6/10/2008

Hakim-Hakim

Awal kitab Hakim-Hakim menceritakan bagaimana bangsa Israel berhasil mendiami bagian-bagian tidak subur dari tanah orang Kanaan dan bagaimana mereka melihat dengan iri hati tanah-tanah subur di mana kaum kafir tinggal. Meskipun tinggal di perkemahan mereka mulai menjadi petani-petani kecil setelah berabad-abad menggembalakan kawanan ternaknya menelusuri padang-padang rumput. Hal ini menunjukkan suatu transformasi nilai yang amat besar, namun karena terjadi pada masa perubahan yang sangat cepat muncullah krisis nilai yang besar.
Para petani Kanaan mempunyai suatu agama yang sangat menarik, yaitu merayakan kekuatan-kekuatan hidup dan kesuburan. Mereka berkumpul pada pesta-pesta rakyat atau di hutan yang suci, di mana mereka melakukan upacara pelacuran yang dianggap suci seraya meminta dari allah-allahnya, para baal, rahmat berupa hujan dan hasil pertanian yang baik. Sangat sulit bagi kaum Israel untuk tidak ikut bersama kaum kafir dalam upacara-upacara itu.Di samping mengalami keterasingan budaya dan agama, kaum Israel dijadikan kurban oleh berbagai kelompok penindas dan penjarah yang membuat hidup mereka penuh dengan kesengsaraan.Pada saat itu kaum Israel sebagai bangsa yang tidak terorganisir dan malah terbagi atas kelompok-kelompok yang bersaing hanya mengikuti para pemimpin yang muncul dari antara mereka. Para pemimpin tersebut adalah kaum laki-laki dari daerah pedalaman (luar kota) yang kadang kala memperoleh kemenangan-kemenangan yang besar (Hak 4-5).Mereka memanggil orang tersebut kaum Sofetim, suatu kata yang mempunyai arti kepala-kepala dan hakim-hakim, tetapi mungkin kata “hakim-hakim” harus dimengerti dengan cara lain, orang-orang ini menjadi alat-alat keadilan Allah.Hakim-hakim bukanlah orang-orang suci, namum kaum Israel mengenal mereka sebagai juru selamat yang diberikan Yahweh dalam kasih-Nya kepada mereka. Sesungguhnya tindakan membunuh seorang pemimpin musuh atau membunuh sepuluh orang Filistin bukanlah sesuatu yang bersifat keagamaan, akan tetapi kalau kita mengingat waktu dan situasi mereka, para pemimpin ini menunjukkan keberanian dan keimanannya di tengah-tengah para pengecut. Dalam usaha mengatasi kepastian bangsanya, mereka mempersiapkan suatu tahapan baru dalam sejarah bangsanya.Perbuatan-perbuatan para hakim selalu diceritakan kembali dengan gembira, selama bertahun-tahun dan akhirnya berubah menjadi legenda-legenda, akan tetapi penulis yang kemudian menggabungkan semua cerita ini dalam satu kitab, menemukan satu benang merah yang menyatukan, yaitu yang menerangkan alasan tertundanya penaklukan-penaklukan dan tahapan-tahapan pembebasan, ia menulis urutan kejadiannya :
  • kaum Israel menjauhi Yahweh dan jatuh ke dalam pemujaan berhala
  • karenanya Yahweh menyerahkan mereka ke tangan musuh mereka
  • kaum Israel mengakui kesalahan mereka dan memohon kepada Yahweh
  • Yahweh kemudian mengirimkan pembebas
Tetapi ketika mendapatkan kemenangan, setelah suatu jangka waktu yang penuh perdamaian, mereka mengabaikan lagi misi mereka.
Sumber : Kitab Suci Komunitas Kristiani Edisi Pastoral Katolik

Tidak ada komentar: