3/30/2015

DI JALAN MENUJU EMAUS (2)


Ketika itu terbukalah mata mereka dan mereka pun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka (Luk 24:31). Kita memperhatikan di halaman Injil ini, betapa cermatnya Lukas secara bergantian mempergunakan kata kerja : melihat dan mengenal.

Penginjil Lukas, sesungguhnya ingin memperlihatkan kepada kita, bahwa sesudah kebangkitan-Nya Yesus tidak lagi dapat dilihat oleh mata badaniah, tetapi harus dilihat dengan mata rohani kita, Ia telah pergi dari dunia ini kepada Bapa, dan dunia yang baru ini luput dari kemampuan indrawi kita. Hanya dengan penglihatan barulah, yaitu mata rohani dalam terang iman membuat kita “mengenal-Nya” sebagai pribadi yang hadir dan aktif dalam diri kita dan di sekeliling kita. Jika sejarah Gereja mencatat sejumlah penampakan luar biasa dari Yesus yang bangkit, maka orang-orang beriman diundang untuk “mengenal” Dia melalui iman.
Kedua murid ini kembali ke rumah untuk kembali ke pekerjaan mereka yang semula, setelah harapan mereka hancur. Kita terbiasa menyebut mereka peziarah Emaus. Orang-orang Yahudi atau bangsa Israel adalah kaum peziarah karena mereka tidak pernah mempunyai kesempatan untuk berlama-lama di jalan. Keberangkatan dari Mesir, penaklukan Tanah Terjanji, pertempuran melawan penyerbu, pengembangan kebudayaan religius merupakan banyak tahapan sepanjang jalan. Setiap kali mereka berpikir bahwa dengan mencapai sasaran, masalah mereka akan terselesaikan, tetapi setiap kali pula mereka harus menyadari bahwa jalan yang mereka tempuh masih panjang.
Kleofas dan pengiringnya adalah peziarah sejak mereka mengikuti Yesus, karena mereka berpikir bahwa Dia akan menebus Israel. Pada akhirnya yang ada hanya kematian Yesus.
Inilah saat ketika Yesus benar-benar hadir dan mengajar mereka, bahwa tak seorangpun dapat memasuki Kerajaan Allah tanpa melewati kamatian.
Mereka mengenal-Nya (Luk 24:31). Barangkali Yesus tampak berbeda seperti yang kita lihat dalam Yohanes 20:14 (Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus). Inilah yang dikatakan dalam Markus 16:12 (Sesudah itu Ia menampakkan diri dalam rupa yang lain kepada dua orang dari mereka, ketika keduanya dalam perjalanan ke luar kota). Lukas juga menginginkan agar kita mengerti, bahwa orang-orang yang tidak dapat mengenal Yesus, akan melihat Dia ketika mereka menjadi percaya.
Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi (Luk 24:27). Ingatlah bahwa kitab “Musa dan para nabi” adalah salah satu cara menyebut Kitab Suci. Yesus mengundang mereka untuk beralih dari iman dan harapan Israel menuju masa depan yang bahagia bagi seluruh bangsa, yaitu kepada iman dalam tiap-tiap pribadi yang menerima misteri penolakan dan Kesengsaraan-Nya.
Dalam pelajaran Kitab Suci-Nya yang pertama, Yesus mengajarkan mereka bahwa Mesias harus menderita (Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?" – Luk 24:26). Yesus tidak hanya membeberkan semua teks yang menubuatkan Kesengsaraan dan Kebangkitan-Nya seperti Yes 50:6 (Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi) ; Yes 52:13 (Sesungguhnya, hamba-Ku akan berhasil, ia akan ditinggikan, disanjung dan dimuliakan), tetapi juga teks-teks yang menunjukkan bahwa rencana Allah menyaring sejarah manusia (Sebab Allah akan menyelamatkan Sion dan membangun kota-kota Yehuda, supaya orang-orang diam di sana dan memilikinya – Mzm 69:36).
Sesuatu yang mirip terjadi dengan kaum beriman sekarang, ketika kita selalu mengeluh dan menunjukkan ketidak-sabaran kita. Namun Yesus tidak meninggalkan kita sendirian, Ia tidak bangkit untuk duduk-duduk saja di Surga, Ia mendahului kemanusiaan dalam ziarah-Nya dan menarik kita kepada hari terakhir ketika Ia datang menemui kita.
Pada saat yang sama Ia berjalan bersama kita, dan ketika harapan kita hancur, itulah saatnya kia menemukan makna Kebangkitan.
Jadi yang dilakukan Gereja bagi kita sama dengan yang dilakukan Yesus bagi kedua murid-Nya. Pertama, Gereja memberikan kita “penafsiran atas Kitab Suci”: yang menjadi persoalan dalam usaha kita mengerti Kitab Suci bukanlah menghafal perikop demi perikop, melainkan menemukan benang merah yang menghubungkan berbagai peristiwa dan mengerti rencana Allah terhadap manusia. Kedua, gereja merayakan Ekaristi. Perhatikan bagaimana Lukas menuliskan, Ia mengambil roti, mengucap berkat, membagi-bagi-Nya dan memberikan-Nya (Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. – Luk 24:30), empat kata yang sama digunakan oleh kaum beriman dalam perayaan Ekaristi. Kita bisa datang mendekati Yesus lewat percakapan dengan Dia dan merenungkan sabda-Nya, kita juga mendapati Dia hadir dalam pertemuan-pertemuan persaudaran kita, namun Ia memperkenalkan diri-Nya dengan cara yang berbeda ketika kita membagi-bagikan roti yang adalah Tubuh-Nya (Lalu kedua orang itu pun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti. – Luk 24:35)
(Kitab Suci Komunitas Kristiani – Edisi Pastoral Katolik)

Tidak ada komentar: