7/16/2009

APAKAH TAURAT ITU ?


Taurat (dalam bahasa Ibrani : Torah) adalah nama yang diberikan orang-orang Yahudi kepada ‘lima kitab pertama’ dari Kitab Suci Perjanjian Lama, yaitu kitab Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan.

Untuk pertama kalinya nama “Taurat” disebut dalam pengantar kitab Sirakh. Pada awal tarikh Masehi, nama itu dipakai umum, sehingga tercantum pula dalam Perjanjian Baru ("Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. - Mat 5:17 ; Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?" - Luk 10:26).

Orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani menyebut Taurat “He Pentateuchos (Biblos)”, yang berarti : Kitab berjilid lima atau lima gulungan (Penta = lima, Teukhos = gulungan). Lama kelamaan nama Yunani ini diterima umum, sehingga kelima kitab pertama Perjanjian Lama kini biasanya disebut “Pentateukh”, juga dalam bahasa Indonesia.

Dalam pandangan orang-orang Yahudi, Taurat itu bukannya lima buku tersendiri, melainkan satu kitab yang berjilid lima, kelima jilid Taurat merupakan kesatuan yang utuh.

Bagi kita, orang Kristen, keempat buku pertama dari Perjanjian Baru, yaitu Injil Matius, Markus, Lukas dan Yohanes, jauh lebih penting dari pada kitab Kisah Para Rasul, surat-surat rasul (Paulus, Petrus, Yohanes, Yakobus dan Yudas) maupun kitab Wahyu. Namun orang Kristen sependapat bahwa Perjanjian Baru tidak boleh dibatasi pada keempat Kitab Injil itu saja. Demikianpun pandangan orang-orang Yahudi mengenai kelima buku pertama Perjanjian Lama. Mereka menjunjung tinggi seluruh Perjanjian Lama, tetapi mereka mengutamakan kitab Taurat atas semua kitab Perjanjian Lama lainnya. Sebab justru di dalam kitab Taurat itu terungkaplah inti amanat Allah kepada manusia. Oleh karena itu untuk mengenal dan memahami Perjanjian Lama dengan baik, perlu terlebih dahulu membaca dan merenungkan kitab Taurat, yaitu Pentateukh.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa kitab Taurat berisikan :

1. Kisah-kisah (mis. Mengenai para bapa bangsa, Musa, dll)

2. Daftar-daftar dan silsilah-silsilah (khususnya dalam kitab bilangan)

3. Ajakan-ajakan (khususnya dalam kitab Ulangan)

4. Hukum-hukum.

Sebagian besar kitab Taurat berisikan pelbagai hukum (peraturan, ketetapan, undang-undang, dsb). Kadang-kadang suatu kisah (mis. mengenai penciptaan dunia) tiba-tiba berakhir dengan pemakluman suatu hukum (mis. Mengenai hari Sabat yang dikhususkan bagi Tuhan). Sering kali terjadi pula bahwa suatu kisah jelas dimaksudkan sebagai keterangan tentang salah satu peraturan yang sudah berlaku, misalnya kisah mengenai Paskah yang diceritakan dalam kitab Keluaran bab 12 (Dan beginilah kamu memakannya: pinggangmu berikat, kasut pada kakimu dan tongkat di tanganmu; buru-burulah kamu memakannya; itulah Paskah bagi TUHAN. Hari ini akan menjadi hari peringatan bagimu. Kamu harus merayakannya sebagai hari raya bagi TUHAN turun-temurun. Kamu harus merayakannya sebagai ketetapan untuk selamanya – Kel 12:11,14)

Peranan hukum dalam kitab Taurat begitu besar, sehingga seluruh kitab itu diberi nama “Hukum”, dalam arti demikian pula para pengarang Perjanjian Baru berbicara mengenai “hukum Taurat”.

Istilah “hukum” ini sebenarnya kurang tepat, sebab Taurat itu bukan suatu kitab hukum dalam arti modern untuk kata ini, dan juga bukan suatu kitab sejarah, walaupun di dalamnya terdapat banyak cerita dan kisah yang dapat ditempatkan dalam rangka sejarah konkrit. Taurat adalah sebuah buku agama, atau lebih tepat : sebuah buku penuh dengan pelbagai gagasan yang membentuk dan menjiwai hidup keagamaan bangsa Israel.

Kitab Taurat dapat diumpamakan dengan buku katekismus Perjanjian Lama. Dengan membaca kitab Taurat, orang beriman dapat belajar, bahwa Allah adalah Pencipta yang mahakuasa. Allah itu telah memilih sebuah bangsa yang akan mengenal dan berbakti kepada-Nya. Allah mengasihi bangsa itu serta menghendaki supaya bangsa pilihan-Nya membalas kasih-Nya dengan sempurna. Bangsa pilihan Allah itu terdiri dari manusia-manusia biasa yang tidak luput dari kedosaan atau kesalahan.

Di samping ajaran pokok ini, kitab Taurat menyoroti pula beberapa lembaga kehidupan manusiawi, seperti perkawinan, pekerjaan, hidup bermasyarakat, dll.

Kitab Taurat memberi juga uraian mengenai sejumlah lembaga keagamaan, seperti perjanjian, sunat, Sabat, hari-hari raya, kurban, dll.

Namun Taurat bukanlah semacam buku katekismus dalam arti yang sempit. Kitab Taurat diresapi suatu dinamisme rohani yang luar biasa. Dinamisme itu bersumberkan sebuah janji yang diberikan Allah kepada bangsa pilihan-Nya dengan cuma-cuma. Janji itu mengungkapkan kasih Allah yang tidak terhingga terhadap umat manusia, Allah menghendaki supaya semua manusia selamat dan bersatu dengan-Nya. Inilah rencana penyelamatan Allah.

Kitab Taurat dapat juga disebut buku dasar hidup beragama. Kata “Torah/Taurat” sangat kaya artinya. Kata ini berasal dari kata kerja yang artinya “mengajar, mendidik” dan berdekatan artinya dengan kata “guru, pengajar”. Kata ini berkaitan pula dengan kata kerja lain yang berarti “meletakkan dasar, menaruh fundamen”. Oleh karena itu, kata Taurat dapat diterjemahkan dengan istilah “ajaran”, akan tetapi ajaran Taurat begitu ‘original’, sehingga lebih baik kata “Taurat” itu tidak diterjemahkan sama sekali dan dipertahankan dalam bunyi aslinya.

Kitab Taurat dapat diumpamakan juga dengan pohon kehidupan, demikianlah pendapat orang-orang Yahudi. Mereka suka berkata bahwa Taurat adalah kekuatan bagi kaum beriman, air yang menghilangkan dahaga, dsb. Taurat itu ibarat minyak atau madu atau balsam yang sedap harumnya dan berkhasiat sebagai obat mujarab. Taurat adalah pohon kehidupan dan cahaya Allah.

Terdorong oleh cinta yang mendalam, orang-orang Yahudi memelihara kitab Taurat dengan penuh hormat. Kitab itu mereka tempatkan di dalam kotak yang khusus dan mereka simpan dalam lemari yang dihiasi dengan indah. Di depan tempat penyimpanan Taurat dinyalakan lampu. Cinta orang-orang Yahudi terhadap kitab Taurat dapat diartikan sebagai suatu ajakan untuk membacanya dengan hikmat dan hormat.

(Sumber : Menuju Tanah Terjanji, Stefan Leks, Lembaga Biblika Indonesia)

Tidak ada komentar: