Setelah Herodes mati, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi di Mesir, katanya : "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya dan berangkatlah ke tanah Israel, karena mereka yang hendak membunuh Anak itu, sudah mati." Lalu Yusuf pun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya dan pergi ke tanah Israel. Tetapi setelah didengarnya, bahwa Arkhelaus menjadi raja di Yudea menggantikan Herodes, ayahnya, ia takut ke sana. Karena dinasihati dalam mimpi, pergilah Yusuf ke daerah Galilea. Setibanya di sana ia pun tinggal di sebuah kota yang bernama Nazaret. Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi-nabi, bahwa Ia akan disebut: Orang Nazaret. (Mat 2:19-23)
Kembalinya ke Nazareth, di sini berakhir kisah-kisah yang bertujuan memperkenalkan kita kepada Injil. Kisah-kisah ini mewartakan pengutusan Kristus : Penebus, dihukum secara salah oleh bangsa-Nya sendiri, dan karena dikejar-kejar oleh mereka yang berkuasa, Ia akan berpaling kepada bangsa-bangsa kafir. Karena Galilea dianggap sebagai setengah asing dan kafir oleh orang-orang Yahudi di Yudea (Tanah Zebulon dan tanah Naftali, jalan ke laut, daerah seberang sungai Yordan, Galilea, wilayah bangsa-bangsa lain - Mat 4:15). Yesus akan tinggal tiga puluh tahun di kampung kecil di mana Ia dibesarkan dan bekerja sebagai “tukang kayu” (Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon - Mrk 6:3) sementara dunia menunggu penyelamatan.
Ia akan disebut “Orang Nazareth”. Matius bermain dengan kata ini yang mengingatkan kita tentang nezer atau tunas (Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah. – Yes 11:1) dan orang nazir atau orang-orang yang mengkhususkan dirinya bagi Tuhan (Bila 6:2). Pada Waktu itu ada kelompok-kelompok agama yang berkhotbah dan membaptis, sama seperti Yohanes Pembaptis, dan mereka disebut orang-orang nazir. Yesus adalah sekaligus nezer (tunas) dan orang nazir (orang yang mengkhususkan dirinya bagi Tuhan).
Banyak orang bertanya-tanya apa yang diperbuat Yesus antara umur dua belas tahun, ketika Ia ditemukan di Bait Allah (Sesudah tiga hari mereka menemukan Dia dalam Bait Allah – Luk 2:46), dan umur tiga puluh tahun, perkiraan umur Yesus pada waktu Ia mulai berkarya di depan umum. Ada pengajar-pengajar palsu yang menyalah-gunakan kekosongan dalam injil ini untuk berspekulasi, bahwa Yesus pergi ke India untuk belajar ilmu sihir dari para tukang sihir dari agama Hindu dan bagaimana mengerjakan mukjizat-mukjizat, atau bahkan bahwa Yesus mengunjungi jin-jin luar angkasa. Tidak perlu kemampuan luar biasa untuk mengkhayalkan hal-hal seperti itu !
Hendaknya kita ingat, pertama-tama, bahwa Injil bukanlah suatu biografi Yesus, yang mengisahkan tentang hidup-Nya sejak lahir sampai mati. Injil hanya ingin menceritakan kepada kita perbuatan-perbuatan dan perkataan-perkataan Yesus yang penting, yang dipakai Yesus untuk menyampaikan pesan-Nya. Injil tidak menceritakan kepada kita bagaimana penampilan lahiriah Yesus, apakah Dia orang yang tinggi atau gemuk, berambut pirang atau hitam, dan banyak hal lain yang tidak penting bagi orang-orang Kristen perdana. Injil Markus dan Yohanes diawali dengan pembaptisan Yesus oleh Yohanes Pembaptis di sungai Yordan, dan setelah itu Yesus mulai mengajar. Kemudian, Matius dan Lukas menulis sedikit tentang masa kanak-kanak Yesus untuk menolong kita memahami rahasia kepribadian-Nya.
Kedua, mari kita membaca Mat 13:54-56 (Setibanya di tempat asal-Nya, Yesus mengajar orang-orang di situ di rumah ibadat mereka. Maka takjublah mereka dan berkata: "Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mujizat-mujizat itu? Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?"). Orang-orang Nazareth yang mengagumi perbuatan-perbuatan-Nya tidak berkata, “pasti Yesus telah mempelajarinya di negeri asing, karena Ia sering keluar negeri akhir-akhir ini.” Sebaliknya mereka bertanya, apa yang terjadi dengan anak tukang kayu ini ? Kita telah mengenal-Nya selama ini ... apa yang telah terjadi dengan Dia ?
Ketiga, kita bisa mengatakan bahwa mengucapkan sabda Allah adalah sekaligus mengucapkan suatu kata yang mengungkapkan pengalaman manusiawi. Nabi-nabi mengucapkan sabda Allah, bukan seperti alat perekam yang mengulang persis apa yang direkam, tetapi sebagai orang-orang yang merasakan sesuatu dan mempunyai sesuatu yang perlu diungkapkan. Yesus tidak bisa mengucapkan sabda Allah jika Ia tidak memperoleh, sebagai manusia, suatu kebijaksanaan luar biasa tentang apa yang ada di dalam hati manusia (dan karena tidak perlu seorang pun memberi kesaksian kepada-Nya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia – Yoh 2:25). Sesungguhnya tidaklah percuma sekian tahun Yesus tinggal di Nazareth, selama itu Yesus membiarkan Diri-Nya diresapi kebudayaan bangsa-Nya dan Ia mengamati peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi bangsa-Nya, Ia mengalami kerja tangan, relasi manusiawi, perasaan penderitaan dan penindasan. Yesus harus mengalami semuanya ini untuk menjadi Penebus kita, supaya Sabda-Nya akan mengungkapkan apa yang benar, berbobot dan bernilai untuk segala zaman.
(Kitab Suci Komunitas Kristiani – Edisi Pastoral Katolik)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar