Dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia. Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya: "Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?" (Kis 9:3-4)
Inilah peristiwa yang menentukan dalam permulaan Gereja, Kristus datang secara pribadi untuk mengalahkan penganiaya orang-orang Kristen yang paling bengis. Pertobatan Saulus yang kemudian menjadi Paulus, rasul para bangsa, terdapat juga dalam Kis 22 dan 26.
Sungguh salah melukiskan Paulus sebagai seorang jahat yang akhirnya menemukan jalan yang benar. Seperti dalam Kis 22:3-4 ("Aku adalah orang Yahudi, lahir di Tarsus di tanah Kilikia, tetapi dibesarkan di kota ini; dididik dengan teliti di bawah pimpinan Gamaliel dalam hukum nenek moyang kita, sehingga aku menjadi seorang yang giat bekerja bagi Allah sama seperti kamu semua pada waktu ini. Dan aku telah menganiaya pengikut-pengikut Jalan Tuhan sampai mereka mati; laki-laki dan perempuan kutangkap dan kuserahkan ke dalam penjara), di sini Paulus memberi kesaksian pribadi, ia menegaskan bahwa ia masih setia kepada agama yang diwariskan oleh nenek moyangnya, sama seperti Gamaliel (Tetapi seorang Farisi dalam Mahkamah Agama itu, yang bernama Gamaliel, seorang ahli Taurat yang sangat dihormati seluruh orang banyak, bangkit dan meminta, supaya orang-orang itu disuruh keluar sebentar. - Kis 5:34) dan Ananias seorang Kristen Yahudi yang sangat taat kepada Hukum Taurat (Di situ ada seorang bernama Ananias, seorang saleh yang menurut hukum Taurat dan terkenal baik di antara semua orang Yahudi yang ada di situ. - Kis 22:12), tetapi ia tidak mampu memisahkan diri dari Kristus dalam hidupnya.
Reaksi keras timbul dari orang-orang Yahudi, ketika Paulus berkata bahwa orang-orang kafir musuh-musuh orang Yahudi, orang yang tidak suci dan menjadi musuh Allah, akan turut ambil bagian dalam keistimewaan orang-orang Yahudi (Tetapi kata Tuhan kepadaku: Pergilah, sebab Aku akan mengutus engkau jauh dari sini kepada bangsa-bangsa lain." Rakyat mendengarkan Paulus sampai kepada perkataan itu; tetapi sesudah itu, mereka mulai berteriak, katanya: "Enyahkan orang ini dari muka bumi! Ia tidak layak hidup!" – Kis 22:21-22). Hal yang sama juga dikenakan pada Yesus (Kata Yesus kepada mereka: "Belum pernahkah kamu baca dalam Kitab Suci: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita. - Mat 21:42)
Musuh-musuh Paulus juga mengkritik otoritasnya, bahwa ia bukan seorang rasul seperti rasul lain yang dipilih oleh Yesus sendiri, tetapi dalam pembelaannya dalam surat kepada umat di Galatia, Paulus mengatakan bahwa ia sendiri dipilih oleh Allah sendiri sejak dalam kandungan (Tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karunia-Nya, berkenan menyatakan Anak-Nya di dalam aku, supaya aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi, maka sesaat pun aku tidak minta pertimbangan kepada manusia – Gal 1:15-16). Apa yang dikatakan Paulus di sini sama dengan apa yang ditulis dalam Kis 9 (Tetapi firman Tuhan kepadanya: "Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel. Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku." – Kis 9:15-16).
Paulus bukan saja melihat Kristus, ia juga menemukan kehadiran intim Kristus dalam dirinya. Tepat waktu ia dipanggil, ia juga memahami hal ini secara total dari iman. Kasus Paulus, yang dipanggil oleh Kristus secara langsung, adalah sesuatu yang istimewa. Namun demikian, kita melihat bahwa Paulus tidak memaksakan dirinya dalam Gereja. Kirstus mengutusnya menemui Ananias untuk minta dibaptis (Lalu pergilah Ananias ke situ dan masuk ke rumah itu. Ia menumpangkan tangannya ke atas Saulus, katanya: "Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus." Dan seketika itu juga seolah-olah selaput gugur dari matanya, sehingga ia dapat melihat lagi. Ia bangun lalu dibaptis. – Kis 9:17-18).
Setelah itu, ia bergabung dengan Petrus, yang diakui sebagai kepala Gereja, dan Yakobus, pemimpin gereja Yerusalem (Lalu, tiga tahun kemudian, aku pergi ke Yerusalem untuk mengunjungi Kefas, dan aku menumpang lima belas hari di rumahnya. – Gal 1:18). Persekutuan ini sangat penting untuk bertindak atas nama Gereja, tetapi hal ini tidak sama dengan ketaatan yang terdapat dalam militer atau antara seorang bos dan bawahan. Paulus mengatakan : “Mereka mengakui rahmat-rahmat yang diberikan Tuhan kepadaku.” – (Dan setelah melihat kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, maka Yakobus, Kefas dan Yohanes, yang dipandang sebagai sokoguru jemaat, berjabat tangan dengan aku dan dengan Barnabas sebagai tanda persekutuan, supaya kami pergi kepada orang-orang yang tidak bersunat dan mereka kepada orang-orang yang bersunat - Gal2:9) – yaitu mereka mengakui bahwa Roh Kudus bekerja dalam diri Paulus juga. Para pemimpin Gereja tidak membuat keputusan sendiri, mereka berusaha menjawab Roh Kudus yang berbicara lewat peristiwa-peristiwa.
Paulus sejak masa mudanya merasa perlu mengabdikan diri dalam pelayanan Tuhan. Itulah sebabnya ia pergi ke Yerusalem untuk mempelajari Hukum Taurat, yaitu agama yang memiliki guru-guru yang terbaik pada zaman itu (Kis 22:3). Perhatiannya terhadap sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan, menjadikannya seorang yang tidak berkeinginan untuk berkeluarga. Ia seorang muda yang dapat dipercaya dan bertanggung-jawab, karena itu orang-orang Yahudi mempercayakan kepadanya tugas yang sulit, yakni membasmi ajaran-ajaran yang baru dan menyesatkan yang berasal dari orang-orang Kristen dari kalangan mereka. Paulus diberi tugas untuk menghalangi para pengikut Kristus dan itu dilakukannya dengan cara kejam demi kepentingan agamanya (tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat. – Flp 3:6).
Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya: "Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?" (Kis 9:4) ‘Siapakah Tuhan ini yang menyebut aku penganiaya, padahal ambisiku hanya melayani Allah ?’ Sampai saat itu Paulus merasa baik-baik saja seperti kaum Farisi yang menganggap dirinya benar dalam perumpamaan tentang orang Farisi dan pemungut cukai dalam Luk 18:9-14. Dan ia juga bersyukur kepada Allah karena telah membuat dia menjadi seorang yang bertanggung jawab, dipercaya dan seorang beriman yang aktif. Tetapi sekarang, berhadapan dengan terang Kristus, ia menjadi sadar bahwa apa yang telah dilakukannya, terutama tugas-tugas perlayanannya tidak berguna bagi Allah, imannya itu hanyalah suatu kebanggaan semu (Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus – Flp 3:7-8).
Paulus menyadari diri sebagai seorang yang berdosa, kejam, dan penganiaya, tetapi bersama dengan itu iapun menyadarai bahwa Allah menyambutnya, memilihnya, dan mengampuninya, “orang ini akan menjadi alat pilihan-Ku” (Kis 9:15). Paulus bukan lagi orang Farisi dalam perumpamaan, tetapi ia lebih menempatkan dirinya di tempat pemungut cukai. “Allahku, ampunilah aku, orang berdosa !” Inilah pertobatan khas dari seorang Kristen yang militan (Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini – Luk 18:13). Betapapun aktifnya kita, kita tidak akan mampu tampil sebagai saksi-saksi Kristus, jika tidak mengakui diri sebagai seorang pendosa yang diampuni, itulah sebabnya orang-orang Kristen prihatin akan rekonsialisi semesta.
Mulai saat itu Saulus, yang kemudian menjadi Paulus, akan menjadi alat pilihan Kristus, untuk menyebarkan Gereja ke negara-negara lain. Sampai saat itu Gereja yang dipimpin dan terdiri dari orang-orang Yahudi tidak keluar dari bangsa Yahudi.
Paulus juga adalah seorang Yahudi, tetapi ia dididik di luar negaranya, Ia menyukai budaya Yunani sama seperti ia menyukai budayanya sendiri. Karena hal itu dan karena kepribadiannya yang khas, ia menjadi rasul dari orang-orang Yunani. Gereja harus terus menerus memperbarui diri, dan diperbarui dengan menobatkan kaum muda. Jamaat Kristen, bahkan ketika mereka mau membuka diri kepada orang-orang yang tidak ambil bagian dalam masalah-masalah jemaat (contoh kaum pekerja, kadang-kadang kaum muda), biasanya tidak mampu untuk benar-benar membuka diri. Dengan demikian Allah memanggil orang-orang tertentu dari latar belakang yang berbeda, yang begitu menerima iman Gereja, mampu mewartakan dalam lingkungan mereka sendiri dan tetap mempertahankan kebebasan mereka dalam kelompok tradisonilnya.
Pada masa-masa gawat dalam perjalanan sejarah, Krsitus selalu memanggil pria maupun wanita untuk melayani Gereja di manapun dibutuhkan, antara lain Fransiskus dari Asisi, dan yang lebih dekat dengan kita, Paus Yohanes XXIII.
Jalan, inilah sebutan agama Kristen, kata itu mengungkapkan kenyataan bahwa itu bukan hanya masalah ajaran keagamaan, tetapi terlebih suatu cara hidup baru, yang dijiwai oleh iman, harapan dan kasih.
(Kitab Suci Komunitas Kristiani – Edisi Pastoral Katolik)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar