Nikodemus adalah seorang yang saleh, dan ingin mengenal Allah dan jalan-jalan-Nya. Maka ia pergi kepada Yesus sebagai guru agama (Adalah seorang Farisi yang bernama Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi. Ia datang pada waktu malam kepada Yesus dan berkata: "Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorang pun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya." Yoh 3:1-2).
Apa yang dibutuhkannya bukan menerima ajaran, melainkan untuk mengalami perubahan di dalam dirinya (Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah." – Yoh 3:3). Itu juga yang kita butuhkan, kita harus mengakui ketidak-berdayaan kita, yaitu kekuatan kita sendiri yang seolah-olah tanpa bantuan dari yang lain bisa melewati segala rintangan yang menghalangi kehidupan kita. Seperti juga Nikodemus, sekalipun kita sudah memiliki banyak pengalaman dan pengetahuan, kita adalah seperti orang tua yang tidak bisa apa-apa.
Yesus berkata, bahwa kita harus dilahirkan lagi dan lahir dari atas : Injil Yohanes menggunakan sebuah kata yang bisa ditafsir dengan dua arti tersebut (ay 3). Tak seorangpun melahirkan dirinya sendiri, dan sebagaimana kita telah menerima kehidupan kita dalam daging dari orang lain, demikian pula kita menerima kehidupan Putra Allah dari Roh.
Semua orang mengatakan bahwa mereka hidup, karena sesuatu bergerak di dalam diri mereka, pikiran datang kepada mereka, dan mereka membuat keputusan. Namun hal-hal ini bisa jadi tidak lebih dari pada kehidupan dalam daging, atau kehidupan seorang yang belum sadar.
Kehidupan lain (lahir baru), yaitu kehidupan dari Roh, bersifat lebih misterius karena terjadi pada kedalaman diri kita. Pada orang beriman yang telah sadar, yang hidupnya telah dipimpin oleh Roh, secara perlahan-lahan akan melihat perubahan-perubahan dalam dirinya, yang mendorong tindak-tanduknya dan ambisinya (Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri – Gal 5:22-23). Kita mungkin hanya melihat tampang luar saja, yaitu kita hanya melihat wajah seseorang dan tindak tanduknya, tetapi kita “lupa” melihat karya Allah di dalam dirinya. Tetapi Ia merasa betah dengan Allah dan tanpa takut, karena ia menyadari, bahwa bukan dirinya lagi yang mengarahkan hidupnya, melainkan sesuatu yang lain yang tinggal di dalam dirinya (Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh – Gal 5:25). Namun demikian sesungguhnya seseorang tidak bisa mengatakan secara persis apa yang dia rasakan dan telah terjadi dalam dirinya.
Maka Yesus membandingkan tindakan Roh dengan tiupan angin, yang bisa kita rasakan meskipun kita tidak bisa lihat atau menangkapnya. Kita perhatikan juga bahwa dalam bahasa Yesus kata yang sama bisa berarti roh maupun “angin”.
Kita perlu lahir lagi dari air dan Roh : hal ini mengacu pada pembaptisan. Jangan kita mengira bahwa dengan hanya menerima air pembaptisan seseorang menjadi sepanuhnya hidup dalam Roh. Sebaliknya kita perlu menyadari bahwa biasanya seseorang dibaptis supaya ia mulai hidup dalam Roh : sabda Injil mengacu kepada orang-orang dewasa yang bertobat dan menerima iman Kristiani. Pembaptisan anak-anak adalah soal lain. Pembaptisan bekerja di dalam mereka, namun mereka harus mendapat ajaran dalam iman untuk menghantar mereka kepada pertobatan personal.
Seperti kebanyakan orang-orang di Israel, Nikodemus adalah seorang yang saleh dan beriman. Mengapa ia datang pada waktu malam ? Mungkin ia tidak mau membahayakan kedudukan dan nama baiknya, atau mungkin juga ia tidak mau bergaul dengan orang-orang biasa yang sering mengelilingi Yesus. Kalau demikian, sikap ini menunjukkan bahwa ia masih perlu dilahirkan kembali, ia belum terbebas dari banyak hal yang melumpuhkan dia.
(Kitab Suci Komunitas Kristiani – Edisi Pastoral Katolik)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar