10/09/2008

BERKANJANG DALAM DOA

Yesus mendesak kita untuk memohon dengan tekun tanpa menjadi lelah, tetapi sebaliknya memohon sampai “melelahkan” Allah (Aku berkata kepadamu: Sekalipun ia tidak mau bangun dan memberikannya kepadanya karena orang itu adalah sahabatnya, namun karena sikapnya yang tidak malu itu, ia akan bangun juga dan memberikan kepadanya apa yang diperlukannya. Luk 11:8).

Allah tidak akan selamanya mengabulkan apa yang kita minta, karena kita tidak tahu apa yang baik bagi kita. Ia akan memberi Roh Kudus atau suatu pandangan yang lebih jelas tentang kehendak-Nya dan sekaligus keberanian untuk mengikuti-Nya (Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya." – Luk 11:13).

Ketuklah maka pintu akan dibukakan bagimu (Luk 11:9). Penggalan dari renungan Pater Molinie dapat dijadikan komentar atas ayat ini : “Jika Allah tidak mengabulkan semua permohonan kita dengan segera, itu bukan berarti Ia senang membuat kita menunggu. Jika kita mesti berkanjang dalam doa, itu bukan karena kita butuh sejumlah doa, tetapi karena dituntut suatu kualitas, suatu cara berdoa. Jika kita sanggup memiliki semuanya sejak awal, maka itu berarti doa kita langsung didengarkan.”

Doa berarti bisikan Roh Kudus di dalam hati kita seperti kata santo Paulus, namun kita membutuhkan bisikan ini berulang-ulang agar dapat dibukakan jalan di hati kita yang sekeras batu, sama seperti tetesan air melubangi batu yang paling keras. Setelah kita mengulangi doa Bapa Kami dan Salam Maria dengan tekun, pada suatu hari nanti, kita dapat mendoakannya dengan cara yang benar-benar selaras dengan kehendak Allah. Ia sendiri menantikan bisikan ini, satu-satunya kekuatan yang dapat menggerakkan Dia dari dalam, karena sesungguhnya berasal dari dalam hati-Nya sendiri.

Sejauh kita tidak memainkan nada ini, atau menariknya dari dalam, Allah tidak dapat ditaklukkan, bukan berarti bahwa Allah mempertahankan diri-Nya sendiri karena Ia merupakan kelemah-lembutan dan aliran yang murni, melainkan sejauh tidak ada nada yang selaras dalam diri kita, maka arus tidak dapat mengalir antara Dia dan kita. Manusia menjadi bosan berdoa, tetapi jika kita berkanjang dan tidak patah semangat, kita akan perlahan-lahan membuang kesombongan kita. Sesudah kita letih dan dikalahkan, kita akan memperoleh jauh lebih banyak dari pada yang kita inginkan.

Yesus mengundang kita untuk meminta dengan tekun, permohonan yang tekun tidak lagi menjadi sikap mementingkan diri sendiri, melainkan menjadi doa, dengan kata lain permohonan itu mengangkat kita dan mendekatkan kita kepada Allah (Bapa manakah di antara kamu, jika anaknya minta ikan dari padanya, akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan ? Atau, jika ia minta telur, akan memberikan kepadanya kalajengking – Luk 11:11-12).

Bagaimana dengan memohon perantaraan para kudus ? Kita harus mengakui bahwa sangat sering orang yang memohon perantaraan para kudus mengambil jalan yang bertentangan dengan doa yang sejati. Orang semacam ini tidak tertarik untuk menemukan belas kasih Allah, melainkan hanya berusaha mendapat bantuan, ia tidak peduli kepada siapa ia mengalamatkan doanya sepanjang dia bisa menemukan suatu wadah yang secara efisien dan otomatis mencurahkan keberuntungan untuk dirinya. Inilah awal pencarian orang kudus ini dan itu, tempat-tempat suci ini dan itu, devosi ini dan itu.

Gereja adalah satu keluarga, sama seperti kita meminta kepada teman-teman kita untuk berdoa bagi kita, begitulah seharusnya kita meminta kepada saudara-saudari kita, yaitu para kudus, untuk berdoa bagi kita. Tak seorangpun akan mengkritik kita, bila di waktu-waktu tertentu kita menunjukkan keyakinan kita akan pengantaraan mereka (para kudus) yang lebih kita kagumi karena kita mengetahui karya dan hidup mereka yang kudus. “Permohonan” kepada para kudus ini tidak boleh dikelirukan dengan perkanjangan dalam doa yang membawa kita ke dalam misteri Allah. Hanya Maria, bunda Allah yang dapat menemani kita di dalam doa, karena Allah menjadikan dia bunda kita, karena Tuhan menaruh dalam diri Maria segala kasih sayang-Nya untuk kita, Tuhan mempersatukan Maria dengan diri-Nya sedemikian rupa, sehingga ketika kita memandang kepadanya, kita selalu menemukan kehadiran Allah yang menghidupkan.

(Kitab Suci Komunitas Kristiani – Edisi Pastoral Katolik)

Tidak ada komentar: