Tampilkan postingan dengan label prapaskah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label prapaskah. Tampilkan semua postingan

1/14/2015

ORANG LUMPUH DI KOLAM BETESDA

Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda; ada lima serambinya dan di serambi-serambi itu berbaring sejumlah besar orang sakit: orang-orang buta, orang-orang timpang dan orang-orang lumpuh. [Mereka menantikan guncangan air kolam itu. Sebab sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan mengguncangkan air itu; siapa saja yang terdahulu masuk ke dalamnya sesudah guncangan air itu, menjadi sembuh, apa pun penyakitnya.] – (Yoh 5:2-4).

Mengapa Yesus pergi ke kolam Betesda ? Konon kolam itu adalah tempat kafir yang dipersembahkan kepada Aesculapius, dewa kesehatan.
Ada banyak cerita yang mengatakan bahwa sesewaktu orang-orang sakit memperoleh kesembuhan di kolam itu. Orang-orang Yahudi yang saleh, tersinggung karena penyembuhan terjadi di tempat orang kafir, namun menegaskan bahwa orang-orang disembuhkan bukan oleh Aesculapius, tetapi oleh malaikat Tuhan.
Orang-orang Yahudi yang tidak terlalu religius pergi ke sana untuk memperoleh penyembuhan dari dewa-dewa kafir. Yesus juga pergi ke sana, tetapi Ia pergi untuk mencari orang-orang berdosa yang ingin diselamatkan.
Perhatikan jawaban dari orang sakit itu, di tempat yang ajaib ini banyak orang berharap memperoleh kesembuhan, tetapi hanya sedikit yang disembuhkan, Jawab orang sakit itu kepada-Nya: "Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku." (Yoh 5, 7)
Orang sakit ini tidak mempunyai orang untuk menurunkan dia supaya disembuhkan. Kita juga tidak bisa diselamatkan oleh kekuatan kita sendiri, kita butuh seorang Penyelamat.

Yesus menghilang setelah mengerjakan mukjijat itu. Beberapa orang mungkin akan mengatakan bahwa Yesus merasa kerasan di tempat kudus orang-orang kafir, atau berpikir bahwa Ia menyembuhkan orang sakit atas nama dewa-dewa mereka. Yesus sendiri akan memperkenalkan Diri-Nya di Bait Allah yang benar, yaitu tempat Bapa-Nya.
Orang-orang Yahudi menyerang Yesus karena Ia “bekerja” pada hari Sabat.
Mari kita lihat jawaban Yesus secara lebih dekat. Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga." (Yoh 5, 17) Bapa-Ku terus bekerja, ada baiknya kalau orang mengadakan hari istirahat untuk menghormati Allah, namun Allah sendiri tidak beristirahat, dan Ia bukan tidak hadir di dunia ini, Ia memberikan hidup kepada manusia, karena Dia adalah Putera Allah, Yesus lebih baik mengikuti teladan Allah Bapa-Nya dari pada beristirahat seperti orang lain.
Musuh-musuh-Nya ketika mendengar Dia, tidak keliru tentang apa yang dimaksudkan-Nya, mereka ingin membunuh Dia karena Ia menganggap Diri-Nya sama dengan Allah (Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah. Yoh 5, 18)

Kemudian Yesus bertemu dengan dia dalam Bait Allah lalu berkata kepadanya: "Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk." (Yoh 5, 14)
Yesus mengingatkan orang sakit itu akan kekurangan IMANnya, yang menghantar dia ke tempat kudus orang-orang kafir di mana ia sia-sia menanti selama 38 tahun, sama seperti orang-orang Israel tinggal terpisah dari orang lain selama 38 tahun di wahah Kadesy di padang gurun, dan tidak masuk Tanah Terjanji. (Demikianlah kamu lama tinggal di Kadesh, yakni sepanjang waktu kamu tinggal di sana." - Ul 1, 46)
Penginjil Yohanes memperhatikan persamaan ini. Ia juga mengerti bahwa penyembuhan di kolam melambangkan pembaptisan, perkataan Yesus kepada orang yang disembuhkan ditujukan kepada orang yang telah bertobat dan telah dibaptis, “JANGAN BERBUAT DOSA LAGI”.

Dalam ‘wejangan-wejangannya” Penginjil Yohanes suka mengulang kata-kata kunci sebanyak tujuh kali. Di sini umpamanya, kita melihat kata Sabat, Yesus dan Musa diulang masing-masing sebanyak tujuh kali dan Bapa sebanyak empat belas kali. Yohanes bermaksud membuat perbandingan antara agama Yahudi yang ditetapkan oleh Musa, yang di dalamnya tercantum ketentuan tentang hukum istirahat pada hari Sabat dan zaman baru yang dibuka oleh Yesus di mana Ia memampukan kita mengenal Bapa.
(Kitab Suci Komunitas Kristiani – Edisi Pastoral Katolik)

-       Berilah Aku minum

Read more .....

3/26/2014

PERUMPAMAAN ANAK YANG HILANG



Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa. (Luk 15:18-19).

Perikop Anak yang hilang (Luk 15:11-32), adalah lanjutan dari perikop sebelumnya, di mana Yesus berbicara kepada orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang tidak senang dengan Dia, yang menerima dan bahkan makan bersama dengan para pemungut cukai dan orang-orang berdosa. Ada tiga tokoh dalam perumpamaan ini, yaitu bapa, yang mewakili Allahanak sulung, yang mewakili orang Farisi, dan anak bungsu. Siapakah anak bungsu ini ? barangkali pendosa atau manusia.
Manusia menginginkan kebebasan dan sering kali berpikir, bahwa Allah mengambil kebebasan itu dari dirinya. Ia mulai dengan meninggalkan sang ayah, yang mana, cinta bapanya tidak dia pahami, dan yang kehadirannya telah menjadi beban baginya. Setelah si bungsu memperoleh harta bagiannya, ia menjual semua miliknya dan kemudian ia pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia hidup berfoya-foya memboroskan harta miliknya, kemudian ia jatuh miskin tidak punya apa-apa lagi.
Saat timbul bencana kelaparan di negeri itu, si bungsupun hidup melarat. Lalu ia pergi bekerja pada seorang majikan, yang menyuruhnya menjaga babi, dan ketika ia ingin makan dari ampas yang merupakan makanan babi, tidak ada seorangpun yang memberikannya. Pada saat itulah ia sadar, betapa orang upahan bapanya hidup penuh kelimpahan, sedangkan ia di situ bisa mati kelaparan, ia telah kehilangan kehormatannya, ia menjadi budak orang lain dan perbuatan-perbuatannya yang memalukan (Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorang pun yang memberikannya kepadanya. – Luk 15:16) - babi adalah binatang najis bagi orang Yahudi.
Anak itu ingin kembali, setelah sadar akan perbudakannya, ia menyakinkan dirinya, bahwa Allah mempunyai rencana yang lebih baik bagi dirinya, dan iapun mulai berpikir menempuh jalan pulang. Pada saat itu ia ingin bangkit dan kembali kepada bapanya, ingin memohon pengampunan atas kesalahannya, agar ia diperbolehkan bekerja sebagai upahan bapanya, karena ia menganggap dirinya tidak layak lagi menjadi anaknya.
Kemudian ia bangkit dan kembali kepada bapanya, ketika ia masih jauh, bapanya sudah melihatnya, lalu tergerak oleh belas kasihanbapanya berlari mendapatkannya, merangkulnya dan menciumnya (Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. - Luk 15:20). Kata anak itu kepada bapanya : ”Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa, ........” (Luk 15:21)
Belum sempat ia melanjutkan kata-katanya, bapanya sudah berteriak memanggil hamba-hambanya : “Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya, dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dan marilah kita makan dan bersukacita.” (Luk 15:22-23)
Sungguh pertobatan yang mengharukan, karena anak bungsu itu menyadari kesalahannya dan mau berbalik kepada bapanya. Adalah kenyataan, bahwa orang yang hidup menjauh dari Allah Bapa, maka ia akan hidup dalam kekacauan, tidak ada kedamaian, tidak ada kasih, tidak ada sukacita, miskin rohani, dsb dan bahkan bisa sampai melakukan dosa-dosa berat.
Ketika ia tiba, ia menemukan bahwa sang Bapa sangat berbeda dengan apa yang dia pikirkan sebelumnya, bapanya tengah menantikan dia dan berlari menemui diaia memulihkan martabat anaknya dengan memakaikan jubah, cincin dan sepatu kepada anaknya, dan menghapus ingatan akan warisan yang hilang. Ada perayaan pesta yang banyak kali disebut oleh Yesus.
Bahwa ketika ia masih jauh, bapanya telah melihatnya, Allah senantiasa menanti dan mengharapkan kita yang berdosa untuk bertobat (metanoia), bila kita bertobat dan mohon pengampunan, maka Allah begitu bersukacita dan Bapa di sorga akan mengampuni kita. Dikatakan bapanya berlari mendapatkannya, merangkulnya dan menciumnya, padahal ia begitu kotor dan najis, seperti juga kita yang berdosa memohon pengampunan, Allah tidak mau melihat kesalahan-kesalahan kita lagi, seolah-olah tidak pernah terjadi suatu dosa, karena Allah begitu mengasihi kita (“Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju ; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.” (Yes 1:18).
Pada akhirnya kita mengerti, bahwa Allah adalah Bapa. Ia tidak menaruh kita di bumi untuk mengumpulkan bintang jasa dan tanda penghargaan, tetapi untuk menemukan bahwa kita adalah anak-anak-Nya. Kita dilahirkan sebagai pendosa, sejak permulaan hidup kita, kita dibimbing oleh perasaan-perasaan kita dan contoh-contoh yang buruk dari masyarakat tempat kita dibesarkan. Dan yang lebih penting : sepanjang Allah tidak mengambil prakarsa dan menyatakan Diri-Nya kepada kita, maka kita tidak dapat berpikir tentang kebebasan selain dalam pengertian bebas dari Dia.
Allah tidak terkejut oleh kejahatan kita, karena dengan menciptakan kita sebagai mahluk yang bebas, Ia menerima risiko bahwa kita akan jatuh. Allah bersama kita dalam seluruh pengalaman hidup kita akan baik dan buruk, sampai Ia dapat memanggil kita putra-putri-Nya berkat jasa Putra Tunggal-Nya, Yesus Kristus. Yesus mau berkorban bagi kita yang berdosa, supaya kita yang berdosa mau bertobat, bersatu lagi dengan Dia dalam kasih, karena Allah begitu mengasihi kita, bukan karena kita baik, bukan karena kita penuh kebajikan, tetapi Ia mengasihi, karena Dia adalah kasih, Allah mengampuni karena Kasih, “sebab Allah adalah Kasih” (1 Yoh 4:8). Allah ingin kita bersatu dengan-Nya, Allah tidak mau kita terpisah dengan-Nya, karena jika terpisah dengan-Nya, maka kita akan celaka seperti yang terjadi dengan si bungsu. Yesus berkata : ”Di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yoh 15:5).
Dosa berarti menentang Surga, yang berarti menentang Allah yang adalah kebenaran dan kekudusan. Tetapi Allah adalah juga Bapa yang prihatin terhadap putranya, putra telah berdosa di hadapan Dia yang menarik kebaikan keluar dari dalam kejahatan. Dia yang menciptakan kita hari demi hari, tanpa kita menyadarinya, sementara kita terus berjalan pada jalan kita, Dia mencari pendosa yang dapat dilimpahi-Nya dengan kekayaan.
Bahwa si sulung yang baru pulang dari ladang marah-marah kepada bapanya, karena mengadakan pesta untuk adiknya yang baru kembali, sedangkan ia sendiri belum pernah dirayakan pesta untuknya, padahal ia senantiasa mengabdi dan setia pada bapanya. Namun bapanya berkata : ”Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.” (Luk 15:31-32)
Banyak orang iri hati kepada sesamanya seperti si sulung, meskipun sudah hidup dalam Tuhan, ini karena kita adalah manusia yang lemah, tetapi hal ini tidak boleh berlarut-larut, kita harus menyadari bahwa kita semua adalah anak-anak Allah dan Allah mengasihi kita semua melebihi segala-galanya.
Anak sulung, yaitu anak yang taat, karena mempunyai hati yang tertutup, tidak mengerti semuanya ini. Ia telah melayani dengan harapan mendapat ganjaran, atau sekurang-kurangnya harapan untuk dilihat sebagai yang lebih tinggi dari yang lain, dan ia tidak sanggup menyambut para pendosa atau mengambil bagian dalam pesta Kristus, karena sesungguhnya ia tidak tahu bagaimana mengasihi (Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih. – 1 Yoh 4:8).

-       Kisah racun
-       Pengampunan
-       Allah dan Bapa kita

Read more .....

PEREMPUAN YANG BERZINAH

Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." (Yoh 8:7).

Dalam upaya menjebak-Nya, para ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berzinah. Mereka mencobainya supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya (Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: "Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?" – Yoh 8:4-5).
Kalau seseorang kedapatan berbuat zinah, maka Hukum Musa jelas, ia akan dibawa ke tembok Yerusalem dan dirajam sampai mati, itupun sebelumnya harus menanggung malu yang luar biasa dihakimi di depan umum.
Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah (Yoh 8:6), banyak penafsir percaya bahwa Ia menuliskan dosa-dosa orang-orang yang menuduhnya, tetapi orang-orang itu bertahan dan terus mendesak-Nya dengan bertanya. Kemudian Yesus berdiri dan berkata, barangsiapa di antara kamu yang tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu (Yoh 8:7). Lalu Yesus membungkuk dan menulis lagi.
Bisa dibayangkan, kalau kita membaca tulisan di tanah, dan tulisan itu berisi dosa-dosa kita yang lebih parah, maka kita akan menyadari betapa kita lebih berdosa dari orang lain yang kita tuduh, karena di mata Yesus tidak ada yang tersembunyi di hadapan-Nya.
Lalu pergilah mereka satu persatu, mulai dari yang tertua (kata orang makin tua makin banyak dosanya), dan tinggallah Yesus sendiri dan perempuan itu. Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?" (Yoh 8:10).
Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang." (Yoh 8:11). Jika Yesus menunjukkan hormat besar terhadap orang berdosa dan menolak untuk menghukum perempuan itu, sebagaimana lazim dilakukan oleh manusia, apakah itu karena Yesus menganggap perbuatan perempuan itu bukan dosa yang berat ? tidak, Yesus mengampuninya, karena Allah menggunakan cara-cara yang berbeda dengan cara manusia untuk mempertobatkan orang-orang berdosa dan untuk memurnikan mereka lewat penderitaan. Dapat dibayangkan betapa menyesalnya perempuan itu atas perbuatannya, karena dia diselamatkan dari hukuman rajam, dan malahan dosanya diampuni karena belas kasih Yesus, tentunya perempuan itu merasa lega luar biasa. Yesus memberikan apa yang sangat dibutuhkan perempuan itu, yaitu cinta kasih sejati, dengan pengampunan atas dosa-dosanya. Yesus menyembuhkan perempuan itu dari kebencian terhadap dirinya, dan menyembuhkan rasa malunya.
Ada perbedaan besar antara mengatakan kepada orang, bahwa gagasannya atau perbuatannya salah atau dosa, dan menghukumnya. Biasanya kita menghukum orangnya, dan kita tidak memberi ruang kepada yang berdosa untuk perubahan dan belas kasihan. Dalam perikop injil ini Yesus adalah orang yang menuntut dan sekaligus yang berbelas-kasihan terhadap perempuan itu.
Perikop Yoh 8:1-11 tidak ditemukan dalam kebanyakan naskah kuno dari injil Yohanes. Banyak orang mengira bahwa perikop ini berasal dari sumber lain. Mungkin dahulu merupakan bagian dari injil Lukas, bandingkan Yoh 8:2 (Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka) dan Luk 21:38 (Dan pagi-pagi semua orang banyak datang kepada-Nya di dalam Bait Allah untuk mendengarkan Dia), tetapi kemudian disisipkan ke dalam teks Yohanes.
Tampaknya beberapa halaman dari injil Yohanes telah tertukar tempat, bahwa  wejangan dalam Yoh 8:12-19 (Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup." – Yoh 8:12), tampaknya adalah sambungan dari kisah mukjizat yang diceritakan dalam Yohanes bab 9 tentang orang yang buta sejak lahir (Jawab Yesus kepada mereka: "Sekiranya kamu buta, kamu tidak berdosa, tetapi karena kamu berkata: Kami melihat, maka tetaplah dosamu." – Yoh 9:41). Sesudah menyembuhkan orang buta dan membuktikan bahwa oran-orang Farisi itu buta, Yesus menyatakan : Akulah terang dunia.
Juga perikop Yoh 7:19-24 (Bukankah Musa yang telah memberikan hukum Taurat kepadamu? Namun tidak seorang pun di antara kamu yang melakukan hukum Taurat itu. Mengapa kamu berusaha membunuh Aku?" – Yoh 7:19) adalah sesungguhnya lanjutan dari Yohanes bab 5 tentang penyembuhan di kolam Betesda, (Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah menulis tentang Aku. Tetapi jikalau kamu tidak percaya akan apa yang ditulisnya, bagaimanakah kamu akan percaya akan apa yang Kukatakan?" – Yoh 5:46-47).
Pernyataan Yesus, maka Aku telah mengatakan kepadamu bahwa kamu akan mati dalam dosa-dosamu (Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu." – Yoh 8:24), mengingatkan kita akan ucapan pada Yoh 9:41 (Jawab Yesus kepada mereka: "Sekiranya kamu buta, kamu tidak berdosa, tetapi karena kamu berkata: Kami melihat, maka tetaplah dosamu.").
(Kitab Suci Komunitas Kristiani – Edisi Pastoral Katolik)
-       Para pemungut cukai

Read more .....

3/01/2013

AKULAH TERANG DUNIA

Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup." (Yoh 8:12).

Yesus adalah terang bagi semua orang sepanjang zaman. Allah menuntun orang-orang Ibrani di padang gurun dengan suatu awan yang bercahaya. Ia menuntun kita dengan perantaraan Putra-Nya, barang siapa mengikuti Yesus tidak akan berjalan dalam kegelapan.
Terang mempunyai banyak arti, terang fajar yang disambut baik setelah berlalunya suatu malam kegelapan, terang dari lampu-lampu listrik yang menerangai rumah-rumah kita sementara di luar ada kegelapan, terang dari lampu-lampu jalanan yang menerangi setiap manusia baik yang miskin maupun yang kaya, terang yang menang atas kuasa-kuasa kejahatan dan kebodohan yang menggelapkan hati mamusia. Kristus adalah semuanya itu, dan lebih lagi bagi siapa saja yang mengikitui Dia. Dia adalah terang di mana kita menghayati hidup sebagai manusia seutuhnya, dan dengan perantaraan-Nya kita belajar menilai dengan tepat hal-hal material dan kegiatan-kegiatan manusia.
Oleh terang Kristus seseorang menang atas segala kegelapan dalam batinnya. Yang kita sadari hanyalah sebagian dari kehidupan batin kita, sering kali kita mentaati dorongan-dorongan yang berada di luar kontrol kita dan hati kita bersih (menurut anggapan kita), tetapi kita tidak menyadari bahwa sesungguhnya kita sering mentaati panggilan ‘dari daging dan darah’, demikian sebutannya dalam Kitab Suci. Jika kita hidup dalam terang, terang akan perlahan-lahan menerangi batin kita yang terdalam.
Sebagian dari kondisi manusia yang diperberat oleh dosa adalah tiadanya terang untuk mencari dan memahami apa yang baik. Oleh karena itu, dalam hal-hal serius, tidaklah bijaksana untuk hanya mengikuti dorongan hati yang timbul lebih dulu. Kita perlu selalu diterangi lewat doa, mendengarkan Sabda Allah, mempelajari ajaran Gereja, dan menerima nasehat yang baik dari saudara-saudari kita. Dengan cara-cara ini Yesus menerangi hati nurani kita.
Akulah yang bersaksi tentang diri-Ku sendiri, dan juga Bapa, yang mengutus Aku, bersaksi tentang Aku." (Yoh 8:18). Dalam wejangan ini Yesus menyatakan, bahwa Ia adalah pribadi yang Ilahi. Ia membuat kita mengerti, bahwa di dalam Dia ada suatu rahasia misterius menyangkut asal-usul-Nya. Pada bab ini kita bertemu dengan ungkapan “Aku adalah…”  sebanyak tujuh kali. Yohanes ingin kita memahami, bahwa ungkapan ini adalah kata kunci dari wejangan, Aku adalah. Demikianlah Allah menamai Diri-Nya ketika Ia berbicara dengan Musa. Kita tahu bahwa orang-orang Yahudi memanggil Allah dengan nama Yahweh, yaitu Dia yang ada. Yesus menggunakan untuk Diri-Nya kata “Aku adalah” dan dengan demikian Ia memakai nama Allah untuk Diri-Nya, padahal Nama itu tidak boleh diberikan kepada mahluk manapun, betapapun terkemuka orang itu. Ada orang-orang Kristiani (e.g. saksi-saksi Yehovah) yang ingin menurunkan derajat Kristus. Mereka memberi argumen, bahwa karena Allah hanya satu, tidak mungkin kepenuhan kehidupan Ilahi bisa dibagikan di antara tiga pribadi. Meskipun mereka menyebut Kristus Putra Allah, mereka menyangkal bahwa Ia adalah Allah dari Allah. Namun Yesus adalah sama dengan Bapa dan tidak boleh dikelirukan dengan Bapa. Maka Yesus berkata, Bapa mengutus Aku, tetapi Ia juga mengatakan, kesaksian dua orang patut dipercaya dalam Hukum Yahudi (Dan dalam kitab Tauratmu ada tertulis, bahwa kesaksian dua orang adalah sah – Yoh 8:17).
Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu." (Yoh 8:24). Dosa bukan saja berbuat jahat. Adalah dosa juga, kalalu kita mengurung diri dalam problem-problem hidup kita dan mengandalkan hanya pada kebijaksanaan manusia, tanpa membuka diri kepada kebijaksanaan Allah. Sikap seperti ini akhirnya akan mendatangkan maut, karena suatu hidup yang tertutup terhadap Allah, bukanlah hidup yang sejati. Kitab Suci membagi orang menjadi dua kelompok, mereka yang berasal dari atas, yang mencari jalan-jalan Allah, dan mereka yang berasal dari bawah, yang mencari tujuan-tujuan insani yang terbatas. Kita berdosa juga kalau kita menolak dilahirkan kembali dari atas, seperti yang dikatakan Yesus kepada Nikodemus (Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.” – Yoh 3:3). Orang-orang Yahudi ini tidak percaya kepada Yesus, karena cara hidup-Nya dan pesan-Nya yang menyatakan dunia dengan nilai-nilai transenden di luar dunia ini - yang tidak menarik bagi mereka. Yesus hanya akan  membuang waktu dengan mereka, kebijaksanaan Allah akan menjadi lebih nyata lagi dalam wafat Yesus di salib (Maka kata Yesus: "Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku. – Yoh 8:28).
(Kitab Suci Komunitas Kristiani – Edisi Pastoral Katolik)
-       Yang buta melihat
-       Belukar yang bernyala
-       Mr. Smith

Read more .....

DOSA DAN PENDERITAAN

Pada waktu itu datanglah kepada Yesus beberapa orang membawa kabar tentang orang-orang Galilea, yang darahnya dicampurkan Pilatus dengan darah korban yang mereka persembahkan. (Luk 13:1).

Mereka menyampaikan kepada Yesus, tentang pemberontakan orang-orang Galilea di halaman kenisah dan intervensi pasukan Romawi yang ditempatkan pada benteng terdekat, mereka mencemarkan pelataran suci yang hanya boleh dimasuki orang Yahudi dan menumpahkan darah di Tempat Kudus tersebut.
Mereka yang menyampaikan berita ini mengharapkan agar Yesus akan memperlihatkan rasa nasionalisme dan keagamaan-Nya, dengan mengutuk pembunuhan terhadap sesama warga Negara dan penghinaan terhadap Allah. Yesus tidak memilih memfokuskan perhatian-Nya pada soal-soal ini, melainkan sebagaimana kebiasaan-Nya, Ia menunjukkan bahwa orang-orang lebih terobsesi dengan perkara-perkara manusia dari pada perkara-perkara Allah dan Ia mengarahkan perhatian mereka pada apa yang hakiki, bahwa orang-orang Galilea itu adalah orang-orang yang keras, sama seperti tentara Roma yang membunuh mereka (Yesus menjawab mereka: "Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya dari pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu?  Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian – Luk 13:2-3). Itulah saatnya Allah memanggil setiap orang kepada pertobatan yang padanya bergantung kelangsungan hidup mereka. Dalam atmosfir yang keras seperti itu tidak ada cara lain bagi bangsa Yahudi yang terjajah kecuali iman, karena iman bekerja melalui semangat pengampunan.
HUKUMAN ALLAH
Dalam perikop ini Yesus mempertanyakan gagasan yang kita miliki tentang hukuman Allah. Kita tidak bisa percaya kepada Allah tanpa percaya kepada keadilan. Bagi orang Yunani yang dewa-dewanya sewenang-wenang, dan tidak begitu jujur, keadilan merupakan kuasa ilahi yang mengatasi dewa-dewa. Kita selalu cenderung menjadikan diri kita pusat dunia dan yakin bahwa kita lebih baik dari orang lain. Jika malapetaka menimpa seseorang, kita berpikir bahwa itu adalah adil, tetapi ketika bencana itu menimpa kita, kita bertanya, ‘apa yang telah kulakukan terhadap Allah sehingga bencana ini menimpa diriku ?’
Injil membahas beberapa aspek dari masalah ini. Pertama, hendaknya kita berusaha membebaskan diri dari mentalitas kelompok (Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosa pun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka. – Luk 6:32), karena kejahatan yang dilakukan oleh musuh kita tidak lebih jelek dari pada kejahatan yang kita lakukan.
Keadilan Allah jauh melampaui keadilan kita, dan baru benar-benar terwujud dalam kehidupan yang berikutnya kasus Lazarus, (Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. – Luk 16:24-25).
Kemalangan yang bagi kita di dunia ini tampak seperti ‘hukuman Allah’ tidak lebih dari pada suatu tanda yang bernilai pedagogis (mendidik) yang dipergunakan Allah untuk membuat kita sadar akan dosa kita. Dan Allah sering mempertobatkan seorang pendosa dengan menganugerahkan kepadanya karunia yang tidak diharapkan (Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu." - Luk 19:5).
Kalau begitu, mengapa ada begitu banyak hukuman Allah dalam Perjanjian Lama ? Umat Allah belum mengenal kehidupan abadi, sehingga perlulah berbicara tentang hukuman Allah dalam kehidupan di dunia ini, agar orang-orang ini percaya kepada keadilan-Nya. Sesungguhnya Allah terus memberikan tanda semacam itu baik untuk perorangan maupun untuk kelompok. Baiklah kalau kita belajar mengenal tanda-tanda itu, sambil mengingat bahwa itu bukanlah kata akhir dari keadilan Allah.
(Kitab Suci Komunitas Kristiani – Edisi Pastoral Katolik)
-       Dosa struktural
-       Iman jalan keselamatan

Read more .....

HUKUM YANG LEBIH SEMPURNA

Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. (Mat 5:20). Yesus mengacu pada semangat hukum Taurat.

Pada saat Yesus hendak mengajarkan kita suatu pengertian baru tenang hukum Allah, Ia mengingatkan kita akan godaan untuk mengikuti jalan yang paling mudah. Banyak orang bisa salah mengerti kata-kata Yesus dan berkata, akan menjadi lebih baik jika agama tidak menuntut terlalu banyak sehingga lebih mudah dihayati. Oleh karena itu, Yesus menunjukkan bahwa barangsiapa tidak ingin memenuhi seluruh hukum, tidak akan masuk Kerajaan Allah, tidak juga mereka yang selalu mempunyai dalih untuk kemalasan mereka, perintah-perintah ini tidak terlalu penting ! Bagi mereka yang mentaati hukum, Yesus menunjukkan semangat hukum Taurat. Karena bagi mereka, jalan Injil bukanlah suatu jalan yang menyenangkan, melainkan suatu panggilan untuk hidup yang lebih sempurna.
Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. (Mat 5:21-22). Di sini dimulai hal-hal yang dipertentangkan ‘kamu mendengar….., tetapi aku berkata kepadamu….. ‘ . rumusan ini terlulang enam kali.
Yesus memikirkan tentang membaca Kitab Suci yang terjadi setiap hari sabat di rumah ibadat, sama seperti di gereja sekarang setiap minggu ada bacaan-bacaan yang sudah dipilih lebih dulu. Teks yang dipakai menggunakan bahasa Ibrani atau terjemahannya dalam bahasa Aram (bahasa pergaulan sehari-hari). Para pemimpin rumah ibadat atau para tamu yang lewat di tempat itu memberikan komentar. Yesus dikenal sebagai orang yang sering berbicara dalam perkumpulan dan sangat mungkin bahwa Ia sering berkata ‘kamu telah mendengar…’ dan ‘aku berkata kepadamu …’ karena Ia berbicara sebagai orang yang berkuasa (sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka - Mat 7:29).
Yesus tidak mempertanyakan tuntutan-tuntutan kitab suci, dan Ia juga tidak puas dengan hanya memberi komentar, hukum Kristus adalah suatu panggilan untuk pemurnian hati, yaitu memurnikan maksud hati dan keinginan-keinginan kita. Hukum Kristus adalah suatu penerangan baru yang timbul dari suatu pengalaman baru akan Allah. Apabila kita berbalik kepada Bapa, dan itulah pembaruan besar, meneladani Allah Bapa, (Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna." – Mat 5:48), kita menyadari betapa kurang sempurna kriteria manusia tentang moralitas. Oleh karena itu, jangan kita menyebut dosa hanya apa yang dilihat atau yang disebut dosa oleh masyarakat. Sesungguhnya dosa-dosa kita adalah segala pikiran jahat yang tinggal dalam batin kita dan yang menghasilkan buah-buah kejahatan apabila ada kesempatan (Hai kamu keturunan ular beludak, bagaimanakah kamu dapat mengucapkan hal-hal yang baik, sedangkan kamu sendiri jahat? Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati. - Mat 12:34).
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas. (Mat 5:26). Memperbaiki kerugian berarti lebih dari pada mengembalikan uang yang telah saya ambil secara tidak sah. Saya harus juga mempertanyakan mengapa saya sangat lemah, sehingga saya terbawa oleh keinginan apa saja.
Sering kali kita mengakui betapa kurang hangat kasih kita kepada Allah dan betapa pendek umur ketabahan kita dalam berbuat baik. Ini adalah hasil dari perbuatan jahat kita selama bertahun-tahun. Kita bisa melupakan tentang perbuatan-perbuatan jahat yang telah kita lakukan, tetapi kita lupa memperbaiki kerugian yang ditimbulkan dalam seluruh pribadi kita. Sekalipun kita boleh merasa bahagia dan tidak peduli, kita membawa suatu kematian dalam diri kita karena utang-utang kita yang belum lunas.
Jika kita tidak dimurnikan selama kita hidup di dunia ini, kita akan dimurnikan pada waktu atau sesudah kita mati. Gereja menyebut pemurnian yang penuh penderitaan itu ‘tempat penyucian’. Perubahan yang seharusnya terjadi dalam diri kita (Sesungguhnya aku menyatakan kepadamu suatu rahasia: kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah - 1 Kor 15:51) mustahil terjadi, kecuali kalau Roh Kudus telah menghanguskan akar-akar kejahatan dalam diri kita (Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api. - Mat 3:11).
(Kitab Suci Komunitas Kristiani – Edisi Pastoral Katolik)
-       Apakah Taurat itu
-       Dosa dasar
-       Zakheus

Read more .....

UCAPAN BAHAGIA DAN PERINGATAN

Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya dan berkata: "Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah. (Luk 6:20).

Matius mengadaptasikan delapan sabda bahagia ini untuk anggota gereja  di masanya. Lukas, di lain pihak, menulis sabda bahagia di sini persis yang disampaikan Yesus kepada masyarakat di Galilea. Dalam kata-kata Yesus, sabda bahagia ini merupakan panggilan dan harapan yang dialamatkan kepada kaum yang terlupakan di dunia ini, dimulai dengan orang miskin yang ada di tengah masyarakat-Nya yang merupakan pewaris janji Allah kepada para nabi (Kamulah yang mewarisi nubuat-nubuat itu dan mendapat bagian dalam perjanjian yang telah diadakan Allah dengan nenek moyang kita, ketika Ia berfirman kepada Abraham: Oleh keturunanmu semua bangsa di muka bumi akan diberkati. - Kis 3:25).
Injil sebagaimana dalam Kidung Maria dalam Luk 1:51-53, yang menjungkir-balikkan situasi sekarang. Sejak itu, Allah memperlihatkan belas kasihan-Nya secara khusus kepada kaum miskin dan terhina. Ada seribu satu jalan untuk menghadirkan Yesus dan karya-Nya, akan tetapi supaya pengajaran seperti itu patut mendapat nama dalam penginjilan atau penyampaian Kabar Baik, maka ia harus diterima sebagai Kabar Baik pertama-tama oleh orang miskin. Ia juga mempercayakan Injil-Nya kepada mereka dan membuat mereka orang-orang pertama yang mengambil bagian dalam karya-Nya di dunia. Kaum miskin adalah mereka yang memberikan sumbangan terpenting bagi pembangunan Kerajaan Allah, apabila Gereja  melupakan ini, maka ia sudah kembali kepada apa yang dikritik Yesus tentang umat Allah pada zaman-Nya.
Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu. Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar. Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis. (Luk 6:24-25). Sebagai kontras terhadap ucapan bahagia, Lukas menyajikan ratapan yang mengingatkan kita akan ratapan Yesaya (Sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: "Sesungguhnya, hamba-hamba-Ku akan makan, tetapi kamu akan menderita kelaparan; sesungguhnya, hamba-hamba-Ku akan minum, tetapi kamu akan menderita kehausan; sesungguhnya, hamba-hamba-Ku akan bersukacita, tetapi kamu akan mendapat malu; sesungguhnya, hamba-hamba-Ku akan bersorak-sorai karena gembira hatinya, tetapi kamu akan mengerang karena sedih hati, dan kamu akan menangis karena patah semangat. – Yes 65:13-14). Ini merupakan lagu ratap untuk  orang yang sudah meninggal, bukan kutukan, karena orang kaya sering melupakan Allah dan menjadi tak teresapi oleh rahmat (Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? – Luk 12:19-20). Lagu ratap ini merupakan tanda kasih Allah kepada orang kaya, sebagaimana ucapan bahagia  bagi orang miskin, karena Ia mengasihi mereka semua, tetapi dengan cara yang berbeda. Kepada yang pertama Ia menandaskan, bahwa Ia akan menghancurkan struktur ketidak-adilan, dan kepada yang lain Ia memberi peringatan, bahwa kekayaan membawa maut. (Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka – 1 Tim 6:10).
Ucapan bahagia tidak berbicara tentang pertobatan orang kaya, atau mengatakan bahwa orang miskin lebih baik, tetapi Ia menjanjikan suatu ‘pembalikan’. Kerajaan Allah berarti suatu masyarakat baru : Allah memberkati kaum miskin, bukan kemiskinan.
Kamu telah kenyang, kamu telah menjadi kaya, tanpa kami kamu telah menjadi raja. Ah, alangkah baiknya kalau benar demikian, bahwa kamu telah menjadi raja, sehingga kami pun turut menjadi raja dengan kamu (1 Kor 4:8). Kontras antara kelompok orang yang dikejar-kejar dengan kelompok orang yang baik-baik dalam pandangan masyarakat, bisa terdapat dalam gereja sendiri. Banyak persoalan tetap tidak terpecahkan, bahkan karya misi sendiri dapat dihalangi karena kelompok orang berpengaruh dan orang-orang yang tidak menuntut apa-apa namun tahu bagaimana memperoleh berkat. Yesus mengingatkan kembali teladan para nabi, ketika semua orang berbicara yang baik tentang “kamu” (mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu. – Luk 6:28).
Di masa Yesus, para pemimpin agama masyarakat Yahudi tidak begitu memberi perhatian kepada tulisan para nabi. Mereka lebih mementingkan kitab-kitab hukum yang berpusat pada kultus Kenisah. Yesus mengajar para murid-Nya, bahwa merekalah pewaris para nabi (Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya. - Mat 13:17)    dan menekankan pentingnya para utusan yang sederhana itu di tengah umat Allah, yang sering kali bertentangan dengan pemikiran dominan dalam mewartakan Sabda Allah.
Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat. Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di sorga; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi. (Luk 6:22-23). Seorang Kristiani tidak pernah boleh terkejut oleh kelemahan atau kekurangan apapun yang ditemuinya di dalam gereja, biarlah ia merasa bahagia menjadi seorang yang setia bahkan ketika mengalami pengejaran.
(Kitab Suci Komunitas Kristiani – Edisi Pastoral Katolik)
-       Pemuda yang kaya
-       Ular tembaga
-        

Read more .....