkata : aku mempersembahkan kematianku dengan Yesus Kristus yang disalib ?”

Aku berkata : “Sherif, hanya ada dua orang yang tahu tentang hal ini, Claude Newman dan aku, pada saat sebelum dieksekusi, Claude berkata kepadaku : Bunda Maria ingin aku mempersembahkan kematianku dengan persatuannya dengan Putranya, maukah anda menolongku untuk mengucapkannya secara tepat ? Dengan berlutut berdampingan di dekat jeruji besi, kami membuat persembahan dari hidupnya dan kematiannya dalam persatuan dengan Kristus di salib untuk menyelamatkan manusia.”

Claude melaksanakan apa yang dikatakannya, dia dan Bunda Maria datang untuk mengatakan kepada orang itu, bahwa ia diselamatkan. Oleh karena itu kita tidak pernah boleh menganggap remeh akan kekuatan Bunda Maria.

(Oleh : Pastor Robert O’Leary)

Tidak ada komentar: