Oleh : Rm. Yohanes Indrakusuma, O.Carm
Maria adalah tipe orang beriman, Maria lebih dari yang lain-lain, selalu hidup dari iman dan dalam iman. Sewaktu menerima kabar gembira dari malaikat Gabriel, Maria menerima pesan yang kedengarannya mustahil itu dengan iman.
Kalau kita melihat pesan melaikat kepada Maria dan reaksi Maria saat melaikat mengatakan : “Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan." (Luk 1:31-33). Bagi Maria ini adalah sesuatu yang mustahil dan tentunya juga bagi manusia ini adalah mustahil. Walaupun demikian, Maria percaya karena ia memiliki hati yang rela bagi Allah. Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?" (Luk 1:34)
Ini berbeda dengan ungkapan Zakharia di mana ia mengatakan : "Bagaimanakah aku tahu, bahwa hal ini akan terjadi? Sebab aku sudah tua dan isteriku sudah lanjut umurnya." (Luk 1:18). Maka malaikat memberi tanda kepada Zakharia, Jawab malaikat itu kepadanya: "Akulah Gabriel yang melayani Allah dan aku telah diutus untuk berbicara dengan engkau dan untuk menyampaikan kabar baik ini kepadamu. Sesungguhnya engkau akan menjadi bisu dan tidak dapat berkata-kata sampai kepada hari, di mana semuanya ini terjadi, karena engkau tidak percaya akan perkataanku yang akan nyata kebenarannya pada waktunya." (Luk 1:19-20).
Maria percaya kepada salam malaikat Gabriel, sehingga ketika ia mengunjungi Elizabeth, Elizabeth mengatakan : “Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana." (Luk 1:45). Maria mendengar dari malaikat Gabriel bagaimana cara terjadinya. Kata Maria : "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu. (Luk 1:38).
Kalau kita merenungkan keadaan Maria, sebagai manusia kita melihat Maria berada dalam suatu situasi yang sulit. Dengan pertimbangan manusiawi apakah ia dapat menyampaikan pesan Allah ini kepada St. Yosef, sehingga dia pun percaya. Dengan segala risiko yang mungkin akan dihadapinya, Maria tetap percaya kepada Tuhan. Kalau Tuhan menghendaki hal itu, pasti Tuhan akan mengatur segala-galanya, karena Maria benar-benar orang beriman yang percaya kepada Allah.
Kata-kata Elizabeth yang ditujukan kepada Maria, “Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana." (Luk 1:45). Seperti Maria yang hidup sungguh-sungguh dalam iman, pada dasar regula Karmel ditekankan peranan iman ini. Para Karmelit harus hidup dalam iman sesuai dengan teladan Bunda Maria. Karena itu betapa pentingnya peranan iman dalam kehidupan kita. Dalam regula dikutip dari Ibrani, Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia. (Ibr 11:6). Jadi iman itu yang membuat kita berkenan kepada Allah dan dalam hal ini Maria bisa disebut “Puteri Abraham”. Bapa Abraham yang imannya begitu besar sehingga oleh Allah diperhitungkan sebagai kebenaran, (Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? "Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. – Rm 4:3), demikian juga Maria yang percaya, dan tahu bahwa ‘bagi Allah tiada suatupun yang mustahil’ (Luk 1:37).
Oleh karena itu, Maria adalah tipe orang yang sungguh-sungguh beriman. Melalui iman ini Maria dapat melihat segala sesuatu dengan pandangan Allah sendiri. Oleh iman, kita dimampukan untuk melihat segala sesuatu, baik peristiwa yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan sebagai suatu kebaikan. Apapun yang menimpa kita, kita melihatnya dalam iman. Semua peristiwa dan kejadian dapat dilihat dalam terang Allah. Orang yang beriman melihat segala sesuatu dalam pandangan Allah sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar