7/15/2009

BELUKAR YANG BERNYALA


Allah menunggu beberapa tahun, baru kemudian Ia memanggil Musa, saat ia telah menjadi orang yang dewasa. Ia memanggil Musa, ketika ia telah memilih hidup sebagai ayah dari suatu keluarga dan gembala domba-domba (Adapun Musa, ia biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam di Midian. Sekali, ketika ia menggiring kambing domba itu ke seberang padang gurun, sampailah ia ke gunung Allah, yakni gunung Horeb – Kel 3:1).

Allah memanggil Musa di padang gurun, tempat ia menjauhkan diri dari kemalangan-kemalangan bangsanya, dan hari demi hari mengabaikan kesempatan untuk menolong mereka. Demikianlah, sering kali Allah menunggu seseorang di padang gurun dalam hidupnya. Pada saat-saat semacam itu, yang tampaknya sangat kosong, Allah mempersiapkan hamba-Nya, sementara hati dan kemurahan-Nya tetap utuh.

Lalu Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api (Kel 3:2). Tentang Malaikat Tuhan, kita tahu bahwa inilah salah satu cara untuk mengatakan, bahwa Allah - Tuhan sendiri, menampakkan diri sebagai nyala api yang menarik perhatian mata, tetapi membakar barang siapa saja yang mendekatinya.

Selama berabad-abad gunung ini dianggap sebagai suatu tempat kudus, dan Musa melakukan apa yang dilakukan setiap orang yang memasuki suatu tempat kudus, yaitu menanggalkan kasutnya, supaya tidak membawa ke hadapan Allah debu dari kehidupan sahari-hari (Lalu Ia berfirman: "Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus." – Kel 3:5). Hanya wahyu Perjanjian Baru mengijinkan kita mengalami secara serentak hormat kepada kemahasucian Allah dan kepercayaan kepada Dia yang dekat dengan kita (Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. - Yoh 1:14)

Lagi Ia berfirman: "Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub." Lalu Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah. (Kel 3:6). Dia yang memanggil Musa adalah Dia yang disembah oleh para leluhurnya, dengan menggunakan nama-nama yang berbeda, namun Ia adalah esa dan pilihan-Nya jatuh kepada Musa.

Tetapi Musa berkata kepada Allah: "Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?" (Kel 3:11). Musa bukan lagi pemuda yang penuh antusiasme yang menyerang mandor Mesir, tetapi sebagai seorang yang sudah matang, ia memahami bahwa perutusan ini melampaui kekuatannya, dan ia takut memberikan dirinya sepenuhnya ke dalam tangan Allah. Tetapi panggilan Allah bukanlah seperti suara yang berbunyi dan berlalu begitu saja, karena sesungguhnya Allah telah menguasai hati Musa.

Lalu firman-Nya: "Bukankah Aku akan menyertai engkau? Inilah tanda bagimu, bahwa Aku yang mengutus engkau: apabila engkau telah membawa bangsa itu keluar dari Mesir, maka kamu akan beribadah kepada Allah di gunung ini. (Kel 3:12). Setiap kali Allah memanggil seseorang untuk suatu perutusan, Ia memulai dengan menenteramkan hati orang itu, dengan jaminan bahwa segala sesuatu akan berjalan baik (Seorang pun tidak akan dapat bertahan menghadapi engkau seumur hidupmu; seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau; Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau. - Yos 1:5 ; dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." - Mat 28:20)

Jadi sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir." (Kel 3:10)

Demikian permulaan perutusan Musa, setelah membebaskan bangsa Israel dari Mesir, Allah, yang hampir dengan “memaksa” (kel 4:14), akan menentukan nasib mereka yaitu menjadikan mereka menjadi umat pilihan Allah.

Allah berbicara akan membawa Israel ke suatu tanah yang mengalir susu dan madu, tanah yang dijanjikan kepada Abraham. Ia tidak menetapkan waktu atau memberikan rincian, tetapi paling sedikit Ia telah menubuatkan suatu peristiwa, yang akan membuktikan kebenaran dari perutusan itu, nanti pada suatu hari, bangsa Israel, yang miskin tetapi merdeka, akan tiba di gunung Horeb (atau gunung Sinai) bersama Musa untuk berjumpa dengan Allah, dan menerima sabda-Nya yang menghidupkan.

(Kitab Suci Komunitas Kristiani – Edisi Pastoral Katolik)

Tidak ada komentar: