9/11/2008

KEBIASAAN-KEBIASAAN KAFIR

Kita hidup dalam masyarakat yang bersifat pluralis, di mana banyak yang tidak mengakui iman kita, dan kadang-kadang kita bertanya apakah kita harus bepartisipasi dalam pesta atau hari raya mereka, atau kegiatan-kegiatan yang tidak sesuai dengan iman kita.

Misalnya, bagaimana berhubungan dengan keluarga atau tetangga yang menganut agama lain. Apakah yang dapat dilakukan seorang istri kalau suami tidak memiliki kepekaan hati nurani seperti dia. Apakah seorang bisa masuk dalam kelompok atau partai di mana banyak anggotanya menentang Gereja ? Inilah problem yang mau dijawab Paulus ketika berbicara tentang daging yang dipersembahkan kepada berhala, penjelasannya ada dalam surat kepada jemaat di Korintus, dimulai dari 1 Korintus bab 8 sampai bab10:23 – 11:1.

Ada banyak persembahan-persembahan binatang dalam bait agama kafir, setelah persembahan di salah satu ruangan dalam bait, mereka terbiasa merayakan makan bersama di mana daging yang tadinya dipersembahkan dihidangkan. Orang-orang kristen sering kali diundang dalam perjamuan ini oleh sahabat-sahabat kafir mereka. Di lain kesempatan daging persembahan berhala ini dihidangkan kepada mereka dalam rumah sahabat mereka. Dan banyak juga daging yang dijual di pasar adalah dari persembahan berhala.

Paulus tidak mau umat kristen menjadi kelompok fanatik yang memisahkan diri dari kalangan masyarakat. Biarpun benar bahwa mempersembahkan binatang kepada berhala adalah dosa, bukan dengan alasan tersebut daging menjadi najis atau tidak halal.

Dewa-dewa palsu tidak ada, dan dengan demikain mereka tidak mempunyai kuasa, tambahan pula Yesus telah mengatakan : “Apapun dari luar yang masuk ke dalam seorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang itulah yang menjajiskannya “ (Mrk 7:15)

Orang-orang Kristen yang suara hatinya terbentuk bisa saja makan daging tersebut, karena ia tahu bahwa hal itu bukanlah dosa. Tetapi mereka berkewajiban untuk menghormati opini orang lain dan menjaga supaya jangan menjadi batu sandungan bagi mereka yang tidak mengerti alasan mereka.

Dalam bab 8:10-12 Paulus berbicara tentang mereka yang suara hatinya lemah atau belum terbentuk, (Karena apabila orang melihat engkau yang mempunyai "pengetahuan", sedang duduk makan di dalam kuil berhala, bukankah orang yang lemah hati nuraninya itu dikuatkan untuk makan daging persembahan berhala? Dengan jalan demikian orang yang lemah, yaitu saudaramu, yang untuknya Kristus telah mati, menjadi binasa karena "pengetahuan"mu. Jika engkau secara demikian berdosa terhadap saudara-saudaramu dan melukai hati nurani mereka yang lemah, engkau pada hakekatnya berdosa terhadap Kristus. – 1 Kor 8 : 10-12), berarti umat beriman yang belum mendapat pembinaan yang cukup atau mereka menerima pembinaan yang keliru. Mereka berpikir bahwa sesuatu adalah dosa, tetapi kenyataannya bukanlah dosa. Atau mereka lemah dan mengikuit saja orang lain, padahal suara hati mereka mempersalahkan mereka karena perbuatan tersebut.

Ada sesuatu yang lebih besar, dalam 1 Korintus bab 10:14-22, Paulus menyatakan, bahwa seorang kristen tidak bisa ikut dalam perjamuan di kuil berhala. Pada ayat ini, rasul Paulus tidak menyatakannya dengan jelas, tetapi secara berhati-hati, memperlihatkan bahwa hal ini bisa menjadi batu sandungan bagi orang lain. (Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah penyembahan berhala! – 1 Kor 10:14)

Selanjutnya Paulus menjelaskan :

"Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun. Jangan seorang pun yang mencari keuntungannya sendiri, tetapi hendaklah tiap-tiap orang mencari keuntungan orang lain.

Kamu boleh makan segala sesuatu yang dijual di pasar daging, tanpa mengadakan pemeriksaan (pengecekan apakah daging bekas persembahan kepada berhala) karena keberatan-keberatan hati nurani. Karena: "bumi serta segala isinya adalah milik Tuhan."

Kalau kamu diundang makan oleh seorang yang tidak percaya (maksudnya kafir), dan undangan itu kamu terima, makanlah apa saja yang dihidangkan kepadamu, tanpa mengadakan pemeriksaan karena keberatan-keberatan hati nurani.

Tetapi kalau seorang berkata kepadamu: "Itu persembahan berhala!" janganlah engkau memakannya, oleh karena dia yang mengatakan hal itu kepadamu dan karena keberatan-keberatan hati nurani. Yang aku maksudkan dengan keberatan-keberatan bukanlah keberatan-keberatan hati nuranimu sendiri, tetapi keberatan-keberatan hati nurani orang lain itu. Mungkin ada orang yang berkata: "Mengapa kebebasanku harus ditentukan oleh keberatan-keberatan hati nurani orang lain? Kalau aku mengucap syukur atas apa yang aku turut memakannya, mengapa orang berkata jahat tentang aku karena makanan, yang atasnya aku mengucap syukur?" Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.

Janganlah kamu menimbulkan syak dalam hati orang, baik orang Yahudi atau orang Yunani, maupun Jemaat Allah. Sama seperti aku juga berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal, bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk kepentingan orang banyak, supaya mereka beroleh selamat. (1 Kor 10:23-33)

(Kitab Suci Komunitas Kristiani – Edisi Pastoral Katolik)

Tidak ada komentar: