3/30/2015

SEBELUM AYAM BERKOKOK, PETRUS MENYANGKAL YESUS


Sesudah mereka menyanyikan nyanyian pujian, pergilah mereka ke Bukit Zaitun. Lalu Yesus berkata kepada mereka: "Kamu semua akan tergoncang imanmu. Sebab ada tertulis: Aku akan memukul gembala dan domba-domba itu akan tercerai-berai. Akan tetapi sesudah Aku bangkit, Aku akan mendahului kamu ke Galilea." Kata Petrus kepada-Nya: "Biarpun mereka semua tergoncang imannya, aku tidak."

Lalu kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada hari ini, malam ini juga, sebelum ayam berkokok dua kali, engkau telah menyangkal Aku tiga kali." Tetapi dengan lebih bersungguh-sungguh Petrus berkata: "Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau." Semua yang lain pun berkata demikian juga. (Mrk 14:26-31)
Para rasul bukanlah orang yang tidak berkepribadian atau berkeberanian, seandainya tidak, Yesus tidak akan memilih mereka. Petrus tulus ikhlas ketika ia mengatakan : “Sekalipun semua mereka meninggalkan Engkau, aku tidak.” Mereka semua rela mati bagi Yesus, seperti juga dikatakan oleh orang-orang yang penuh antusiasme dalam peperangan, tetapi apa yang sesungguhnya terjadi lain sama sekali. Ketika Yesus ditangkap, para rasul menjadi bingung, karena Yesus tidak menunjukkan kuasa Ilahi-Nya dan tidak melawan sama sekali. Kita keliru kalau kita mengatakan bahwa para rasul adalah pengecut sebelum mereka menerima Roh Kudus.
Reaksi mereka terhadap penangkapan Yesus adalah reaksi yang biasa sekali, melarikan diri, tetapi melarikan diri itu mengguncang seluruh dasar iman mereka karena mereka sudah hidup dengan Yesus setiap hari selama dua tahun. Petrus sendiri menyangkal Yesus bukan hanya karena ia takut, melainkan karena ia belum mengenal siapakah Yesus itu sesungguhnya.
Penyangkalan Petrus, juga adalah kejatuhan yang sungguh serius, sekalipun Allah mengampuni dosanya pada saat mata Petrus bertemu mata Yesus, dan Petrus langsung bertobat (Lalu berpalinglah Tuhan memandang Petrus. Maka teringatlah Petrus bahwa Tuhan telah berkata kepadanya: "Sebelum ayam berkokok pada hari ini, engkau telah tiga kali menyangkal Aku." Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya. - Luk 22:61-62). Tetapi kegagalan ini akan memaksa dia, sampai akhir hayatnya, untuk tidak lagi mengandalkan kekuatannya sendiri. Petrus, yang adalah batu wadas dan penanggung jawab atas Gereja Universal, akan selalu sadar dengan kelemahan pribadinya dan tidak akan menemukan kedamaian sampai ia mengikuti Yesus dengan menyerahkan nyawanya demi Dia (Aku berkata kepadamu: “Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki." Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: "Ikutlah Aku." - Yoh 21:18-19)
Penyangkalan Petrus ini, juga sangat mengherankan. Sahabatnya Yohanes dikenal baik di rumah Imam Agung, dan Petrus diperkenalkan sebagai sahabatnya (tetapi Petrus tinggal di luar dekat pintu. Maka murid lain tadi, yang mengenal Imam Besar, kembali ke luar, bercakap-cakap dengan perempuan penjaga pintu lalu membawa Petrus masuk. - Yoh 18:16). Gadis itu tahu dengan baik siapakah Yohanes dan tidak berkata apa-apa selain suatu kata ironis kepada Petrus. Tak seorangpun mengancam Petrus (Sementara itu hamba-hamba dan penjaga-penjaga Bait Allah telah memasang api arang, sebab hawa dingin waktu itu, dan mereka berdiri berdiang di situ. Juga Petrus berdiri berdiang bersama-sama dengan mereka. – Yoh 18:18), apa lagi laki-laki yang ada di sana, mereka hanya mengolok-olok dia karena lafalnya menunjukkan dengan jelas sekali bahwa ia seorang yang berasal dari Galilea, aksennya sama dengan aksen Yesus (Tidak lama kemudian orang-orang yang ada di situ datang kepada Petrus dan berkata: "Pasti engkau juga salah seorang dari mereka, itu nyata dari bahasamu." – Mat 26:73). Tetapi olokan mereka cukup menggoncangkan hati Petrus sehingga ia kehilangan kontrol diri. (Maka mulailah Petrus mengutuk dan bersumpah: "Aku tidak kenal orang itu." Dan pada saat itu berkokoklah ayam. – Mat 26:74).
Petrus percaya bahwa karena ia adalah kepala, ia akan lebih kuat dari pada yang lain. Yesus, di pihak lain, melihat misi Petrus yang akan datang, meskipun Petrus pernah jatuh, Yesus memberikan kepadanya rahmat khusus supaya ia dapat memperkuat yang lain (Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum, tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu. - Luk 22:31-32). Demikianlah cara Yesus mengerjakan segala sesuatu, Ia menyelamatkan apa yang hilang dan sesudah melihat kelemahan yang tak tersembuhkan dalam kodrat manusia Petrus, Ia menggunakan Petrus untuk memberikan kepada Gereja-Nya suatu stabilitas yang tak pernah dipikirkan oleh masyarakat manapun. Memang, kelangsungan hidup Gereja selama berabad-abad, sebagian besar, karena jasa para paus, yaitu pengganti-pengganti Petrus.
(Kitab Suci Komunitas Kristiani – Edisi Pastoral Katolik)

Tidak ada komentar: