9/01/2008

ROH MENGAJARKAN KEBIJAKSANAAN

Aku juga datang dalam kelemahan, dengan sangat takut dan gentar (1 Kor 2 : 3). Paulus adalah panutan bagi kita. Seorang harus mengambil resiko jika ia mau mewartakan Kristus, ada orang tak mau bertindak, sebelum mereka telah siap dengan matang. Mereka belajar sepanjang hidup dan sudah patah hati sebelum mereka mulai. Pada saat kita merasa yakin dan siap dengan baik untuk mewartakan, kita tak bisa memastikan apakah Tuhan akan menggunakan kata-kata kita supaya memberikan kekuatan kepada orang lain untuk mengalami pertobatan batin dan menjadikan dia satu di antara umat pilihan-Nya.

Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh (1 Kor 2 : 4). Kekuatan Roh adalah kekuatan doa dan kekuatan derita. Roh diberikan setelah Yesus menderita dan wafat. Tetapi dengan Dia, kita dapat mengharapkan segala sesuatu. Penyembuhan dan mukjizat-mukjizat tak berguna, karena iblis juga bisa menggunakannya, kecuali kalau penyembuhan dan mukjizat itu meneguhkan iman kepada Yesus yang disalibkan, yang bertindak lewat orang-orang yang rendah hati dan hadir di dalam orang-orang miskin.

Paulus tidak berharap dianggap orang bijak atau pandai berbicara oleh pendengarnya. Namun demikian ia berbicara tentang “hikmat di kalangan mereka yang lebih matang” (Sungguhpun demikian kami memberitakan hikmat di kalangan mereka yang telah matang, yaitu hikmat yang bukan dari dunia ini, dan yang bukan dari penguasa-penguasa dunia ini, yaitu penguasa-penguasa yang akan ditiadakan – 1 Kor 2 : 6). Teks mengatakan lebih tepat “kepada mereka yang telah sempurna”. Pada saat itu ada beberapa agama yang menamakan kepercayaan mereka “sempurna”, mereka yang telah menerima informasi rahasia yang tidak diberikan kepada anggota lainnya. Begitu juga dalam Gereja ada beberapa orang yang melihat diri mereka termasuk dalam kelas yang lebih tinggi karerna karunia Roh yang mereka terima, terutama mereka yang bisa berbicara terus menerus tentang iman kepercayaan.

Tetapi Paulus menghadapi mereka dengan karunianya sebagai nabi dan rasul. Ia dapat mengajar mereka tentang kebenaran-kebenaran penting yang tidak butuh banyak kata, tetapi harus dikatakan oleh seorang yang telah secara mendalam mengalami Allah yang hidup.

Siapa gerangan di antara manusia yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri manusia selain roh manusia sendiri yang ada di dalam dia? Demikian pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah (1 Kor 2 : 11). Apa itu yang disebut rahasia Allah ? Apa yang diberikan kepada kita ? (Kita tidak menerima roh dunia, tetapi roh yang berasal dari Allah, supaya kita tahu, apa yang dikaruniakan Allah kepada kita – 1 Kor 2 : 12). Mengenal Allah berarti mengenal cara-Nya dan rencana penyelamatan-Nya. Tetapi biasanya, sulit untuk mengatakan apa yang diberikan Tuhan kepada kita untuk mengetahui dan mengalami, yaitu apakah pengalaman kita betul-betul suatu pengalaman rohani.

Kita hanya dapat mengajar kebiijakan rohani kepada mereka yang telah mencapai kematangan rohani. Oleh karena itu, Paulus mengatakan kepada umat di Korintus, bahwa kebanyakan dari mereka tidak bisa mengkritik dia.

Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani. (1 Kor 2 : 14)

Tepatnya Paulus berbicara tentang manusia daging, yang tidak bisa mencapai kebenaran Kristus. Namun demikian manusia rohani tidak harus orang yang intelektual yang dapat mengenal hal-hal Ilahi, tetapi berkat karunia Allah semua orang bisa mengenal hal-hal Ilahi meskipun bukan orang intelektual.

Manusia rohani menilai segala sesuatu, tetapi ia sendiri tidak dinilai oleh orang lain (1 Kor 2 : 15). Orang yang bisa melihat, tidak bisa meyakinkan orang buta, bahwa ada banyak warna warni, ia dapat melihatnya, dan tahu bahwa orang buta tidak dapat melihatnya, bukan karena hal itu diragukan, tetapi oleh karena orang buta tidak memiliki mata atau kemampuan untuk hal itu. Begitu jugalah perbedaan antara manusia rohani dan manusia duniawi.

(Kitab Suci Komunitas Kristiani – Edisi Pastoral Katolik)

Tidak ada komentar: