Dalam tahun 1129, Everald bangsawan dari Mans, melepas tahta sebagai pangeran mahkota dari Cowl of Citeaux. Ia pergi dalam penyamaran dan masuk menjadi biarawan dari salah sebuah ordo para rahib, dan di sana ia diberi tugas untuk mengurusi ternak dari biara itu. Ia mungkin tidak akan dikenal di sana, kalau saja beberapa bangsawan tinggi tidak mengenali dia ketika ia sedang memberi makan kambing di sebuah perbatasan dari sebuah lapangan rumput yang liar.
Seorang bangsawan tinggi yang masih muda yang biasa memakai seragam Citeaux, diperintahkan untuk menggembalakan serombongan babi setiap hari di bawah pohon-pohon oak di hutan di dekat situ, untuk menikmati makanan mereka berupa buah jati dan kacang-kacangan.
Pada suatu hari, ketika sang novis sedang sibuk dalam doa, tiba-tiba ia mendengar suara setan, bapa kesombongan, yang berbisik kepadanya dengan suara pelan, bahwa ia sedang mengikuti tugas yang amat aneh bagi seorang putra dari seorang baron yang berkuasa. Pemuda bangsawan yang sampai itu sangat saleh, menggigit bibirnya, dan semangatnya yang bernyala-nyala mulai menghilang. Ketika malam tiba ia pulang kembali ke biara dan masuk ke kapel. Siapa saja yang melihat dia berlutut dan masuk dalam meditasi yang mendalam di hadapan altar Bunda Maria tentu akan berkata “inilah orang yang kudus, yang pikirannya ada di surga.”
Tetapi pikirannya belumlah seluruhnya terbang, karena ia sedang memikirkan istana ayahnya, dan sedang memikirkan untuk melarikan diri. “Malam sangat gelap,” kata sang novis kepada dirinya sendiri, dan ketika ia melihat keluar kapel, angin sedang bertiup kencang seperti taufan, inilah waktu yang tepat untuk melarikan diri... “Untuk menjaga babi dengan sungguh-sungguh ? dan aku ini putra salah seorang bangsawan tinggi ?, tetapi ini sungguh memalukan, marilah kita pergi !”
Ia lalu bangkit dan berjalan dengan langkah-langkah yang pasti, tetapi ketika ia akan melewati ambang pintu kapel, ia dihadang oleh seorang wanita berdiri di hadapannya. Mula-mula ia berpikir ini sebuah mimpi, tetapi tidak, di sana di hadapan dia, di bawah kapel, seorang wanita cantik seperti malaikat, dan anggun bagaikan seorang ratu, dengan gerakan tangannya yang anggun senyum yang penuh belas kasih, ia menyuruh dia mengikutinya, dan dengan segera sang novis mengikutinya secara otomatis.
Wanita yang tidak dikenal itu lalu pergi ke arah pemakaman, dan bulan saat itu setengah bersembunyi di balik awan tebal, disinari dengan cahaya yang aneh, pohon-pohon besar digerakkan secara kencang oleh angin, sepertinya meratap bagi mereka yang sudah mati, dan jeritan burung-burung malam itu bercampur dengan badai yang menggemparkan.
Anggota-anggota badannya mulai gemetar kedinginan. Wanita yang cantik dan tenang, yang membimbingnya itu mengembangkan tangannya dan lalu penutup makam yang berumput itu pelan-pelan terbuka dan yang mati mulai bangkit, dingin dan pucat dalam pakaian kematian mereka.
Si novis hampir-hampir pingsan karena takut kepada wanita yang tak dikenal itu. Namun wanita yang cantik itu memandang dia dengan mata penuh belas kasih yang ramah, dan berkata kepadanya dengan suara manis dan lembut : ”Sebentar lagi, kamu mungkin akan sama seperti orang-orang yang telah mati ini, lalu ke mana kamu akan pergi ? dan apa yang sedang kamu pikirkan ? Di sinilah semua kemuliaan dunia akan berakhir !”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar