1/21/2014

PERWIRA YANG BERHATI MULIA


Perwira itu menyuruh sahabat-sahabatnya untuk mengatakan kepada-Nya: "Tuan, janganlah bersusah-susah, sebab aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku; sebab itu aku juga menganggap diriku tidak layak untuk datang kepada-Mu. Tetapi katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. (Luk 7:6-7)

Namanya tidak tercatat dalam Alkitab, tetapi kisah Perwira Romawi yang berhati mulia ini mendapat penghormatan dari kaum Yahudi sekitarnya, bukan karena ia menyumbang bagi pembangunan rumah ibadat, tetapi karena pasti orang tersebut baik hati.
Perwira Romawi tersebut begitu menghargai hambanya, sehingga ia mengutus tua-tua Yahudi kepada Yesus untuk memohon, agar Yesus berkenan menyembuhkan hamba yang sedang sakit parah itu. Ketika Yesus menuju rumahnya, Perwira itu berubah pikiran. Lewat sahabat-sahabatnya ia memohon agar Yesus tidak perlu datang ke rumahnya, cukup Yesus katakan sepatah kata saja, maka ia yakin hambanya akan sembuh.
Perwira ini seorang Romawi, pada masa itu adalah penjajah di tanah Israel. Tetapi ia bersahabat baik dengan orang Yahudi, bahkan membantu pembangunan rumah ibadat mereka. Bagaimanapun, ia tetaplah seorang kafir bagi orang Yahudi, karena itu dia tidak berani mengundang Yesus masuk ke rumahnya. Bila seorang Yahudi masuk ke dalam rumah seorang bukan Yahudi (yang dianggap sebagai orang kafir), maka ia menajiskan dirinya. Sama seperti ketika orang Yahudi mengantar Yesus ke gedung pengadilan Roma, mereka memilih untuk menunggu di luar dan tidak ikut masuk ke dalam (Maka mereka membawa Yesus dari Kayafas ke gedung pengadilan. Ketika itu hari masih pagi. Mereka sendiri tidak masuk ke gedung pengadilan itu, supaya jangan menajiskan diri, sebab mereka hendak makan Paskah – Yoh 18:28)
Kasihnya yang begitu besar hanya demi kesembuhan seorang hamba saja ia rela berusaha mencari Yesus, meskipun bukan keluarganya, kasih tanpa syarat, itulah kasih yang diajarkan Yesus sendiri.
Pelajaran yang dapat kita lihat dari Perwira Romawi tersebut adalah :
Rela menyumbang untuk pembangungan rumah ibadat, meskipun untuk kepentingan orang lain (jajahannya)
Rela berkurban (waktu, harga diri, dsb), meskipun ada batas jenjang status social (perwira dengan hamba)
Ada niat baik, demi kesembuhan hambanya
Peduli, meskipun hanya untuk kepentingan “hambanya” (tidak egois)
Mau berusaha (mencari Yesus), mau  bersusah payah mencari/menghubungi Yesus demi kepentingan seorang hamba
Rendah hati, mau datang kepada tua-tua Yahudi, supaya mereka datang kepada Yesus untuk minta tolong
Punya harapan, meskipun hambanya dalam sakratul maut, ia tidak putus asa. Ia berharap hambanya akan sembuh melalui mujizat yang dibuat Yesus. Karena itu, ia berusaha mencari Yesus.
Penuh kasih, tidak hanya mengasihi sanak saudaranya saja, tetapi mengasihi hambanya juga
Merasa tidak layak di hadapan Tuhan
Iman yang mewakili orang lain, di sini iman Perwira itu mewakili hambanya
Penuh Iman/percaya akan “kuasa Yesus”, bahwa hanya dengan perintah saja, cukup untuk menyembuhkan yang sakit  Sering kali ada orang sakit yang minta didoakan merasa seperti belum di doakan kalau ditumpangkan tangan. Tetapi iman Perwira ini begitu kuat, sehingga Yesus sangat terkesan. Karena Perwira ini percaya, bahwa hanya dengan sepatah kata saja Yesus mampu membuat mujizat, meskipun tidak bertemu secara fisik dengan hambanya. Ia tidak tahu bagaimana teknisnya, ia hanya percaya saja bahwa sabda Yesus dapat menyembuhkan hambanya, maka mukjizatpun terjadi. Kata-kata perwira inilah yang menginspirasi Gereja untuk menggunakannya sebagai doa singkat sebelum menerima komuni : “Ya Tuhan, saya tidak pantas, Tuhan datang kepada saya, tetapi bersabdalah saja, maka saya akan sembuh.” (Luk 7:7)

Yesus tidak pilih kasih, Ia mau membuat mujizat bagi seorang perwira non Yahudi, karena Ia melihat imannya yang luar biasa, punya pengharapan, dan juga kasih sejati dari perwira itu.
-       Misteri Damsyik

Tidak ada komentar: