5/28/2008

Minggir, Minggir, Aku Ini Ibunya...

Suatu hari minggu pagi, seorang suster biarawati mau ikut misa di katedral Jakarta. Seperti biasa suster itu berangkat dengan menggunakan kendaraan umum, suster itu naik bus menuju katedral.
Sesampai dekat Harmoni, bus itu terhenti, macet ! Suster itu mencari-cari informasi apa gerangan yang terjadi sehingga hari minggu pagi itu jalanan bisa macet.

Setelah bertanya-tanya, ternyata "katanya" ada kecelakaan di dekat situ, dan sebagai seorang suster yang mempunyai "naluri" untuk menolong sesama, maka suster itu segera turun dari bus yang ditumpanginya, dengan maksud ingin menolong orang yang mendapatkan kecelakaan tersebut. Tetapi apa daya, begitu banyaknya orang yang berkerumun di situ, sehingga suster itu tidak dapat mendekat ke tempat kejadian untuk menolong korban.
Akan tetapi suster yang punya naluri untuk membantu sesama itu tidak putus asa, dia berpikir-pikir sebentar bagaimana caranya supaya bisa mendekat ke korban supaya bisa menolong sang korban yang mendapat kecelakaan.
Tiba-tiba suster itu ikut berdesak-desakkan di antara kerumunan orang banyak itu sambil berteriak-teriak : "minggir, minggir, aku ini ibunya".
Dan ternyata "ide" sang suster berhasil, orang-orang yang berkerumunan itu segera memberi jalan kepada suster itu untuk mendekat ke korban. Setelah sampai dekat ke korban, ternyata yang mendapat kecelakaan itu adalah "seekor monyet", he he he, suster tidak kehabisan akal, sambil tersenyum-senyum suster mengatakan kepada orang-orang yang berkerumunan di situ : "oh, aku ini ibu angkatnya, he he he . . ."

"Naluri" ingin menolong sesama, seperti suster yang ingin menolong sesamanya yang "celaka", meskipun suster tidak kenal orang yang akan ditolongnya, namun karena naluri sebagai seorang biarawati yang menjalankan hukum "kasih", maka suster itu tidak segan-segan untuk turun dari bus yang ditumpanginya, dan berusaha sekuat tenaga untuk mendekati si korban guna menyelamatkannya.

Demikianlah kasih Allah kepada kita, kita adalah ciptaan-Nya yang paling tinggi martabatnya di antara segala ciptaan-Nya, tetapi kerena kita jatuh dalam dosa dan terpisah dari Allah, maka karena begitu besar kasih-Nya kepada kita, Allah rela mengutus Putra-Nya Yesus Kristus ke dunia, untuk menyelamatkan kita semua, supaya kita tidak binasa.

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. (Yoh 3, 16-17)

Kasih, yang diajarkan oleh Yesus adalah agapao, tanpa pamrih, kasih yang menyelamatkan, bukan kasih yang konyol.
Sebagaimana orang tua dalam mendidik anak, ketika anak kita masih kecil dan belum mengerti apa-apa, kita harus berani mengatakan "tidak" ketika anak kita berbuat salah tanpa menjelaskan alasannya, tetapi ketika anak kita mulai remaja dan berbuat tidak benar, kita harus mengatakan "tidak" kepadanya, tetapi dengan alasan-alasannya mengapa tidak boleh, namun ketika sudah dewasa, kita sebagai orang tua harus memberikan penjelasan yang jelas tentang sebab akibat yang dilakukan, kalau berbuat ini akibatnya ini, kalau berbuat itu akibatnya itu, dan yang bersangkutanlah yang memilihnya sendiri.

Ketika kita masih bayi, setiap malam kita membangunkan mama dari tidurnya oleh tangis kita, karena ngompol minta diganti popoknya, karena lapar minta disusui, dsb. Mama tidak pernah marah karena capek gak bisa tidur diganggu oleh tangis kita, paling-paling mengeluh "aduh sayang, kenapa nangis, basah ngompol ya, sini mama gantiin popoknya ya... ", sesudah itu terdengar mama bersenandung suka cita menina-bobokkan kita, itulah kasih ibu kepada anaknya.

Kasih, kata Mother Theresa : "Love, is to give until it hurts you" , kasih, adalah memberi (diri kita), meskipun menyakitkan, seperti sang ibu yang "memelihara" sang anak yang masih bayi, meskipun capek, pusing gak bisa tidur, tetapi hati sang ibu tetap penuh suka cita.

Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih. (1 Yoh 4, 8)

Diinspirasi & diringkas dari khotbah Romo Treka Pr, Minggu 18-May-08

Tidak ada komentar: