8/08/2008

MALAIKAT PELINDUNG DI CANTU

Cerita ini terjadi pada tanggal 11 November 1958 di kota Cantu, Italia utara, dan diberitakan banyak surat kabar dan majalah.

Ada satu rombongan sirkus yang besar memasang tenda di Cantu. Ini adalah sebuah sirkus singa, empat ekor singa akan mengadakan pertunjukkan di situ.

Setiap pagi anak-anak di daerah Cantu berkerumun di sekitar kandang-kandang singa ketika singa-singa itu sedang diberi makan. Hal itu benar-benar sangat menakjubkan, cakar-cakar yang menyeramkan, mulut yang mengerikan dan raungan mereka yang menggelegar ketika mereka mencium bau makanan mereka yang berupa daging mentah. Setiap orang telah melihat singa-singa itu, itulah semua yang mereka percakapkan di rumah, di sekolah, maupun ketika sedang bermain di jalanan.

Tetapi pada tanggal 11 November itu, raungan sirene dibunyikan dari menara kota, mereka membunyikan alarm tanda bahaya dengan keras. Apakah ada kebakaran ? seketika semua orang berlari ke jalanan, tetapi kemudian semua orang berlarian pulang ke rumahnya masing-masing, pintu-pintu dan jendela-jendela langsung dikunci dan semua kerai diturunkan, tak seorangpun berani keluar rumah.

Apa yang terjadi ? mobil sirkus dengan pengeras suara melewati semua jalan-jalan di kota itu sambil berseru : “Perhatian ! perhatian ! ada empat ekor singa telah terlepas dari kandangnya, penduduk Cantu dimohon untuk tetap tinggal di dalam rumah ! hati-hati !”

Seorang ibu dengan tiga anaknya duduk di dapur rumahnya yang pendek, gemetar ketika mendengar ancaman bahaya itu. Kemudian dengan ketiga anaknya dia berdoa kepada Malaikat Kudus : “Malaikat Kudus Allah, datanglah”.

Tiba-tiba seekor singa dengan sebuah lompatan seperti kilat menyambar masuk jendela dapur dengan kacanya hingga hancur dan singa itu dalam sekejab ada di dalam. Dengan berteriak dan menjerit ibu itu menyambar kedua anaknya dan berlari masuk ke gudang, setiap anak pada satu lengannya. Tetapi yang terkecil tertinggal di tempat tidur, ia ingin kembali, tetapi kedua anak itu berpegangan pada ibunya dengan amat ketakutan dan tak mau melepaskan si ibu.

Apa yang harus ibu itu lakukan ? Tiba-tiba si ibu menjadi lebih tenang, ia terus menerus berdoa dengan gelagapan : “Malaikat Pelindung, tolonglah, Malaikat Pelindung, tolonglah!” Dan kedua anak itu sambil menangis juga berseru : “Malaikat Pelidung, Malaikat Pelindung !”

Ibu yang malang itu mendengar suara langkah kaki mendekat perlahan-lahan, mereka adalah orang-orang dari sirkus. Tetapi singa itu tidak membiarkan dirinya dibujuk agar keluar dari rumah tersebut, ia berbaring di samping tempat tidur sang bayi, sepertinya ia sedang lelah.

Cepat-cepat orang membawa kandang darurat dan diletakkan di dekat jendela yang hancur itu dan memasukkan makanan untuk singa. Lalu mereka menunggu dengan senapan-senapan yang siap ditembakkan kalau-kalau singa itu menerkam bayi kecil itu.

Setelah dua jam singa itu bangun, menggeliat, mengangkat kepalanya, mengendus dan mencari daging. Pelan-pelan ia keluar dari jendela masuk ke kandang, ia menerkam daging itu dengan sangat rakusnya, sehingga ia tidak memperhatikan pintu kandang itu ditutup.

Tak lama kemudian pengeras suara mengumumkan : “Bahaya sudah lewat ! bahaya sudah lewat ! semua singa sudah tertangkap kembali!”

Dan seketika kota itu kembali pada kesehariannya, beberapa saat kemudian orang-orang baru tahu apa yang telah ternjadi. Banyak orang cepat-cepat datang kepada si ibu, tetapi ia tidak dapat bercerita apa-apa, ia hanya tergagap berkata : “Malaikat Pelindung ! Malaikat Pelindung !”

Tidak dapat dipercaya, singa yang haus darah, telah berbaring di samping tempat tidur bayi dengan seorang bayi berumur dua bulan selama dua jam tanpa mengganggu bayi itu.

(Sumber : Sendbote der Hl.Familie)

Tidak ada komentar: