10/04/2009

RAHMAT BUNDA MARIA


Pastor Schlooz, SDB, seorang imam di Vandavasi, India, mempunyai empat puluh desa yang harus diurusnya dan  desa Nelliankulam bukanlah yang paling penting, tetapi ini yang paling menjadi kekhawatirannya karena hujan gagal turun dan pendudukpun menderita.

Tanpa hujan tak ada air, bahkan untuk minum saja, penduduk harus berjalan bermil-mil jauhnya setiap hari untuk mendapatkan sekaleng air dari sumur yang dengan sendirinya cepat menjadi kering juga.
Bunga-bunga indah bulan Mei tidak berkembang, debu menutupi desa. Sampai pada tanggal 14-Mei, misionaris itu telah mendengar cerita sedih tentang kekeringan berkali-kali sampai hatinya demikian sedihnya. Kekeringan pernah terjadi pada desa itu sebelumnya, tetapi kali ini sangat luar biasa.
Dia memanggil para penduduk desa pada hari itu dan berkata kepada mereka : “Besok kita mulai dengan novena untuk menghormati Bunda Maria Pertolongan Orang Kristen. Kalau kalian semua berjanji akan datang setiap malam untuk berdoa Rosario dan novena dengan sungguh-sungguh, aku berjanji dalam nama Bunda Maria bahwa kalian akan mendapatkan air, sebanyak yang kalian inginkan.”
Ini adalah janji yang sungguh berani, tantangannya berat, tetapi mengapa tidak ? Orang-orang ini sangat membutuhkan pertolongan dan Bunda Maria adalah benar-benar penolong orang Kristiani.
Orang-orang memegang janji itu dengan serius dan menghadiri devosi novena di kapel misi yang kecil setiap hari. Pastor itu tidak hadir di situ karena ia harus pergi ke desa-desa lainnya, tetapi ia berjanji akan pulang pada Pesta Bunda Maria.
Hari-hari novena berlalu, langit makin lama makin biru, dan tanah menjadi coklat. Akhirnya, tibalah saat Pesta Maria dan pastor itu kembali ke desa dengan panas yang menyengat.
Pastor Schlooz merasa ada perasaan tenang yang aneh dalam hatinya, meski ia masih berpikir apa yang akan ia katakan pada orang-orang pada akhirnya, di mana belum ada sedikitpun tanda akan turunnya hujan. Ia berdoa kepada Bunda Maria : “Engkau akan dirugikan, bukan aku, aku tak akan rugi apa-apa.”
Tak ada seorangpun yang berbicara kepada imam, sepanjang hari itu ia berusaha menggembirakan mereka. Pada jam 05.30 ia mendengarkan pengakuan dosa. Misa direncanakan pada jam 6.30, dan pada jam 6.25 kapel kecil sudah penuh sesak, dan orang-orang yang bukan Kristen juga ikut datang, tentunya untuk mentertawakan mereka jika tidak turun hujan.
Pastor itu kemudian sudah berpakaian jubah untuk Misa Syukur kepada Bunda Maria mohon semua berkatnya. Pada saat imam itu membawa piala dan memasuki gereja, dan koor anak-anak mulai menyanyikan puji-pujian, tiba-tiba......ada suara tetesan keras, nyanyianpun terhenti, suasana menjadi hening, lalu bunyi tetesan air hujan seperti dicurahkan dari atas membasahi jalanan, mengguyur rumah-rumah yang penuh debu, mengisi kolam-kolam dan sumur-sumur penuh dengan air. Misa pada hari itu menjadi sangat istimewa, patung Bunda Maria Penolong Orang Kristen yang berdiri di desa, hari itu juga menjadi sesuatu yang sangat istimewa.
(Sumber : Majalah Ave Maria)

Tidak ada komentar: