Sikap kita dalam hal pengampunan dan cinta kasih, dapat benar-benar mempertobatkan teman-teman atau saudara-saudara kita, bahkan juga orang-orang lainnya dalam hal ini musuh kita, meskipun orang-orang yang demikian sangat keras hatinya sekalipun. Ini diungkapkan dalam kisah sejati dari seorang komunis yang diterjemahkan dan disingkat dari majalah “Catholic Action in the Church of Silence”.
Ada penjara tertentu di sebuah desa komunis yang hanya dihuni oleh ”orang-orang yang percaya”, yaitu mereka yang percaya akan Allah yang ditempatkan dalam barak-barak ini.
Pada suatu hari, seorang penjaga penjara mendorong seorang napi yang baru masuk, mula-mula tidak ada seorangpun dari para napi yang mengenali dia, meskipun mereka semua adalah “orang yang percaya”. Setelah beberapa menit, tiba-tiba ada salah seorang dari “yang percaya” itu berseru dengan heran : ”Ada apa dengan Kapten itu ?”
Kapten yang dimaksud tersebut adalah Kapten yang terkenal sebagai seorang yang paling kejam di rezimnya, di mana ia akan menangkap setiap “orang yang percaya” dan menyiksa dengan kejam sebelum ia mengirimnya ke barak bagi “orang-orang yang percaya”. Karena beberapa dari napi yang ada di situ telah menderita sangat mengerikan oleh tangan sang Kapten tersebut, jadi mereka dan lain-lainnya langsung mengerumuni Kapten itu dan bertanya kepadanya, dengan keingin-tahuan mengapa dia sekarang juga ada di tengah-tengah mereka. Dengan air mata penyesalan mengalir di pipinya, Kapten tersebut menceritakan kisahnya.
Beberapa bulan sebelumnya, ada seorang anak laki-laki berusia 12 tahun masuk ke kantornya, dengan membawa bunga di tangannya, lalu memberikan bunga itu kepada Kapten itu sambil berkata : “Tuan, anda adalah orang yang memenjarakan ayah dan ibuku, karena percaya kepada Allah. Hari ini adalah hari ulang tahun ibuku, dan pada hari ulang tahunnya aku selalu memberi bunga pada ibuku, tetapi karena tindakan anda, tuan, saya tidak lagi dapat memberinya bunga ini pada hari ini. Bagaimanapun juga, karena ibuku percaya akan Tuhan, ia telah mengajarkan aku, bahwa aku harus mencintai semua orang, bahkan musuh-musuhku dan bahwa aku harus membalas yang jahat hanya dengan hal-hal yang baik. Karena itulah aku telah datang pada hari ini dengan bunga ini. Tolonglah tuan, berikanlah bunga ini kepada istri anda, ibu dari anak-anak anda, dan katakanlah kepadanya, bahwa aku mencintai anda, istri anda dan anak-anak anda, karena aku mencintai Kristus !” (Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang! – Rm 12:17)
Ini sudah keterlaluan, juga bagi seorang Kapten Komunis yang kejam, karena dia juga adalah mahluk Allah yang adalah cahaya sejati yang menerangi setiap orang yang datang ke dalam dunia. (Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia. - Yoh 1:9) Akhirnya Kapten tersebut memeluk anak itu dan percaya akan Tuhan.
Sejak hari itu, ia tidak dapat menyiksa orang-orang karena iman mereka, juga tidak dapat mempertahankan kedudukannya sebagai seorang Kapten Komunis lagi.
Jadi, sekarang ia adalah salah seorang dari mereka, yaitu “orang yang percaya”, dan ia menganggap ini sebagai suatu yang istimewa untuk dapat duduk bersama di antara mereka yang telah ia tangkap, yang telah ia siksa dan telah memenjarakan sendiri mereka oleh karena iman. Ia mengharapkan mereka mau mengampuni dia, seperti yang dilakukan oleh anak laki-laki 12 tahun itu.
Karena kunci sejati kepada kemenangan dalam kehidupan Kristiani adalah : cinta yang mau mengampuni, meskipun kepada musuhnya sendiri.
(Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. – Mat 5:44)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar