Gereja yang indah pada rumah induk dari Kongregasi Putri-Putri Cinta Kasih (Daughters of Charity) di 140 Rue du Bac, Paris, dipersembahkan kepada Bunda Maria dari Medali Wasiat.
Tapi di sana ada kapel di dalamnya, di mana diletakkan patung Bunda Maria Ratu Para Misioner yang disimpan sebagai pusaka yang berharga dan dihormati sebagai sarana perlindungan khusus dari Maria.
Patung itu lebih tua dari pada patung yang terkenal di Notre Dame de Paris. Ini adalah sebuah patung kayu, dipahat antara tahun 1320 dan 1330. Pertama-tama patung ini diletakkan di Rue St. Denis, di atas gerbang benteng kota, yang didirikan oleh Philip II Augustus Raja Perancis. Dari relungnya, dia menjaga siapa saja yang masuk atau keluar dari kota.
Ketika tembok (benteng) dirobohkan untuk memberi tempat bagi perkembangan kota, patung itu ditempatkan di sebuah rumah di sudut jalan Paiter’s Lane. Dalam tahun 1681 ini dihadiahkan kepada suster-suster Putri-Putri Cinta Kasih yang meletakkannya di tengah-tengah halaman rumah induk mereka yang pertama. Sejak itu patung ini menjadi milik Putri-Putri Cinta Kasih yang segera menyadari betapa berkuasanya patung ini.
Dalam tahun 1755, polisi kota berhasil menangkap seorang penjahat, yang setelah diadili ternyata bersalah sedemikian rupa sehingga ia patut dihukum mati dengan cara dibakar. Penjahat itu memohon pertolongan supaya diperkenankan berbicara dengan Superior dari para suster Putri-Putri Cinta Kasih. Tetapi pertama-tama Superior menolak menemui dia, ia tidak ingin kenal dengan dia dan tidak ingin untuk berkenalan dengannya. Tetapi orang itu memaksa dengan keras sehingga Komandan polisi kota sendiri yang datang kepada ibu Superior untuk menemui dia. Dia akan diikat dengan kuat dan diawasi, dan tidak akan diperkenankan dekat-dekat dengan suster itu, ia tidak perlu takut. Jadi ibu Superior mengalah dan mau datang ke penjara ditemani seorang asistennya.
Orang yang malang itu bertanya terus terang, “Apakah anda ibu Superior dari Kongregasi ?” “Ya, benar” sahut suster.
“Begini suster, aku mempunyai satu hal amat penting untuk dibicarakan kepadamu sebelum aku mati. Aku harus berkata pada suster, bahwa di rumah anda ada sebuah jendela yang terlalu rendah untuk keselamatanmu. Rendah dan tanpa besi, siapapun dapat masuk ke dalamnya. Aku dan teman-temanku berbuat demikian sudah lebih dari 15 kali dan akan mencuri apa saja yang kami lihat, jika saja wanita yang ada di tengah-tengah halaman itu tidak datang dan mendorong kami dengan lengannya. Betapa kuatnya wanita itu, suatu yang mustahil bagi siapa saja yang mau melewati dia. Tetapi aku pikir, akan lebih baik jika anda memasang jeruji besi yang kuat pada jendela itu. Itulah semuanya, aku merasa harus menceritakannya pada anda sebelum meninggal.”
Ibu Superior pulang dan mengumpulkan para suster dan menceritakan apa yang ia dengar dari si pencuri. Semuanya menyadari bahwa Bunda Maria telah melindungi mereka dan pengungkapan juga adalah sebagian dari perlindungannya pada mereka. Jadi mereka mendengarkannya sangat terharu atas nasehat dari si pencuri yang baik itu dan memasang jeruji besi pada jendela itu.
Lebih dari 30 tahun kemudian, dalam tahun 1793 semasa pemerintahan yang penuh teror ketika revolusi Perancis sedang pada saat kejam-kejamnya, empat orang penjahat masuk ke halaman dengan maksud untuk merusak patung itu. Tetapi dengan segala kekuatan mereka, mereka tidak mampu memindahkan patung itu dari dudukannya. Salah satu suster yang masih muda yang melihat mereka, meminta mereka untuk tidak melakukan perbuatan itu dan lalu menangis.
Keempat orang itu sambil tertawa mengatakan padanya, “Suster, kalau kau dapat mengangkat patung itu dan membawanya, kami memberikannya pada kamu.” Mereka siap untuk tertawa, tetapi suster itu menjawab, “Ya, aku akan mengangkatnya.” Ia lalu pergi ke patung itu, mengangkatnya tanpa tenaga dan membawanya pergi. Keempat orang itu, karena takut, melarikan diri tanpa sepatah katapun.
Beberapa hari kemudian, para suster terusir dari rumah mereka. Ketika meninggalkan rumah, mereka masih sempat menyembunyikan patung Bunda Maria itu dan memberikan kepada sebuah keluarga yang mereka kenal, untuk disimpan. Ketika Allah mempersatukan kembali para suster yang tercerai berai supaya mereka dapat hidup bersama-sama lagi dalam sebuah rumah yang diberikan oleh pemerintah di Rue du Vieux Colombier pada tanggal 21 Januari 1801. Pekerjaan pertama yang dilakukan para suster itu adalah membawa kembali patung itu. Mereka sekali lagi menempatkan patung itu di tengah halaman dalam untuk memastikan penjagaannya atas para suster.
Pada suatu malam, suster yang menjaga pintu masuk lupa untuk menutup pintu. Orang-orang yang lewat dapat melihat pintu itu terbuka dan berpikir bahwa mungkin para suster sedang menunggu kunjungan seseorang, kurang lebih demikianlah, karena ada seorang penjaga dengan seragam penjaga.
Pada pagi harinya ketika suster turun merasa terkejut karena melihat pintu dalam keadaan terbuka dan penjaga tidak berada di sana. Mereka diceritakan mengenai penjaga itu oleh para tetangga yang melihatnya. Para suster bertanya pada polisi, tetapi tak seorangpun tahu tentang seorang penjaga yang ditempatkan di sana. Suatu kesimpulan, bahwa sekali lagi Bunda Maria menjaga para putri-putrinya.
Sekali lagi para suster harus mengosongkan bangunan itu untuk menampung para penyewa dari Kolose Legio d’Honneur de St. Denis. Mereka lalu tinggal di Istana Chatillon yang diberikan oleh Napoleon di Rue de Bac. Itu akan menjadi rumah induk dan sampai sekarangpun masih digunakan.
Mereka baru saja menempati rumah baru, ketika seorang teman yang kaya memberi hadiah kepada para suster berupa satu set pakaian upacara gereja yang disulam dengan mewah. Harganya lebih dari 4000 Franc dan merupakan suatu jumlah yang sangat besar.
Dua orang yang diperintah untuk melaksanakan pesanan itu, tak dapat melawan godaan. Mereka mempunyai kunci dan dapat membuka pintu ke ruangan di mana pakaian upacara itu disimpan dalam sebuah lemari besar yang menyimpan semua barang-barang berharga gereja. Mereka membantu para suster menyimpan semuanya sampai selesai, bukannya meninggalkan bangunan itu, mereka malah turun ke ruang bawah tanah di mana disimpan kayu-kayu bakar.
Pada malam hari setelah jam 9, ketika semua suster sudah masuk ke ruang tidur, kedua orang itu diam-diam menaiki tangga masuk keruangan dan mendekati lemari pakaian itu. Tapi mereka tidak dapat menjangkaunya. Sebuah kekuatan yang tak kelihatan melumpuhkan mereka, menjadikan mereka menjadi seperti dua buah patung. Mereka tak dapat bergerak maupun berkata-kata, dan terpaksa melewatkan malam itu tanpa bergerak.
Ketika suster yang bertugas masuk ke ruangan keesokan harinya, ia sangat ketakutan melihat kedua orang di situ, ia lari keluar, mengunci pintu dan pergi mencari bantuan, suster-suster lainnya datang dan ibu Superior dipanggil. Ia mendekati kedua orang itu dan bertanya, “Apa yang kamu kerjakan di sini ?”
Mendengar suaranya, kedua orang itu langsung bergerak dan dapat menguasai anggota badan mereka dan mulai berbicara. Mereka langsung berlutut dan mulai memohon kepada Superior untuk membiarkan mereka pergi, dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan semacam ini sepanjang hidup mereka.
Mereka lalu menceritakan rencana mereka dan bagaimana ketika mereka tiba di lemari, wanita tua itu menunjuk Patung Bunda Maria datang dan mengikat mereka demikian kuat, sehingga mereka tidak dapat bergerak maupun berbicara ataupun menoleh untuk melihat satu sama lainnya. “Tetapi ketika anda datang dan berbicara dengan kami, kami merasa tali-tali pengikat terlepas dari kaki dan tangan kami. Kami telah belajar sebuah pelajaran, tolonglah ibu, janganlah mengirim kami ke penjara.”
Ibu Superior meyakinkan mereka, “Bukan aku yang akan mengirim kamu ke penjara, tetapi lihatlah bahwa kamu punya ketetapan bahwa akan selalu jujur adalah benar dan untuk selamanya kamu boleh pergi.”
Ibu Superior meminta para suster untu merahasiakan semua hal itu, dan mereka semuanya merahasiakannya terhadap orang luar. Semua ini adalah untuk meningkatkan iman para suster dalam perlindungan dari Bunda Maria dan memacu mereka untuk bekerja lebih keras dan lebih luas untuk membantu semua supaya bertobat kepada Allah dan membimbing pada hidup kekristenan yang baik.
Beberapa waktu sebelum kekacauan pada tahun 1830, ketika Charles X dari Perancis dipecat dari tahtanya, sekelompok suster-suster melihat patung itu mengeluarkan air mata. Mereka mengusap wajahnya dengan sapu tangan putih, yang mereka simpan dan anggap sebagai relikwi yang paling berharga di novisiat itu. Pikiran mereka adalah bahwa kalau Bunda Maria menangis, pasti peristiwa sedih ada di depan pintu. Cerita ini yang diceritakan setiap tahun untuk mengajar kepada mereka betapa istimewanya mereka, karena Bunda Maria menunjukkan banyak tanda-tanda cinta yang istimewa.
(Sumber : Majalah Ave Maria)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar