Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya." (Yoh 6, 27)
Yohanes menguraikan pernyataan-pernyataan Yesus di tempat ibadat di Kapernaum. Tentu Yesus sendiri pada waktu itu tidak mengembangkan sepenuhnya ajaran tentang Ekaristi (Yoh 6, 48-58), tetapi tak dapat diragukan, bahwa Yesus mengatakannya dengan suatu cara yang menimbulkan skandal di antara para pendengar-Nya. Apa yang dikatakan-Nya hanya menegaskan secara jelas, bahwa kita harus pergi kepada-Nya, karena Ia adalah roti sejati yang memberi kita kehidupan kekal. (Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia." – Yoh 6, 51)
Wejangan pertama dari Yesus adalah bahwa Yesus menjadi roti hidup bagi kita apabila kita percaya kepada-Nya. (Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal. – Yoh 6, 47)
Dahulu kala, ketika orang-orang Israel berkelana di padang gurun dan mereka serba kekurangan, Allah memberi mereka suatu makanan sementara yang disebut manna. Umat Israel menerima manna dan mengucap syukur, tetapi akhirnya hanya memperhatikan apa yang bisa diberikan Allah dan tidak bersyukur kepada-Nya, dan akhirnya hanya meminta dan mengeluh terus.
Oleh karena itu Allah sekarang memberikan sesuatu yang baru, Roti yang turun dari surga bukanlah sesuatu melainkan seseorang, yaitu Kristus (Yoh 6, 51). Roti sejati ini memberikan kehidupan kekal kepada kita, tetapi untuk bisa menerima-Nya kita perlu mengambil suatu langkah, yaitu percaya kepada Kristus dan membuat suatu komitmen personal kepada-Nya.
Wejangan kedua dari Yesus ialah, bahwa Yesus menjadi roti kita, ketika kita makan tubuh-Nya dalam sakramen Ekaristi (Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia." - Yoh 6, 51)
Bagaimana orang ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan ? (Yoh 6, 52). Demikian juga perkataan orang-orang Israel yang tidak percaya kepada Allah di padang gurun "Siapakah yang akan memberi kita makan daging?” (Bil 11, 4) dan Siapakah yang akan memberi kami makan daging? (Bil 11, 18). Yohanes bermain dengan kata-kata yang sama , tetapi memberi suatu arti yang lain di sini, mengapa seorang utusan dari surga memberikan daging kepada dunia, padahal yang kita butuhkan adalah sesuatu yang rohani. Yesus menjawab : daging yang untuk dimakan ini kedengaran seperti makanan untuk pertumbuhan tubuh kita, tetapi sesungguhnya adalah partisipasi dalam kehidupan Kristus yang telah bangkit yang telah diubah oleh Roh, karena itu memberi hidup (Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup. - Yoh 6, 63).
Dengan perantaraan barang duniawi, orang beriman berpartisipasi dalam realitas surgawi dan bersatu dengan Kristus yang bangkit. Gereja menjelaskan, bahwa sakramen adalah suatu benda duniawi yang melambangkan dan mewujud-nyatakan realitas rohani. Apabila kita orang beriman berpartisipasi dalam suatu sakramen, kita berjumpa dengan pribadi Kristus yang hidup dan yang membarui kehidupan kita.
Dalam perjamuan Tuhan, yaitu dalam perayaan Ekaristi, kita sungguh-sungguh menerima tubuh dan darah Kristus, dalam rupa roti dan anggur. Bagi kita Kristus yang telah bangkit menjadi makanan untuk kehidupan kekal, Yesus bekerja sebagai roti hidup dalam diri kita.
Apabila kita makan roti biasa, tubuh kita mencerna dan mengasimilasinya, tetapi apabila kita makan roti hidup (tubuh Kristus), roti inilah yang mengubah kita secara aktif :
- Kristus memberikan jaminan kehidupan yang kekal kepada kita (Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman.- Yoh 6:54)
- Kristus menyatukan kita dengan Diri-Nya (Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. – Yoh 6:56).
- Karena Kristus adalah HIDUP, maka kita akan beroleh HIDUP dalam Dia (Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku. – Yoh 6, 57)
Dalam kebudayaan Ibrani, daging dan darah berarti seorang manusia dalam kondisinya yang fana. Yesus ingin menjadi milik kita dengan segala keberadaan-Nya sebagai manusia dalam kondisi-Nya yang sederhana dan fana, dengan demikian memberikan kita keilahian-Nya. Nyatalah bahwa komuni hanya menampakkan artinya yang lengkap jika diterima dalam dua rupa, roti dan anggur, bahkan di dalam Gereja Latin tidak ada Ekaristi jika selebran Ekaristi tidak menyambut dalam dua rupa.
Mungkin kita kurang yakin akan hal ini, bahwa kehidupan Yesus diteruskan kepada kita dengan menerima komuni. Kita sering mempertanyakan perkataan Yesus, barang siapa memakan Aku akan hidup, barang siapa tidak ... Kita perlu memperlajari perumpamaan tentang Kerajaan Allah secara lebih cermat. Karunia Allah, entah itu Sabda atau Tubuh Kristus, adalah suatu benih yang sangat kecil, sehingga bisa saja hilang atau tidak menghasilkan buah. Karunia Allah hanya berbuah di dalam hati mereka yang percaya dan bertahan sampai akhir.
Sakramen-sakramen yang kita terima membantu kita menjadi matang dalam kehidupan Allah. Sakramen-sakramen itu mempengaruhi inti keberadaan kita. Kita tidak memahami bahwa transformasi adalah sesuatu yang terjadi dalam lubuk hati kita dan sering tidak selalu langsung dapat dilihat mata.
(Kitab Suci Komunitas Kristiani – Edisi Pastoral Katolik)- Perumpamaan tentang penabur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar