“Salam ya Ratu, Bunda Kerahiman, Kehidupan, Penghibur, dan Pengharapan kami......” Berapa kali kita mendoakannya pada akhir Doa Rosario, doa ini berasal dari abad pertengahan dan ada legenda tentang asal-usul doa tersebut.
Pada suatu pagi, seorang rahib membuka pintu biara pada waktu subuh, ia melihat keluar dan gembira atas hari yang baru. Lalu matanya tertuju pada depan pintu, di sana tergeletak sesuatu. Ketika ia mau mengambilnya, ia mendengar ada suara bayi, “Apakah ini seorang bayi ?” pikirnya. Ketika ia membuka tutupnya, benar ia melihat seorang bayi, cepat-cepat ia membawa masuk ke dalam rumah biara. Ia merasa sangat kasihan kepada sang ibu yang terpaksa harus meninggalkan bayinya dengan cara demikian, dan si rahib berdoa dalam hatinya bagi sang ibu tersebut. Ketika selimut dan pakaiannya dibuka, ternyata bayi itu laki-laki, dan kemudian hari ternyata anak laki-laki itu lumpuh.
Rahib itu kemudian memanggil teman-temannya yang lain dan mereka mengambil keputusan untuk menjaga anak itu sampai ada orang yang mencarinya nanti. Tetapi hal ini tidak pernah terjadi, tidak pernah ada orang yang datang mencari anak bayi itu. Para rahib memberi nama anak itu Herman dan lambat laun ia dikenal dengan sebutan Herman si Lumpuh.
Tahun demi tahun berlalu dan anak itu menjadi besar di biara, para rahib mengajar dan mendidik dia dengan baik. Ia dididik untuk menjadi seorang guru matematika dan ternyata ia sangat pintar. Ia juga tidak pernah merasa menderita atau merasa malu karena kelumpuhan yang dideritanya, padahal ini merupakan sumber rasa sakit yang luar biasa pada tulang belakangnya sepanjang hidupnya. Ia selalu merasa gembira, sukacita dan ramah terhadap sesamanya, bekerja keras, dan sangat produktif. Semua rahib di biara sangat mengaguminya, sedemikian mengaguminya, sehingga pada saat menjelang akhir hidupnya, mereka membicarakan hidup spiritualitasnya yang tinggi itu dan mereka bertanya-tanya apa rahasia yang mendorong dia bisa hidup dengan spiritualitas yang demikian tinggi itu. Lalu ia mengambil pena dan kertas, kemudian menuliskannya : “Salam ya Ratu, Bunda Kerahiman, kehidupan, penghibur dan pengharapan kamil. Kepadamu kami memohon, kami berkabung dan menangis dalam lembah air mata ini. Pembicara kami yang manis, matamu yang penuh kerahiman menatap kepadaku. Setelah peziarahan ini, tunjukkanlah kepadaku, Yesus Buah Tubuhmu Yang Terpuji itu, oh ibu yang murah hati, yang penuh cinta kasih, oh Perawan Maria yang manis.”
Itulah legenda tentang Herman si lumpuh dan asal-usul doa yang indah itu, tak heran mengapa doa ini dipilih sebagai penutup Doa Rosario. Ini mengandung semua permohonan, penghiburan, rasa syukur dan harapan yang Herman alami melalui Bunda Maria. Ia telah memulai hidupnya tanpa keluarga, dan tanpa rumah serta kesehatannya dalam kelumpuhannya. Tetapi ia mempunyai iman untuk memohon pertolongan pada Bunda Maria. Ketika ia memberinya tanpa batas, ia bersyukur sekali dengan hidupnya yang penuh suka cita yang menggambarkan rasa syukurnya itu. Devosinya yang besar kepada Bunda Maria dibalas ketika ia menghembuskan nafasnya yang terakhir dari peziarahannya di dunia ini berakhir.
Bunda Maria, ingatlah pada kami, kami tidak mengklaim kemuliaan seperti kepunyaanmu, tetapi tinggallah bersama kami, ketika kami berjuang hingga pada harinya ketika rahmat membebaskan kami dari hidup kedosaan ini, yang akan membawa kami kepadamu dan kepada Tuhan kita. Berkatilah kami, oh Bunda, bawalah kami kepadamu dan kepada Tuhan kita, berkatilah kami ya Bunda, Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar