Tampilkan postingan dengan label Pesona Alkitab. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pesona Alkitab. Tampilkan semua postingan

7/24/2015

PERUMPAMAAN TENTANG PERJAMUAN KAWIN


Hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja, yang mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya. Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan kawin itu, tetapi orang-orang itu tidak mau datang – Mat 22:2-3).

Sama seperti perumpamaan tentang orang-orang yang berdalih yang ada di dalam Injil Lukas, perumpamaan tentang perjamuan kawin ini hanya ada di dalam Injil Matius.

Yesus menceritakan kisah seorang raja yang menyiapkan pesta pernikahan bagi anaknya, raja merencanakan sebuah pesta yang besar. Dia mengharapkan semua orang yang mempunyai kedudukan tinggi dan penting di istananya menghadiri pesta pernikahan tersebut. Sebagaimana kebiasaan pada waktu itu, undangan diberikan langsung kepada tamu dan tamu-tamu itu adalah para bangsawan, mereka diingatkan akan hari pernikahan tersebut. Namun mereka menolak menghadiri pesta pernikahan itu dengan berbagai alasan. Meskipun demikian, raja tersebut tetap membuat persiapan untuk pesta pernikahan. Ketika hari pernikahan anaknya tiba, dia mengutus hamba-hambanya untuk mengingatkan orang-orang penting itu, bahwa mereka diundang ke pesta

Hamba-hamba tersebut pergi dengan membawa pesan raja: " Katakanlah kepada orang-orang yang diundang itu: Sesungguhnya hidangan, telah kusediakan, lembu-lembu jantan dan ternak piaraanku telah disembelih; semuanya telah tersedia, datanglah ke perjamuan kawin ini (Mat 22:4). Tetapi tamu-tamu yang diundang tidak menanggapi, malahan bersikap menantang : ada yang pergi ke ladang, yang lain pergi mengurus usahanya, malahan hamba-hamba itu dianiaya, bahkan beberapa dari mereka dibunuh (Tetapi orang-orang yang diundang itu tidak mengindahkannya; ada yang pergi ke ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya, dan yang lain menangkap hamba-hambanya itu, menyiksanya dan membunuhnya – Mat 22:5-6).

Di dunia Timur sebagaimana sudah menjadi kebiasaan, menerima undangan kerajaan merupakan sebagai suatu kewajiban. Menolak undangan untuk menghadiri pesta pernikahan tentu mempunyai implikasi yang bisa menimbulkan kesulitan dan permusuhan. Dengan murka Raja mengirim pasukannya untuk menghukum pembunuh-pembunuh tersebut dan membakar kota mereka. Dia melepaskan kemarahannya dengan mengambil tindakan menghukum; tetapi pada saat yang sama dia juga ingin ada orang datang dan merayakan pesta pernikahan anaknya bersama-sama dengan dia. Jadi dia menyuruh hamba-hambanya ke persimpangan-persimpangan jalan untuk mengundang mereka yang mau datang ke pesta tersebut. Tidak peduli apakah itu orang baik ataupun jahat, supaya mereka datang dalam jumlah yang besar, sehingga ruangan perjamuan pesta itu dipenuhi oleh tamu-tamu  (Maka pergilah hamba-hamba itu dan mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya di jalan-jalan, orang-orang jahat dan orang-orang baik, sehingga penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu  – Mat 22:10).
Raja merupakan gambaran kebajikan Allah, dan dengan demikian menggambarkan belas kasihan dan kasih Allah yang meluas sampai kepada orang-orang berdosa sekalipun. Orang dari semua lapisan bisa menerima undangan itu dan memberi tanggapan atas panggilan Allah.
Allah mengundang kita ke suatu pesta di mana ada tempat untuk semua orang. Sepanjang sejarah, Allah selalu mengutus nabi-nabi-Nya untuk mewartakan keadilan, belas kasihan Allah dan supaya manusia percaya kepada-Nya. Tetapi bangsa Yahudi tidak mengindahkan panggilan Allah yang mengutus para nabi (Sesudah itu ia berkata kepada hamba-hambanya: Perjamuan kawin telah tersedia, tetapi orang-orang yang diundang tadi tidak layak untuk itu – Mat 22:8). Rencana Allah tidak akan gagal, Yesus mengutus rasul-rasul-Nya untuk mewartakan Injil di negeri-negeri asing supaya orang-orang yang bukan Yahudi juga boleh masuk Gereja. (Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang yang kamu jumpai di sana ke perjamuan kawin itu. – Mat 22:9).
Bagian kedua dari perumpamaan ini menunjukkan hal lain, bahwa ketika raja itu masuk dia menemukan sesuatu yang tidak berkenan kepadanya (Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta – Mat 22:11).
Seorang tamu terkejut, ia ditemukan tidak mengenakan pakaian pesta. Kita tidak perlu berargumen, bahwa karena orang tersebut adalah seorang yang miskin, maka tidak mungkin orang tersebut memiliki pakaian pesta dan mengenakannya pada pesta itu. Tidak sama sekali, karena sudah kebiasaan pada zaman itu, bahwa tuan pesta selalu menyiapkan  pakaian pesta bagi tamunya, yang akan dipakai oleh para tamu yang memang tidak mempunyai pakaian pesta (Kemudian berkatalah Yehu kepada orang yang mengepalai gudang pakaian: "Keluarkanlah pakaian untuk setiap orang yang beribadah kepada Baal!" Maka dikeluarkannyalah pakaian bagi mereka. 2 Raj 10:22).
Jadi sebetulnya orang tersebut bisa mengenakan pakaian pesta yang sudah disediakan, tetapi ia tidak melakukannya dengan kata lain ia menolaknya, maka ia tidak bisa menjawab apapun. (Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja. – Mat 22:12). Karena tamu tersebut diam saja, maka raja memerintahkan hambanya untuk mengambil tamu yang keras kepala ini, mengikatnya, dan melemparkannya ke dalam kegelapan (Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi. – Mat 22:13).
Kita semua, orang-orang Kristen, yang sudah diundang dan sudah berada di dalam Gereja, apakah kita semua sudah memakai pakaian pesta ? yaitu pertobatan, menghayati hidup dengan keadilan, kejujuran dan kepercayaan ? Raja ingin tamunya menerima apa yang dia berikan, siapa yang menolak akan menanggung akibatnya.
Allah menyediakan dan memberikan pakaian kepada umat-Nya melambangkan kebenaran-Nya. Allah memberi kita pakaian kebenaran yang melambangkan, bahwa si pemakai telah diampuni, dosa-dosanya telah ditutupi, dan dia menjadi anggota rumah Allah melalui Kristus, mengenakan pakaian pesta melambangkan pertobatan, pengampunan, dan kebenaran. Ketika Bapa menyambut pulang anaknya yang telah hilang, dia mengenakan jubah yang terbaik bagi anaknya, dengan berbuat demikian ia menyatakan bahwa anaknya telah diampuni dan diterima kembali sebagai anak dalam keluarga Bapa (Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. - Luk 15:22). Tamu yang tidak mau memakai pakaian pesta melambangkan orang berdosa yang menolak kebenaran Allah dan yang membenarkan diri sendiri.
Perikop ini diakhiri dengan kalimat "Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih." (Mat 22:14). Orang yang menolak datang, dan yang tidak mau mengenakan pakaian pesta, tidak termasuk ke dalam orang yang dipilih. Panggilan Allah terutama kepada orang berdosa (Yesus mendengarnya dan berkata kepada mereka: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa." – Mrk 2:17), dan Allah mengundang mereka untuk menikmati sukacita keselamatan (Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu – Mat 11:28). Alkitab menunjukkan bahwa manusia juga bebas untuk memilih  dan juga bertanggung jawab atas sikapnya yang tidak peduli, berontak dan angkuh. Maka, meskipun undangan itu bersifat universal dan meliputi semua orang, hanya beberapa orang yang menerimanya dalarn iman dan pertobatan yang ditentukan untuk kehidupan kekal (Mendengar itu bergembiralah semua orang yang tidak mengenal Allah dan mereka memuliakan firman Tuhan; dan semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal, menjadi percaya - Kis 13:48).

-       Kasih Yesus

Read more .....

DAUD MENGALAHKAN GOLIAT ( PERLENGKAPAN SENJATA ALLAH)


Tetapi Daud berkata kepada orang Filistin itu: "Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kautantang itu. (1 Sam 17:45)

Kamu datang kepada saya dengan tombak dan pedang, tetapi saya datang untuk melawan kamu dalam nama Yahweh, bahwa peperangan Daud melawan Goliat melambangkan peperangan antara kebaikan dan kejahatan.  Goliat lambang kejahatan dan kesombongan, terlalu percaya diri, mengandalkan kekuatan sendiri, tidak percaya kepada Tuhan. Daud lambang kebaikan dan kerendahan hati, yang selalu mengandalkan Tuhan dalam setiap tindakannya.

Di dunia ini kemenangan tidak akan berpihak pada mereka yang lebih kuat dan lebih baik persenjataannya. Orang-orang seperti itu menghina Allah dengan kesombongan dan kepercayaan diri. Dan mereka tak akan bertahan apabila mereka menghina orang pilihan Allah, khususnya yang hina dina. Kemenangan akan berpihak kepada orang lemah yang percaya pada pertolongan Allah. Di sini pemenangnya seorang yang dalam hatinya selalu mempunyai suara hati yang benar.
Saul meminta Daud untuk melindungi diri dengan baju baja dan senjata miliknya (Lalu Saul mengenakan baju perangnya kepada Daud, ditaruhnya ketopong tembaga di kepalanya dan dikenakannya baju zirah kepadanya. Lalu Daud mengikatkan pedangnya di luar baju perangnya, kemudian ia berikhtiar berjalan, sebab belum pernah dicobanya. Maka berkatalah Daud kepada Saul: "Aku tidak dapat berjalan dengan memakai ini, sebab belum pernah aku mencobanya." Kemudian ia menanggalkannya. – 1 Sam 17:38-39). Akan tetapi Daud sadar, bahwa kalau ia memakai senjata tersebut, ia tak akan dapat menggunakannya dan orang Filistin akan mengalahkannya. Maka Daud menanggalkan semua senjata pengaman tersebut, lalu ia membuat dirinya menjadi lebih bebas. Daud, pergi ke medan perang dengan penuh kepercayaan “dalam nama Yahweh, Allah semesta alam.”
Lalu Daud mengambil tongkatnya di tangannya, dipilihnya dari dasar sungai lima batu yang licin dan ditaruhnya dalam kantung gembala yang dibawanya, yakni tempat batu-batu, sedang umbannya dipegangnya di tangannya. Demikianlah ia mendekati orang Filistin itu. (1 Sam 17:40). Daud mengambil 5 buah batu sebagai senjata melawan Goliat, dari ke lima batu tersebut, Daud hanya menggunakan satu batu saja, dan Daud mengalahkan Goliat.
Ke lima batu itu adalah lambang perlengkapan senjata Allah, seperti yang diuraikan Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus, ke lima perlengkapan senjata Allah adalah :
-       Kebenaran
-       Keadilan
-       Kerelaan
-       Iman
-       Firman Allah
(Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu. Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan, kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera; dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat, dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah – Ef 6:13-17).
Dalam kitab Efesus 6 dijelaskan, bahwa konflik dengan Iblis adalah bersifat rohani, dan karena itu tidak ada senjata yang nyata yang dapat digunakan secara efektif untuk melawan iblis dan antek-anteknya. (karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara. – Ef 6:12). Bahwa ketika kita mengikuti semua petunjuk dengan menggunakan perlengkapan senjata Allah, kita akan dapat bertahan, dan dapat memperoleh kemenangan tanpa memperdulikan strategi apapun dari Iblis.
Sebagaimana peperangan Daud melawan Goliat, peperangan kita sekarang ini adalah peperangan rohani dalam diri kita sendiri, yaitu melawan godaan-godaan, keinginan-keinginan kita yang jahat di mata Tuhan, dan kita sering jatuh dalam kelemahan-kelemahan maupun keinginan daging kita. Segala keinginan jahat yang bercokol dalam diri kita, yaitu kesombongan,  keserakahan, keinginan-keinginan yang tidak terkontrol, kemarahan, egoisme, kebencian, dusta, iri hati, pikiran kotor, gosip, dsb yang menyebabkan kita jatuh dalam dosa. Tidak hanya itu, kekuatan dari luar diri kita juga sering mengancam dengan segala pengaruh-pengaruh yang kelihatannya baik namun bisa membinasakan jiwa kita. Kita tidak berdaya, seperti Daud dibandingkan dengan Goliat, tetapi Daud maju dalam medan perang dalam Nama Yahweh, dan Daud mengalahkan Goliat hanya dengan satu buah batu. Kita juga dapat menang dalam peperangan rohani ini, sama seperti Daud, dengan mengikuti anjuran rasul Paulus mengenakan kelima perlengkapan senjata Allah, hanya satu yang kita pakai untuk memenangkan peperangan rohani, yaitu Firman Allah, keempat perlengkapan senjata Allah lainnya adalah  benteng yang kokoh dalam menahan serangan iblis.
Kita mengenakan kebenaran untuk melawan dusta, karena Iblis dikatakan sebagai “bapa dari segala dusta” (Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta - Yoh 8:44). Mengenakan baju zirah keadilan untuk melindungi hati kita dari segala tuduhan dan dakwaan Iblis. Berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera, sama seperti Daud rela untuk maju ke medan perang melawan Goliat. Untuk memberitakan Injil perlu kerelaan, namun musuh kita iblis selalu menebarkan ranjau yang berbahaya di jalan kita dalam mewartakan Injil untuk menghentikan pewartaan Injil. Iman adalah perisai yang kokoh dan penting untuk menghentikan panah api dari si jahat.
Firman Allah, adalah pedang Roh yang dapat dipakai bukan hanya untuk mempertahankan diri, tetapi juga untuk menyerang (Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita. Dan tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab – Ibr 4:12-13). Sementara senjata-senjata rohani lainnya bersifat mempertahankan diri, pedang roh adalah senjata penyerang dalam senjata Allah. Yesus, ketika dalam pencobaan di padang gurun, Firman Allah menjadi acuan-Nya dalam menangkal setiap godaan dan serangan Iblis, Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." – Mat 4:4, (bdk Mat 4:1-11 dan Luk 4:1-13). Sungguh suatu berkat bahwa Firman Allah yang sama tersedia untuk kita semua.

Read more .....

ORANG GALATIA YANG BODOH

Hai orang-orang Galatia yang bodoh, siapakah yang telah mempesona kamu? Bukankah Yesus Kristus yang disalibkan itu telah dilukiskan dengan terang di depanmu? Hanya ini yang hendak kuketahui dari pada kamu: Adakah kamu telah menerima Roh karena melakukan hukum Taurat atau karena percaya kepada pemberitaan Injil? (Gal 3:1-2).

Paulus tidak tahu argumen yang lebih kuat untuk mempertobatkan orang-orang kafir dari pada mewartakan Yesus yang disalibkan.
Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging? (Gal 3:3) Ayat ini memiliki makna ganda :
Pertama, umat di Galatia telah mengalami bagaimana Roh Kudus bekerja dan juga mukjizat-mukjizat-Nya, tetapi sekarang mereka mau menerima sunat dalam daging.
Kedua, mereka telah mulai dengan kebenaran Tuhan yang ada dalam Kristus, yaitu “Roh”. Sekarang mereka kembali pada adat istiadat Yahudi yang sekalipun dari Tuhan juga, tetapi disesuaikan dengan umat yang masih hidup menurut daging, yaitu mereka yang tidak terpelajar dalam iman dan mereka yang berdosa.
Mereka yang mengganggu umat Galatia mengatakan : “Kalian adalah milik Kristus, tetapi ia adalah keturunan Abraham dan buatlah seperti seorang Yahudi, dengan demikian bersama Kristus kalian akan menjadi putra-putra Abraham.”
Paulus menyatakan, bahwa seseorang adalah anak Abraham atau anak Allah bukan karena dari ras atau keturunan, tetapi bahwa mereka yang hidup dari iman, mereka itulah anak-anak Abraham. (Jadi kamu lihat, bahwa mereka yang hidup dari iman, mereka itulah anak-anak Abraham - Gal 3:7), dan mereka yang hidup dari iman, merekalah yang diberkati bersama-sama dengan Abraham yang beriman itu (Gal 3:9).
Hal ini juga yang ia kembangkan dalam surat kepada jemaat di Roma, Karena itulah kebenaran berdasarkan iman supaya merupakan kasih karunia, sehingga janji itu berlaku bagi semua keturunan Abraham, bukan hanya bagi mereka yang hidup dari hukum Taurat, tetapi juga bagi mereka yang hidup dari iman Abraham (Rm 4:16)
Kekudusan atau perdamaian dengan Tuhan,  inilah arti kata kebenaran sebagaimana yang sering digunakan oleh Paulus. (Bahwa Allah membenarkan orang-orang bukan Yahudi oleh karena iman, telah terlebih dahulu memberitakan Injil kepada Abraham: "Olehmu segala bangsa akan diberkati."  - Gal 3:8)
Janganlah berpikir bahwa hal seperti itu sudah hilang, masih ada banyak orang yang berpikir bahwa mereka adalah orang-orang Katolik, karena mereka merasa telah dilahirkan kembali setelah dibaptis, tetapi mereka lupa bahwa tanpa iman, pembaptisan itu tidak berarti sama sekali.
(Kitab Suci Komunitas Kristiani – Edisi Pastoral Katolik)
-       Transfigurasi Paulus
-       Kasih Yesus

Read more .....

ULAR TEMBAGA


Mengenai ular tembaga ini, dua pertanyaan yang berbeda sekali bisa diajukan. Yang pertama, apa asal-usul historis dari kisah ini ? Jawaban yang mudah diberi ialah, dekat pertambangan Sinai dihormati seorang dewa pernyembuh dan ular-ular tembaga kecil dipersembahkan sebagai tanda terima kasih.

Kisah-kisah para musafir tentu mengilhami kisah ini. Tetapi pertanyaan yang lebih penting ialah pertanyaan yang kedua, apa yang hendak disampaikan oleh bagian kitab suci ini ?

Umat mengeluh, orang-orang Israel mengeluh sekali lagi. Keluhan ini adalah pemberontakan batin dari mereka yang tidak bersedia berkurban dan tidak mau berusaha untuk menjadi lebih baik, tetapi sebaliknya malahan mempersalahkan orang lain.

Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup." Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup. (Bil 21, 8-9).

Suatu perintah yang aneh bagi orang-orang Israel, tetapi ular tembaga itu akan menjadi tanda kenabian. Allah hendak menyembuhkan dosa dengan apa yang diperalat oleh dosa itu sendiri.
Barang siapa memandangnya akan hidup. Ini juga suatu pernyataan kenabian. Para pendosa tidak perlu mengikuti peraturan yang ketat, mereka cukup memandang tanda yang Allah berikan untuk penyembuhan mereka dengan IMAN.
Yesus akan mengatakan, “Sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan (di atas kayu salib) supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal (Yoh 3, 14).
Kisah tentang ular merupakan salah satu gambaran biblis yang artinya tersembunyi. Umat harus menanti hari ketika Kristus akan menyingkapkan artinya. Hal yang sama terdapat juga dalam kisah Melkisedek (Melkisedek, raja Salem, membawa roti dan anggur; ia seorang imam Allah Yang Mahatinggi.- Kej 14, 18) dan kisah Yusuf (Kej 37-50)
Hal demikian terjadi juga dalam kehidupan kita, ada kejadian-kejadian di masa lampau kita, yang tidak kita mengerti pada waktu itu, ada juga kejadian-kejadian yang tidak bisa kita mengerti sekarang, dan kita sering bertanya : “Mengapa hal init terjadi pada saya ?” Pada suatu waktu kelak, terang Kristus akan menyingkapkan artinya.
(Kitab Suci Komunitas Kristiani – Edisi Pastoral Katolik)

Read more .....

Air Dari Batu Karang

Allah menguji orang-orang Israel di padang gurun, berapa lama orang-orang biasa ini akan tetap rela mengikuti suatu tujuan hidup yang tidak biasa, sejauh mana iman mereka tetap bertahan.
Orang-orang Israel juga mencobai Allah, mereka meminta kepada-Nya tanda-tanda, karena mereka tidak percaya sepenuhnya kepada-Nya. Mereka menuntut mukjizat-mukjizat, mereka seolah-olah berseru kepada Allah, “Jika Engkau bersama kami, tunjukkanlah kepada kami di sini dan sekarang juga ! ”
Jadi mulailah mereka itu bertengkar dengan Musa, kata mereka: "Berikanlah air kepada kami, supaya kami dapat minum." Tetapi Musa berkata kepada mereka: "Mengapakah kamu bertengkar dengan aku? Mengapakah kamu mencobai TUHAN?" (Kel 17, 2)
Kitab suci mengenang peristiwa perlawanan ini dalam peristiwa air yang keluar dari batu karang, Musa juga diuji di tempat ini, Lalu berseru-serulah Musa kepada TUHAN, katanya: "Apakah yang akan kulakukan kepada bangsa ini? Sebentar lagi mereka akan melempari aku dengan batu!" (Kel 17, 4)
Kelak tradisi Yahudi melihat dalam batu karang itu suatu gambaran Allah, sumber kehidupan, yang hadir di tengah-tengah umat-Nya, batu ajaib yang mengikuti mereka dalam pengembaraan mereka, dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus. (1 Kor 10, 4)
Allah adalah batu karang yang tidak bisa diterobos dan yang menyimpan rahasia-rahasia-Nya sampai Ia mengijinkan diri-Nya dilukai dan dari luka yang terbuka itu mengalirlah kehidupan. (Maka Aku akan berdiri di sana di depanmu di atas gunung batu di Horeb; haruslah kaupukul gunung batu itu dan dari dalamnya akan keluar air, sehingga bangsa itu dapat minum." Demikianlah diperbuat Musa di depan mata tua-tua Israel - Kel 17, 6)
Hendaknya kita mengerti bahwa manusia karena berdosa, kehilangan pengetahuan akan Allah yang sejati, oleh karena itu manusia tidak akan dapat menemukan Allah, tetapi Allah menjadi lemah dalam diri Yesus, ketika Yesus wafat di atas salib, menyatakan rahasia kasih dan belas kasihan Allah kepada kita. Injil menekankan dengan jelas, bahwa dari hati Yesus, yang dilukai oleh tombak, mengalirlah darah dan air, (tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air. - Yoh 19, 34) suatu gambaran tentang Roh Kudus (Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: "Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup." Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya - Yoh 7, 37-39)

Sumber : Kitab Suci Komunitas Kristiani, Edisi Pastoral Katolik

Read more .....

YESUS MENGAMPUNI DOSA DAN MENYEMBUHKAN SEORANG LUMPUH

Manakah lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh ini: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalan? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" -- berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu -- : "Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!" (Mrk 2:9-11). Dengan mukjizat seorang lumpuh disembuhkan dan diampuni dosanya, Yesus memberikan tiga jawaban sekaligus : kepada orang sakit, kepada teman-temannya, dan kepada orang-orang farisi.

Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni! - (Mrk 2:5). Inilah sahabat-sahabat orang lumpuh itu dan Yesus segera mengganjar iman mereka. Tampaknya orang lumpuh itu tidak melakukan lebih dari pada setuju dengan nasihat teman-temannya. Yesus segera mengatakan kepadanya, “dosa-dosamu telah diampuni”.

Perkataan ini mengherankan ! bagaimana Yesus bisa mengampuni dosa-dosanya jika orang tersebut tidak sadar akan dosa apapun, sehingga ia juga tidak bertobat ataupun menantikan pengampunan ? Tentu selama bertahun-tahun di dalam penderitaan penyakitnya, orang itu bertanya kepada diri sendiri, mengapa Allah menyiksa dia dengan penderitaan itu ? (masyarakat waktu itu percaya bahwa penyakit itu adalah suatu siksaan dari Allah). Banyak teks dalam Perjanjian Lama menggaris bawahi hubungan yang kompleks antara dosa dan penyakit. Sering penyakit membuat kita sadar akan keadaan kedosaan kita, dan dari pihak Yesus, Ia tidak mau menyembuhkan kecuali ada pemulihan dengan Allah. Yesus bertindak seperti Allah : Ia memandang kepada orang berdosa, memperbaiki segala luka batin karena dosa dan mengampuninya sebelum melakukan penyembuhan.
Kemudian orang-orang Farisi datang, ketika Yesus mengampuni orang lumpuh, orang-orang sederhana tidak menyadari betapa perkataan Yesus itu menyebabkan sandungan. Mereka tidak mendapat pendidikan keagamaan yang cukup untuk segera menyadari, bahwa hanya Allah saja yang bisa memberi pengampunan. Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat merasa telah terjadi skandal (Tetapi di situ ada juga duduk beberapa ahli Taurat, mereka berpikir dalam hatinya: "Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?" – Mrk 2:6-7), dan kemarahan mereka dapat dipahami karena mereka maupun orang-orang lain dan murid-murid belum mengerti, bahwa Yesus adalah Putera Allah yang sejati. Yesus membungkam mereka : Jika aku menyembuhkan orang sakit dengan cara Allah, tidakkah Aku juga harus mengampuni seperti Allah ? (Mrk 2:10-11).
Yesus menggelisahkan hati mereka yang bertanya, siapakah Dia ? Lebih baik Ia menunjukkan bahwa hanya Dia yang bisa menyelamatkan manusia seutuhnya, jiwa dan raga.
Berbahagialah orang yang diberi jaminan, bahwa dosa-dosanya telah diampuni lewat pandangan dan perkataan Yesus. Allah adalah Dia yang hidup dan mencintai dan kita perlu berjumpa dengan Dia, supaya pengampunan bisa menjadi asli – mata-Nya bertemu dengan mata kita. Oleh karena itu, Allah harus menjadi manusia – Yesus mengampuni dosa-dosa karena Dia adalah Putera Allah (Dan Ia telah memberikan kuasa kepada-Nya untuk menghakimi, karena Ia adalah Anak Manusia. - Yoh 5:27) dan dari Dia kita menerima pengampunan baik dari Allah maupun dari masyarakat dalam komunitas Kristiani.
(Kitab Suci Komunitas Kristiani – Edisi Pastoral Katolik)

Read more .....

YESUS DAN PEREMPUAN SAMARIA

Maka sampailah Ia ke sebuah kota di Samaria, yang bernama Sikhar dekat tanah yang diberikan Yakub dahulu kepada anaknya, Yusuf. Di situ terdapat sumur Yakub. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas. Maka datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya: "Berilah Aku minum." (Yoh 4:5-7).

Orang-orang Yahudi membenci orang-orang Samaria. Menurut kebudayaan Yahudi pada zaman itu, tidak diperkenankan kalau seorang laki-laki berbicara dengan seorang perempuan di tempat umum. Yesus, yang telah mengatasi segala prasangka rasial dan sosial, mulai berbicara dengan perempuan Samaria. Dalam diri perempuan ini Ia berjumpa dengan masyarakat biasa dari Palestina.
Perempuan ini berasal dari provinsi lain dan adalah anggota ibadat yang berbeda, tetapi keduanya diberi janji-janji yang sama dari Allah dan keduanya menantikan seorang Penebus.
Tujuan utama perempuan ini adalah untuk melepaskan dahaganya. Para leluhur bangsa Yahudi berkelana dengan gembalaan mereka dari satu sumber air ke sumber air yang lain. Orang-orang Yahudi yang terkenal seperti Yakub, menggali sumur-sumur, dan sekeliling sumur-sumur itu padang gurun mulai hidup kembali. Kenyataan ini bagai sebuah perumpamaan : setiap orang mencari di segala tempat untuk menemukan sesuatu yang dapat melepaskan dahaga mereka. Yesus membawa air hidup yang adalah hadiah dari Allah bagi kita anak-anak-Nya, hadiah itu adalah Roh Kudus sendiri ("Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup." Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya – Yoh 7:37b-39a).
Apabila ada air di padang gurun, sekalipun air itu tidak muncul ke permukaan, tetapi akan tampak bahwa di tempat itu ada sumber air, karena tanaman hijau tumbuh segar di sekitarnya. Demikian pula dengan kita, apabila kita sungguh-sungguh hidup oleh Roh Kudus, maka kelakuan kita menjadi lebih baik, keputusan-keputusan kita lebih bebas, pikiran-pikiran kita lebih tertuju kepada hal-hal yang baik. Air hidup yang menjadi sumber semua hasil ini tidak dapat dilihat, yaitu kehidupan kekal, dan maut itu tidak dapat mengalahkannya (Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya." – Yoh 8:51).
Tujuan kedua dari permpuan ini ialah untuk mengetahui, di manakah dapat ditemukan kebenaran ? Yesus berkata kepadanya, engkau mempunyai lima suami. Pernyataan Yesus ini melambangkan nasib umum dari orang-orang yang tinggal di kota yang telah mengabdi kepada banyak tuan atau “suami-suami”, dan akhirnya tidak mengakui salah satu sebagai tuannya.
Orang-orang Samaria memiliki Kitab Suci sedikit berbeda dengan yang dimiliki orang-orang Yahudi, dan di kota itu sendiri, beberapa puluh kilometer dari Sumur di Sikhar, terletak Bait Allah mereka yang menandingi Bait Allah di Yerusalem. Yesus menegaskan, keselamatan datang dari bangsa Yahudi (Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi – Yoh 4:22). Mengenai hal ini Yesus tidak sependapat dengan mereka yang mengatakan, “Tidak jadi soal termasuk Gereja mana kita, sebab semua Gereja sama saja.” Sekalipun seseorang beruntung karena mengikuti agama yang benar, namun ia masih harus berjuang dan berusaha untuk mencapai pengetahuan rohani akan Allah (Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. – Yoh 4:23). Roh, yang kita terima, menolong kita menyembah Allah dalam kebenaran. Bapa mencari penyembah-penyembah seperti itu yang menjalin relasi personal dengan Dia.
Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran." (Yoh 4:24), Allah tidak membutuhkan kata-kata dalam doa-doa kita, tetapi Allah ingin melihat kesederhanaan, keindahan dan keagungan di dalam roh kita. Roh Allah tidak dapat berkomunikasi, kecuali dengan mereka yang mencari kebenaran dan hidup sesuai dengan kebenaran-Nya di dalam dunia yang penuh tipu daya ini.
Pada akhirnya, kisah tentang perempuan Samaria ini adalah suatu refleksi tentang kehidupan kita. Masing-masing kita dalam berbagai hal, sama dengan perempuan Samaria. Apa yang terjadi di sumur Yakub menggambarkan perjumpaan kita dengan Yesus, cara-cara yang dipakai Yesus untuk menuntun perempuan itu sampai mengakui dan mencintai Dia adalah cara-cara yang digunakan Yesus, langkah demi langkah, untuk mendatangkan pertobatan kita. Akhirnya, perempuan itu menjadi murid Yesus dan karena pengalaman itu ia menjadi juga rasul Yesus. Banyak orang di kota itu percaya kepada Yesus karena perempuan itu (Dan banyak orang Samaria dari kota itu telah menjadi percaya kepada-Nya karena perkataan perempuan itu, yang bersaksi: "Ia mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat." – Yoh 4:39). Pengalaman akan Yesus ini adalah sumber kerasulan. Memberitakan Injil adalah membagikan pengalaman ini kepada orang lain.
Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai. (Yoh 4:35). Bagaikan panen, orang yang mengikuti Yesus juga menjadi matang. Orang yang menuai tuaian diberi upah untuk karya mereka, pepatah Yesus ini mempunyai banyak penjabaran. Ayat 36 (Sekarang juga penuai telah menerima upahnya dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, sehingga penabur dan penuai sama-sama bersukacita). mungkin mengacu pada kegembiraan bersama Bapa yang menabur dan Putra yang menuai. Dengan cara lain, dalam ayat 37 (Sebab dalam hal ini benarlah peribahasa: Yang seorang menabur dan yang lain menuai), Yesus dan murid-murid-Nya menyadari bahwa mereka tidak bekerja percuma. Orang lain telah bekerja, Yesus mengacu kepada mereka yang datang sebelum Dia, khususnya Yohanes Pembaptis.
(Kitab Suci Komunitas Kristiani – Edisi Pastoral Katolik)
-       Berilah aku minum

Read more .....