Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda; ada lima serambinya dan di serambi-serambi itu berbaring sejumlah besar orang sakit: orang-orang buta, orang-orang timpang dan orang-orang lumpuh. [Mereka menantikan guncangan air kolam itu. Sebab sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan mengguncangkan air itu; siapa saja yang terdahulu masuk ke dalamnya sesudah guncangan air itu, menjadi sembuh, apa pun penyakitnya.] – (Yoh 5:2-4).
Mengapa Yesus pergi ke kolam Betesda ? Konon kolam itu adalah tempat kafir yang dipersembahkan kepada Aesculapius, dewa kesehatan.
Ada banyak cerita yang mengatakan bahwa sesewaktu orang-orang sakit memperoleh kesembuhan di kolam itu. Orang-orang Yahudi yang saleh, tersinggung karena penyembuhan terjadi di tempat orang kafir, namun menegaskan bahwa orang-orang disembuhkan bukan oleh Aesculapius, tetapi oleh malaikat Tuhan.
Orang-orang Yahudi yang tidak terlalu religius pergi ke sana untuk memperoleh penyembuhan dari dewa-dewa kafir. Yesus juga pergi ke sana, tetapi Ia pergi untuk mencari orang-orang berdosa yang ingin diselamatkan.
Perhatikan jawaban dari orang sakit itu, di tempat yang ajaib ini banyak orang berharap memperoleh kesembuhan, tetapi hanya sedikit yang disembuhkan, Jawab orang sakit itu kepada-Nya: "Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku." (Yoh 5, 7)
Orang sakit ini tidak mempunyai orang untuk menurunkan dia supaya disembuhkan. Kita juga tidak bisa diselamatkan oleh kekuatan kita sendiri, kita butuh seorang Penyelamat.
Yesus menghilang setelah mengerjakan mukjijat itu. Beberapa orang mungkin akan mengatakan bahwa Yesus merasa kerasan di tempat kudus orang-orang kafir, atau berpikir bahwa Ia menyembuhkan orang sakit atas nama dewa-dewa mereka. Yesus sendiri akan memperkenalkan Diri-Nya di Bait Allah yang benar, yaitu tempat Bapa-Nya.
Orang-orang Yahudi menyerang Yesus karena Ia “bekerja” pada hari Sabat.
Mari kita lihat jawaban Yesus secara lebih dekat. Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga." (Yoh 5, 17) Bapa-Ku terus bekerja, ada baiknya kalau orang mengadakan hari istirahat untuk menghormati Allah, namun Allah sendiri tidak beristirahat, dan Ia bukan tidak hadir di dunia ini, Ia memberikan hidup kepada manusia, karena Dia adalah Putera Allah, Yesus lebih baik mengikuti teladan Allah Bapa-Nya dari pada beristirahat seperti orang lain.
Musuh-musuh-Nya ketika mendengar Dia, tidak keliru tentang apa yang dimaksudkan-Nya, mereka ingin membunuh Dia karena Ia menganggap Diri-Nya sama dengan Allah (Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah. Yoh 5, 18)
Kemudian Yesus bertemu dengan dia dalam Bait Allah lalu berkata kepadanya: "Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk." (Yoh 5, 14)
Yesus mengingatkan orang sakit itu akan kekurangan IMANnya, yang menghantar dia ke tempat kudus orang-orang kafir di mana ia sia-sia menanti selama 38 tahun, sama seperti orang-orang Israel tinggal terpisah dari orang lain selama 38 tahun di wahah Kadesy di padang gurun, dan tidak masuk Tanah Terjanji. (Demikianlah kamu lama tinggal di Kadesh, yakni sepanjang waktu kamu tinggal di sana." - Ul 1, 46)
Penginjil Yohanes memperhatikan persamaan ini. Ia juga mengerti bahwa penyembuhan di kolam melambangkan pembaptisan, perkataan Yesus kepada orang yang disembuhkan ditujukan kepada orang yang telah bertobat dan telah dibaptis, “JANGAN BERBUAT DOSA LAGI”.
Dalam ‘wejangan-wejangannya” Penginjil Yohanes suka mengulang kata-kata kunci sebanyak tujuh kali. Di sini umpamanya, kita melihat kata Sabat, Yesus dan Musa diulang masing-masing sebanyak tujuh kali dan Bapa sebanyak empat belas kali. Yohanes bermaksud membuat perbandingan antara agama Yahudi yang ditetapkan oleh Musa, yang di dalamnya tercantum ketentuan tentang hukum istirahat pada hari Sabat dan zaman baru yang dibuka oleh Yesus di mana Ia memampukan kita mengenal Bapa.
(Kitab Suci Komunitas Kristiani – Edisi Pastoral Katolik)