Inilah kisah berasal dari Deschamps “Hawa Yang Baru”, tentang Skapulir Coklat yang sangat bernilai, sebagai tanda persatuan mistik dengan Bunda Allah dan tentang doa yang intens yang menjadi hasil dari padanya.
Ketika seorang gadis yang terkenal pada suatu hari pergi ke pengakuan dosa, yang biasa ia lakukan dengan jarak waktu yang cukup lama, imam bertanya padanya, apakah ia mempraktekkan suatu devosi untuk menghormati Bunda Maria.
Setelah terdiam beberapa saat, ia berkata : “Tidak ada, pastor, tetapi Salam Maria adalah doa harianku.”
“Maukah kamu melakukan sesuatu yang lebih lagi ?” tanya imam itu.
“Ya, pastor, kalau tidak terlalu sulit.”
“Baiklah, ambilah skapulir ini.”
“Aku tidak tahu benda apakah ini.”
“Ini adalah seragam anak-anak Maria yang sejati. Semua anak-anak Maria menghormatinya sebagai hadiah dari Bunda mereka yang tercinta, tanda cinta mereka bagi dia dan mereka memakainya meski tidak terlihat oleh dunia. Memakai skapulir adalah melaksanakan tindakan kesalehan, dan tidak ada kesulitannya, selalu mudah untuk mencintai Bunda kita.”
“Aku menerimanya, dan aku akan memakainya dengan senang.” kata gadis itu.
Beberapa minggu kemudian ia kembali kepada Bapa Pengakuannya untuk mengucapkan terima kasihnya. Devosinya kepada Bunda Perawan dengan memakai skapulir itu telah terbukti menjadi hubungan pertama yang terang dalam rahmat yang panjang yang akan memberi efek suatu perubahan yang menyeluruh atas kehidupan rohaninya.
Beberapa tahun berlalu setelah percakapan tersebut, ketika imam yang sama pada suatu pagi kira-kira pukul 9 bersiap untuk pergi dari ruang rektor dengan tangan memegang sebuah buku yang berat, ia ingin pergi dari kota yang ramai untuk mencari hutan yang sepi di dekat kota itu, dan akan menikmati studi favoritnya yaitu filosofi, tanpa ganguan.
Sangat aneh, bagaimanapun juga ia tidak dapat berkonsentrasi pada bukunya. Ini hanyalah sebuah perasaan batinnya yang tidak dapat ia perhitungkan. Ia merasa sangat “ditarik” untuk kembali ke gereja.
Akhirnya, terkalahkan oleh tarikan ini, ia menutup bukunya lalu mengikuti langkahnya tadi sampai ia kembali ke pintu gereja dan memasukinya. Tarikan itu makin lama makin kuat, ia berlutut, lebih tepatnya ia didorong oleh kekuatan rahasia, untuk berlutut di hadapan Sakramen Mahakudus.
Di situ, ia bukan hanya berkunjung pada Sang Juru Selamat yang bersembunyi di balik cadar mistik, ia juga menerima satu hal, yaitu seberkas cahaya, yang tak dikenalnya, yang mengungkapkan kebenaran Ilahi kepadanya lebih jelas dari sebelumnya. Roh Tuhan menembus hatinya seperti sebuah pedang.
Apa itu sukacita ? apa itu kesedihan ? apa itu cinta ? apa itu sakit ? Ini campur aduk dari semuanya itu, tetapi iman tak akan menukarkan salah satu dari tetesan air mata bagi kesenangan dunia ini, kunjungan Ilahi berlangsung untuk beberapa waktu. Perlahan-lahan ia kembali pada dirinya sendiri, ia mengulang-ulanginya lagi : “Tuhanku, apakah yang Engkau perbuat bagiku ? Aku tidak mencari Engkau, tetapi Engkau tetap datang. Dari mana ini, O Tuhan, bahwa aku demikian dicintai ?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar