6/11/2014

SIAPAKAH BARNABAS BAGI PAULUS ?

Seorang yang penting sekali, sesudah Ananias, Barnabaslah orang yang paling berjasa bagi Paulus. Kepada Ananias Paulus berhutang budi bagi langkahnya yang pertama untuk masuk dan diterima dalam jamaah, tetapi sesudah itu Paulus berhutang budi kepada Barnabas untuk segalanya.

Bagi Paulus, Barnabas adalah tokoh yang mencarinya, yang mengertinya dan mendukungnya. Ia adalah sahabatnya, bapa rohaninya, gurunya dalam kerasulan, tokoh yang mengantarnya ke dalam pengalaman kerasulan.

Marilah kita melihat beberapa teks. Sesudah lari dari Damsyik, Saulus pergi ke Yerusalem, ia “mencoba menggabungkan diri kepada murid-murid, tetapi semuanya takut kepadanya, karena mereka tidak dapat percaya, bahwa ia juga seorang murid”. (Kis 9: 26)

Kecurigaan, yang tadinya ada antara Yerusalem dan Antiokhia, waktu itu di Yerusalem ditujukan kepada pendatang baru, itu yang tidak diketahui apa maunya.

Teksnya dilanjutkan : “Tetapi Barnabas menerima dia dan membawanya kepada rasul-rasul dan menceritakan kepada mereka, bagaimana Saulus melihat Tuhan di tengah jalan dan bahwa Tuhan berbicara dengan dia dan bagaimana keberaniannya mengajar di Damsyik dalam nama Yesus”. (Kis 9: 27)

Betapa bagusnya jika kita dapat menafsirkan teks tersebut kata demi kata, “Barnabas menerima dia”. Kata kerja Yunani yang dipakai berbunyi “epilabomenos”, sama dengan kata kerja yang dipakai untuk melukiskan Yesus yang memegang tangan Petrus yang nyaris tenggelam di danau karena tiupan angin (Mat 14: 31). Kita dapat menggambarkan Paulus sedang kebingungan di Yerusalem, semua orang menutup pintu terhadapnya, tak ada tempat, bahkan hanya untuk tidurpun tidak ada. Barnabas mengulurkan tangan dan berkata kepadanya : ”Datanglah bersamaku, aku menemani engkau, aku memperkenalkan engkau”.

Melalui Barnabas, terbukalah pintu-pintunya bagi Paulus, diceritakan dalam Kisah : “Dan Saulus tetap bersama-sama dengan mereka di Yerusalem, dan dengan keberanian mengajar dalam nama Tuhan”. (Kis 9: 28)

Juga selanjutnya, ketika dibicarakan hal jemaah di Antiokhia, Barnabas disebutkan sebagai yang pertama di antara para nabi. “Pada waktu itu dalam jamaah di Antiokhia ada beberapa nabi dan penajar, yaitu : Barnabas dan Simeon yang disebut Niger, dan Lukius orang Kirene, dan Menahem yang diasuh bersama dengan raja wilayah Herodes, dan Saulus” (Kis 13: 1). Jadi umat di Antiokhia mengakui para nabi, yang disebutkan pertama adalah Barnabas dan Saulus disebutkan yang terakhir. Kita memang tahu mengapa begitu, “Lalu pergilah Barnabas ke Tarsus untuk mencari Saulus; dan setelah bertemu dengan dia, ia membawanya ke Antiokhia. Mereka tinggal bersama-sama dengan jemaah itu satu tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang. Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen” (Kis 11: 25-26)

Di balik ayat itu tampaklah adanya kerja sama yang mengagumkan antara Barnabas dan Paulus. Barnabas adalah yang pertama di antara para nabi, Paulus adalah pendatang terakhir. Tetapi Barnabas mampu menilai mutu Paulus, Barnabas mengantarnya memasuki kegiatan yang akan menjadi paling berbuah dalam seluruh Gereja kuno; kegiatan yang melahirkan kekristenan yang begitu besar dampaknya, sehingga menyebabkan timbulnya sebutan “Kristen”. Sungguh suatu jemaah yang mulai dikenal benar-benar di dalam sejarah. Itulah semua arti Barnabas bagi Paulus.

Barnabas juga orang yang pertama yang dipilih oleh Roh untuk perutusan, dilukiskan permulaan perutusan yang kemudian akan menjadi perutusan besar kepada kaum kafir : “Pada suatu hari ketika berpuasa, berkatalah Roh Kudus : Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka” (Kis 13: 2) Barnabas adalah orang yang pertama dan Saulus digabungkan padanya, Barnabas adalah kepala perutusan baru itu. Dalam melukiskan hal itu, penulis selalu menyebutkan nama Barnabas yang pertama. Urutan tersebut bukannya tanpa arti, Barnabas tokoh yang diakui secara resmi sebagai kepala perutusan. Pada ayat 7 dikatakan, bahwa mereka datang pada gubernur, seorang cerdas, yang “memanggil Barnabas dan Saulus, karena ia ingin mendengar firman Allah”. (Kis 13: 7)

Namun dalam perutusan itu pribadi Paulus mulai tampil secara cepat, beberapa ayat sesudahnya kita melihat bahwa Saulus menjadi pelaku utama, yaitu ketika tukang sihir Elimas menjadi buta. “Saulus, yang disebut juga Paulus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap dia dan berkata : Hai anak iblis, engkau penuh dengan rupa-rupa tipu muslihat dan kejahatan” (Kis 13: 9). Sesudah itu dikatakan : “Lalu Paulus dan kawan-kawannya meninggalkan Pafos dan berlayar ke Perga di Pamfilia” (Kis 13: 13). Dengan demikian Barnabas telah tergeser ke tingkat “kawan”.

Di sini kita dapat menyaksikan perlahan-lahan adanya perubahan psikologis dan pergantian peranan dalam perutusan awal itu. Sedikit demi sedikit perubahan-perubahan itu menjadi kenyataan. Pidato pertama dalam perutusan yang dilukiskan oleh Kisah Para Rasul bab 15 diucapkan bukannya oleh Barnabas, melainkan oleh Paulus, “Maka bangkitlah Paulus. Ia memberi isyarat dengan tangannya, lalu berkata : Hai orang-orang Israel...” (Kis 13: 16). Sayang bahwa justru pada waktu itu Yohanes Markus pergi, sehingga jumlah anggota perutusan itu berkurang.

Dalam seluruh perutusan pertama, kita menyaksikan peralihan peranan pertama dari Barnabas ke Paulus. Dalam peristiwa di Listra, ketika kaum kafir menyaksikan penyembuhan orang lumpuh dan mengira kedua rasul itu dewa, teksnya berbunyi : “Barnabas mereka sebut Zeus dan Paulus mereka sebut Hermes” (Kis 14: 12). Di situ Barnabas dipandang sebagai yang tua, pria berjanggut panjang yang mengesankan sebagai tokoh berusia lanjut, sedangkan Paulus dilihat sebagai tokoh aktif, berprakarsa dan mampu berbicara. Jadi peranannya dibagi dan orang berganti-ganti pendapat dalam menentukan mana yang bertindak sebagai tokoh utama. “Mendengar itu Barnabas dan Paulus mengoyakkan pakaian mereka, lalu terjun ke tengah-tengah orang banyak itu sambil berkata : Hai kamu sekalian, mengapa kamu berbuat demikian ?” (Kis 14: 14-15). Barnabas ditempatkan dalam urutan pertama.

Tidak lama kemudian timbul perlawanan berat terhadap perutusan mereka dan – menurut teksnya – Paulus sampai dilempari batu dan diseret ke luar kota. Meskipun belum begitu jelas siapa yang dipandang sebagai kepala perutusan yang sebenarnya, namun jelas bahwa sedikit demi sedikit Paulus menjadi lebih penting di mata orang. Perutusan itu berakhir tanpa perpecahan, kecuali peristiwa perginya Markus yang memang membuat kedua rasul itu pahit, tetapi untuk sementara waktu tidak menimbulkan kesulitan.

Bab berikutnya, yaitu Kisah bab 15, melukiskan Paulus dan Barnabas bekerja sama erat sekali, namun selanjutnya Paulus selalu disebutkan terlebih dahulu, baru sesudah itu Barnabas. Keduanya sependapat secara penuh dan bekerja bersama-sama dengan tujuan yang sama dalam menentang kaum Yahudi yang mau memaksakan sunat pada kaum kafir yang bertobat. Seluruh bab 15 masih ditampilkan di bawah panji kerja sama yang berharga di antara keduanya.

(Kesaksian Santo Paulus, “Le Confessioni di Paolo” karya Kardinal Mgr.Carlo Maria Martini, Uskup Agung Milano)

Tidak ada komentar: