2/08/2011

KISAH EDEN DAN KEJATUHAN DALAM DOSA


Bagian kedua dari kisah tentang Eden menunjukkan kepada kita aspek kedua dari nasib kita manusia. Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah (Kej 3:1).

Dalam kesusasteraan Timur Tengah, ular adalah mahluk jahat, tetapi juga memiliki kuasa ilahi. Kejahatan tidak berasal dari Allah, tidak juga berasal seorang dewa lain, tetapi dari sorang tokoh dari dunia yang paling tinggi, seperti setan dalam kitab Ayub (Pada suatu hari datanglah anak-anak Allah menghadap TUHAN dan di antara mereka datanglah juga Iblis – Ayb 1:6) atau dalam kitab Kebijaksanaan (Tetapi karena dengki setan maka maut masuk ke dunia, dan yang menjadi milik setan mencari maut itu. - Keb 2:24), atau dalam Injil Yohanes (Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta. – Yoh 8:44)

Godaan akan bersembunyi dalam usaha manusia meraih kebijaksanaan. Kita mengingat bahwa orang-orang Ibrani menggunakan istilah “makan” untuk menyatakan belajar dalam hati suatu keahlian lewat pengulangan kata-kata orang bijak : “buah kebijaksanaan dimakan” ("Marilah, makanlah rotiku, dan minumlah anggur yang telah kucampur; buanglah kebodohan, maka kamu akan hidup, dan ikutilah jalan pengertian." - Ams 9:5-6)

Pohon Pengetahuan adalah serentak “kebijaksanaan” yang bagi orang Ibrani berarti seni hidup dan bagaimana mencapai keberhasilan (Maka berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat besar ini?" Lalu adalah baik di mata Tuhan bahwa Salomo meminta hal yang demikian. - 1 Raj 3:9-10) dan juga kebebasan manusia yang membuka baginya yang baik dan yang jahat, kehidupan dan kematian (Ingatlah, aku menghadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan, karena pada hari ini aku memerintahkan kepadamu untuk mengasihi TUHAN, Allahmu - Ul 30:15-16)

Allah telah menempatkan manusia dalam situasi konflik dengan menawarkan kepadanya kebijaksanaan sambil berkata kepadanya : “Engkau tidak boleh makan” Manusia tidak akan memperoleh pengetahuan, kecuali ia lebih dulu menahan diri dari menangkap pengetahuan itu.

Kisah ini membedakan tiga saat : godaan, dosa dan penghakiman.

Godaan : Ular mengatakan ulang kepada manusia apa yang benar dan apa yang ia rasakan dalam dirinya (Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?" – Kej 3:1b), padahal apa yang diperintahkan Allah tidaklah demikian (Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati." – Kej 2:16-17), ia juga membujuk manusia untuk meragukan Allah (Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat." – Kej 3:4-5)

Lalu muncullah dosa. Percakapan segi tiga ini aneh ! Perempuanlah yang menginginkan, tetapi laki-laki yang sesungguhnya jatuh ke dalam dosa. Perempuan penggoda - bukankah demikian kenyataannya, terlebih di dunia ini di mana permpuan terpaku pada status yang lebih rendah. Mungkin pengarang pada zaman dulu itu telah menyaksikan bagaimana eksploitasi atas perempuan-perempuan, dan melihat bagaimana mereka yang diekploitasi bisa mengatur balik majikan-majikan mereka. Setelah ia melihat bahwa penderitaan tidak terbagi rata, ia mengambil kesimpulan bahwa perempuanlah yang lebih dulu tidak setia. Allah tidak akan menerima alasan-alasan manusia.

Matamu akan terbuka (Kej 3:5) : si pendosa berharap bahwa ia akan menguasai kebenaran, tetapi pada saat ia terjaga, ia menemukan bahwa ia tidak berubah menjadi seperti Allah, melainkan menyadari dirinya telanjang. “Engkau akan tahu tentang yang baik dan yang jahat”, yaitu mereka sendiri akan memutuskan apa yang cocok untuk mereka. Sesungguhnya apa yang mereka peroleh hanyalah pengalaman pahit akan dosa.

Mereka tahu bahwa mereka telanjang (Kej 3:7).

Orang-orang berdosa tidak betah dengan diri mereka sendiri. Cawat atau perhiasan lain yang dipakai untuk mendapat martabat tidak cukup untuk memperoleh kedalaman dalam diri mereka.

Mereka bersembunyi terhadap Allah (Kej 3:8).

Mereka tidak dapat menahan pandangan Allah terhadap mereka. Di sini takut kepada Allah adalah akibat dosa. Kaum manusia yang berdosa menciptakan gambar Allah yang palsu dan melihat Allah iri pada kebebasan manusia.

Banyak orang ingin melihat dalam “buah” (“apel” yang terkenal itu) suatu lambang dari dosa seksual. Tidaklah demikian menurut pemikiran biblis. Dosa Adam adalah bahwa ia telah menginginkan supaya ia sendiri memutuskan nasibnya. Dosa terberat (mungkin hal itulah yang dipikirkan oleh penulis kudus) adalah magic yang ingin menguasai kuasa ilahi. Rumus-rumus magic sering memberi kesimpulan yang mengandung segala pemutar-balikannya : “Jadilah kehendakku !”

Telah disinggung bahwa Adam mewakili seluruh bangsa manusia. Dosa Adam yang ingin memutuskan nasibnya sendiri adalah juga dosa peradaban sekarang. Pada abad akhir-akhir ini, peradaban Barat telah digerakkan oleh kepercayaan pada kemampuan manusia untuk memecahkan semua masalah : perkembangan dalam sains dan tehnologi sangat luar biasa dan industri sudah pada taraf lepas landas. Semuanya ini, yang sesungguhnya tidak dengan sendirinya jahat, telah diputar-balikkan pada akarnya oleh ilusi bahwa tanpa Allah kita bisa berdiri sendiri.

Kaum manusia tidak tahu lagi siapakah mereka, atau apa arti dari kehidupan mereka. Mereka hanya berhasil membangun suatu dunia yang ada penindasan. Kegagalan ini mengingatkan kita, bahwa sesungguhnya Allah menciptakan kita menjadi anak-anak-Nya (Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya – Yoh 1:12), dan apabila kita menyangkal penggilan ini, maka kita akan menjadi seperti Adam yang menuju kematiannya.

(Kitab Suci Komunitas Kristiani – Edisi Pastoral Katolik)

Tidak ada komentar: