Mengapa disebut demikian dan kapan diangkat menjadi Liturgi Gereja?
Beberapa kata yang menunjuk pada kata Paskah adalah : Pesach (Ibr) atau Pasover (Ing) atau Pascha (Yun) berarti “lalu”. Kata lain untuk Pasover adalah Easter, namun arti kata Easter tidak menentu. Pandangan umum pada abad ke 8, kata Easter dikaitkan dengan pemujaan dewi musim semi orang-orang Anglo-Saxon (Ing) yang bernama Eostre. Dalam bahasa Romawi dan beberapa bahasa lain, kata Easter (Ing) lebih menunjuk pada kata Pesach (Ibr) atau Pasover.
Secara teologis dan liturgis, Paskah berakar pada kitab Perjanjian lama. Dalam Kitab Keluaran (Exodus) kata Paskah menunjuk tidak hanya “berlalunya” bencana dari orang-orang Yahudi di Mesir, tetapi juga “bebasnya” Israel dari perbudakan Mesir menuju tanah terjanji (Kanaan). Paskah Yahudi berarti perayaan syukur atas pembebasan (tulah dan perbudakan) dan persembahan hasil pertama dalam tahun. (Paskah Yahudi lihat Kel 12).
Paskah Yahudi selalu dirayakan berdasarkan kalender (penanggalan) yang berdasarkan siklus bulan (moon) yaitu pada hari ke 14 Nisan atau Abib (bulan pertama) dalam penanggalan Yahudi yang jatuh antara bulan Maret dan April. Sehingga dapat jatuh pada hari apa saja dalam pekan.
Paskah orang Kristen pertama dirayakan sebagai peringatan akan wafat (dan kebangkitan) Kristus yang disalib. Mereka merayakan Paskah pada hari Minggu pertama sesudah bulan purnama atau sesudah waktu siang dan malam sama lamanya atau siklus musim yang berkisar antara tanggal 22 Maret sampai 25 April (setelah 21 Maret).
Pada abad ke 2, karena adanya dua kalender yang digunakan untuk menentukan perayaan Paskah, maka timbul pertentangan dan Konsili Nicaea (tahun 325) menentukan perayaan Paskah yaitu pada hari Minggu sesudah hari ke 14 Nisan dan sesudah waktu siang dan malam sama lamanya, sebagai jalan tengah. Namun kesulitan muncul dengan harus diperhitungkannya kalender Yulianus yang berdasarkan siklus Matahari. Hingga abad ke 9 pertentangan tetap timbul, dan mulai teratasi dengan adanya kalender Gregorius pada tahun 1582, beberapa daerah lain mulai menyesuaikan.
Pengertian Paskah secara Teologis-Liturgis :
Tema pokok Paskah adalah perayaan wafat, kebangkitan, kenaikan dan turunnya Roh Kudus bagi Gereja. Paskah dipersiapkan dengan masa persiapan (Pra-Paskah / Puasa) dan diikuti 50 hari sesudahnya (masa Paskah) yang berakhir pada hari Pentakosta.
Paskah bukan hanya mengenangkan peristiwa masa lalu saja, tetapi sebagai ungkapan kematian dan kebangkitan Kristus dengan hidup baru yang dibagikan kepada umat yang percaya kepada-Nya.
Di dalam liturgi Paskah diikuti dengan pembaptisan, ini mengungkapkan bahwa orang yang dibaptis bebas dari dosa dan bangkit dengan hidup baru dalam Kristus. Pakaian putih para baptisan sebagai simbol, bahwa mereka terbebas dari kegelapan dosa oleh Terang Kristus yang bangkit.
Liturgi sekarang diawali dengan perarakan Lilin Paskah dalam kegelapan sebagai simbol Kristus yang bangkit adalah terang dunia yang menghalau kematian dan kegelapan dosa, kemudian menyusul Exultet yang mengingatkan kita akan Allah yang membebaskan umat-Nya di masa lampau.
Upacara liturgi ini hanya diadakan seandainya tidak ada upacara liturgi pada Malam Paskah atau banyak umat yang belum mengikuti upacara liturgi Vigili Paskah.
Warna Liturgis adalah Putih, lambang Kemuliaan dan Kegembiraan. Perayaan Ekaristi sama dengan Hari Minggu.
Untuk kita renungkan :
Yesus bangkit untuk apa dan bagi siapa? Selamat bangkit bersama Kristus Jaya, seraya bernyanyi “Alleluia”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar