Kamis Putih, adalah hari Kamis dalam Minggu Suci atau hari pertama dalam TRI HARI SUCI. Pada hari ini dirayakan hari Ulang Tahun Perjamuan Malam Yesus, di mana Yesus membasuh kaki murid-muridNya dan menetapkan Institusi Ekaristi. Disebut Kamis Putih karena warna liturgi pada hari itu didominasi oleh warna putih. Imam mengenakan pakaian misa putih, hiasan altar semuanya putih mau menunjukkan kemuliaan dan kesucian.
Dalam bahasa Inggris, tradisional hari ini disebut Maundy Thursday. Sebutan itu diambil dari antifon pertama upacara pembasuhan kaki yang dalam bahasa Latin berbunyi : “Mandatum Novum” atau perintah baru (Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. - Yoh 13, 34) yang menjadi salah satu pokok upacara pada hari itu. Sejak abad ke 4, hari itu ditetapkan oleh Konsili Hippo (tahun 393) sebagai perayaan khusus perjamuan Ekaristi yang diadakan oleh Tuhan Yesus pada Perjamuan Terakhir.
Selain kedua upacara itu, sejak dulu juga dilaksanakan upacara pemberkatan minyak-minyak (minyak katekumen, minyak krisma, dan minyak pengurapan orang sakit) serta penerimaan kembali para penitent (petobat) masal yang dikeluarkan dari persekutuan umat sejak hari Rabu Abu itu. Yang terakhir ini sudah lama tidak dibuat lagi.
Sejak tahun 1955 misa Kamis Putih biasa dilaksanakan pada sore hari, sedangkan upacara pemberkatan minyak-minyak itu dilaksanakan di dalam Misa Krisma yang dilaksanakan pada Pagi Hari (di Katedral). Dalam Misa Krisma itu, para imam bersama dan di hadapan Bapak Uskup membaharui janji imamatnya.
Komuni yang disambut pada hari Kamis Putih dan Jumat Agung dikonsekrir / disucikan pada hari ini (Kamis Putih). Oleh karena itu, sebelum misa, Tabernakel dikosongkan. Hosti yang masih tersedia di dalamnya (yang disediakan untuk orang sakit) dipindahkan ke tabernakel cadangan di luar upacara tanpa upacara.
Hari Kamis Putih dirayakan dengan meriah. Upacara ditandai dengan pembunyian bel / lonceng pada waktu mengidungkan lagu Kemuliaan / Gloria (sesudah itu lonceng tidak dibunyikan lagi sampai Malam Paska) dan juga dipakai Prefasi Konsekrasi Khusus. Sesudah khotbah diadakan upacara pembasuhan kaki (tanda pelayanan). Dan sesudah Misa, diadakan Perarakan Sakramen Maha Kudus yang disediakan untuk dibagi pada hari Jumat Agung dari altar menuju ke altar samping, di mana Sakramen itu akan disemayamkan, dilanjutkan dengan Upacara Tuguran / Berjaga Bersama Yesus.
Sesudah Misa, altar dibersihkan dari hiasan, kain altar dicabut. Tempat air suci juga dikosongkan untuk diisi dengan air baru yang akan diberkati pada Malam Paska. (Bacaan I : Kel 12, 1-8, 11-14 Bacaan II : 1 Kor 11, 23-26 Bacaan Injil : Yoh 13, 1-15)
Untuk kita renungkan :
Yesus membasuh kaki para murid-Nya. Bersediakah kita untuk melayani dalam semangat rendah hati seperti Kristus? Yesus memberikan hidupNya dalam rupa roti yang Ia pecahkan. Bersediakah kita membagi-bagikan roti kehidupan kita bagi sesama yang kelaparan ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar