Liturgi Gereja Katolik memberi perhatian khusus selama bulan November khususnya tanggal 2 November, untuk memperingati ‘arwah semua orang beriman’.
Gereja Katolik dibagi menjadi tiga tahap persekutuan, yaitu Gereja Jaya, Gereja Menderita dan Gereja Peziarah.
Gereja Jaya, yaitu mereka yang sudah meninggal dan hidup kekal bersama Bapa di Surga. Gereja Menderita, yaitu mereka yang sudah meninggal dan berada di api penyucian, mereka belum masuk surga karena harus melunasi hutang dosa-dosanya. Gereja Peziarah, yaitu kita semua umat beriman yang masih berjuang di dunia ini.
Semua anggota Gereja dipanggil menjadi kudus, karena itu, kita yang masih berziarah di dunia ini bisa mendoakan para arwah yang sudah mendahului kita. Kita percaya bahwa ada di antara mereka yang sedang menderita dalam pembersihan, pemurnian, dan penyucian. Tiap kali terjadi kematian massal, akibat bencana alam misalnya, bisa dipastikan banyak jiwa yang sebenarnya tidak siap untuk mati. Kehidupan yang mereka jalani tiba-tiba sirna. Bagi orang Katolik, peristiwa kematian adalah saat yang dinantikan karena merupakan saat dimulainya hidup kekal bersatu dengan Allah. Tetapi bagaimana kalau jiwa mereka memang belum siap ? apa yang akan terjadi setelah kematian tanpa menerima Sakramen Minyak Suci (perminyakan) terlebih dahulu ? selamatkah jiwa mereka ?
Tugas kita adalah mendoakan mereka, orang tua, sahabat-sahabat, sanak keluarga dan orang-orang yang kita cintai. Kita berharap agar Tuhan segera mengampuni dosa-dosanya dan mengangkatnya dalam kebahagiaan di surga. Dilain pihak, kita juga boleh berdoa kepada Tuhan melalui para kudus. Kita percaya, hidup mereka selama di dunia sangat berkenan kepada Allah. Sekarang para kudus menikmati kebahagiaan kekal bersama Allah Bapa. Karena itu, Allah pasti akan mengabulkan segala permohonan para kudus untuk kebahagiaan kita dan arwah di api penyucian. Doa dan kurban kita yang bersatu dalam Ekaristi merupakan pembebasan bagi mereka.
Peringatan arwah orang beriman memiliki dasar Biblis dan Tradisi Gereja. Pertama, perlunya mendoakan arwah orang yang sudah meninggal untuk penghapusan dosa atau kesalahan mereka (Dari sebab itu maka disuruhnyalah mengadakan korban penebus salah untuk semua orang yang sudah mati itu, supaya mereka dilepaskan dari dosa mereka. - 2 Mak 12:45).
Kedua, manusia harus diuji dan dibersihkan dengan api agar dimurnikan, maka perlu dibantu atau didoakan agar cepat dibersihkan (sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. - 1 Kor 3:13-14).
Ketiga, perlunya mendoakan atau menyerahkan semua arwah pada belas kasih, kerahiman dan pengampunan Allah, yang sabar dan berlimpah kasih setia-Nya (TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. - Mzm 103:8).
Tradisi Gereja memberikan perhatian khusus dalam bentuk devosi bagi jiwa-jiwa di Api Penyucian, doa-doa arwah, misa arwah, atau kirim bunga ke pusara makam para leluhur. Bunda Maria lewat para kudus juga mengajak kita untuk mendoakan, mengadakan misa, berpuasa dan berpantang bagi penghapusan dosa para arwah umat beriman yang masih berada di Api Penyucian. Misalnya lewat St. Margaretha Maria Alacoque, St. Faustina, St. Yohanes Maria Vianney dan lain-lain.
Kita sebagai anggota Gereja Katolik percaya, bahwa kematian bukanlah akhir segala-galanya. Kematian adalah pintu gerbang kepada hidup baru dalam kebahagiaan kekal bersama Bapa dan para kudus di Surga. Kita yang masih berziarah di dunia, arwah yang sudah meninggal dan para kudus masih punya hubungan yang erat. Kita bisa saling mendoakan satu sama lain demi kebahagiaan seluruh Gereja.
(Sumber ; Ruah 2009, Penerbit Karmelindo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar