9/08/2011

PERUMPAMAAN HAMBA YANG TIDAK BERBELAS KASIH


Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali (Mat 18:21-22).
Wejangan Yesus yang keempat dalam Injil Matius berakhir dengan suatu perumpamaan tentang kewajiban untuk mengampuni. Pengampunan harus mengganti kehausan akan pembalasan dendam (sebab jika Kain harus dibalaskan tujuh kali lipat, maka Lamekh tujuh puluh tujuh kali lipat. - Kej 4:24).
Yesus memberikan perumpamaan tentang pengampunan, bahwa ada seorang hamba yang berhutang kepada raja sebanyak 10,000 Talenta. Perumpamaan tentang hamba yang tidak mau mengampuni ini untuk menjelaskan betapa besarnya kasih Allah kepada kita dalam pengampunan.
Seorang raja memanggil hamba-hambanya untuk mengadakan perhitungan. Salah seorang dari mereka berhutang kepada raja dengan jumlah yang sangat besar, yaitu sepuluh ribu talenta. Hamba ini tahu bahwa dia tidak akan pernah bisa melunasi hutang sebesar itu.
Bayangkan, satu talenta sama dengan 3000 dinar atau 6000 dirham. Bahwa upah sehari pada waktu itu adalah satu dinar (Setelah ia sepakat dengan pekerja-pekerja itu mengenai upah sedinar sehari – Mat 20:2), jadi hutang si hamba itu sama dengan 30 juta dinar, kalau upah sehari satu dinar, maka hutang si hamba itu sama dengan hasil kerja selama 82.000 tahun lebih, artinya si hamba tersebut harus bekerja selama 82.000 tahun lebih baru bisa melunasi hutang tersebut.
Ketika di hadapan raja, dia mendengar bahwa dia, istrinya, anaknya, dan semua miliknya akan dijual untuk membayar hutangnya. Maka dia bersujud memohon belas kasihan, bukan penghapusan hutang. (Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan – Mat 18:26). Sebagai responsnya dia menerima apa yang tidak dia pikirkan, malahan dia mendapatkan pembebasan seluruh hutangnya. Raja berbelas kasihan kepadanya, menghapuskan seluruh hutangnya dan membiarkan dia pergi. Luar biasa! Betapa sukacitanya! Betapa murah hatinya sang raja.
Tetapi ketika keluar dari istana raja, hamba yang dibebaskan hutangnya oleh raja itu bertemu dengan sesama hamba yang berhutang seratus dinar kepadanya. Suatu jumlah yang tidak berarti jika dibandingkan dengan hutangnya kepada raja. Tetapi hamba tersebut mencekik hamba yang lain itu dan menuntut pembayaran dengan segera. Hamba tersebut menyembah kepadanya mohon belas kasihan, tetapi hamba itu menolaknya dan memasukkan orang itu ke penjara.
Ketika mendengar cerita itu, raja sangat marah, maka raja memanggil hamba tersebut dan memarahinya : Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? (Mat 18:32-33), kemudian raja itu menyerahkan dia kepada algojo-algojo sampai semua hutangnya lunas.
Kesimpulannya adalah bahwa setiap orang yang pernah diampuni harus juga memberikan pengampunan kepada orang lain dan harus melakukannya dengan sepenuh hati. "Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu." (Mat 6:14-15).
Seorang yang ingin menerima belas kasihan dari Allah harus menunjukkan belas kasihan juga terhadap orang lain. Orang yang telah mengalami pengampunan dari Allah harus mengampuni orang lain, inilah patokan dalam Kerajaan Surga. Pengampunan yang dimaksudkan Yesus adalah pengampunan yang tidak ada batasnya, angka tujuh puluh kali tujuh kali sama juga dangan tak terbatas.
Paus Yohanes Paulus II, beliau juga memberikan pengampunan kepada seorang pemuda Turki, Mehmet Ali Agca yang menembaknya pada 13 Mei 1981 di lapangan Santo Petrus. Setelah sembuh, Paus Yohanes Paulus II menemui pemuda itu, Paus merangkulnya dan memaafkan orang yang berniat membunuhnya itu (Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. – Mat 5:44).
Dalam Perjanjian Lama, Yusuf yang dijual oleh saudara-saudaranya, tidak sedikitpun menaruh dendam terhadap saudara-saudaranya itu, tetapi malahan Yusuf mengampuni semua saudaranya itu dengan mensyukuri, bahwa Tuhanlah yang “mengirim” dia ke Mesir mendahului saudaranya untuk suatu rencana Allah (Lalu kata Yusuf kepada saudara-saudaranya itu: "Marilah dekat-dekat." Maka mendekatlah mereka. Katanya lagi: "Akulah Yusuf, saudaramu, yang kamu jual ke Mesir. Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu – Kej 45:4-5).
-       Kasih Yesus
-       Permohonan Maria

Tidak ada komentar: