Dan ketika Paulus menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, dan mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat. (Kis 19:6).
Selama hampir tiga tahun Paulus mewartakan di Efesus. Efesus adalah salah satu kota terindah dan terbesar di Kekaisaran Romawi.
Lukas ingin menceritakan baptisan murid-murid Yohanes Pembaptis. Seperti telah dikatakan, bahwa mereka telah mengetahui ajaran Yesus, tetapi sebagai murid, mereka berkekurangan apa yang terpenting, yaitu mereka belum menerima Roh Kudus (Kata Paulus: "Baptisan Yohanes adalah pembaptisan orang yang telah bertobat, dan ia berkata kepada orang banyak, bahwa mereka harus percaya kepada Dia yang datang kemudian dari padanya, yaitu Yesus." – Kis 19:4).
Kita tidak boleh lupa bahwa bahasa orang Kristen saat itu sangat terbatas, Roh Kudus itu ‘lebih dari pada manifestasi’ yang diungkapkan lewat penumpangan tangan. Demikian kita membaca pernyataan, bahwa mereka tidak mendengar ada Roh Kudus dalam Kis 19:2 (Katanya kepada mereka: "Sudahkah kamu menerima Roh Kudus, ketika kamu menjadi percaya?" Akan tetapi mereka menjawab dia: "Belum, bahkan kami belum pernah mendengar, bahwa ada Roh Kudus.") ; sementara ada teks lain menyatakan : Roh Kudus diterima, dan Roh Kudus turun atas mereka (ayt 6) bandingkan dengan Kis 8 (Ketika rasul-rasul di Yerusalem mendengar, bahwa tanah Samaria telah menerima firman Allah, mereka mengutus Petrus dan Yohanes ke situ. Setibanya di situ kedua rasul itu berdoa, supaya orang-orang Samaria itu beroleh Roh Kudus. Sebab Roh Kudus belum turun di atas seorang pun di antara mereka, karena mereka hanya dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. Kemudian keduanya menumpangkan tangan di atas mereka, lalu mereka menerima Roh Kudus. - Kis 8:14-17).
Penumpangan tangan berarti mengakui perubahan yang terjadi saat pembaptisan melalui pengalaman Karunia Roh (Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama - 1 Kor 12:7). Pada masa kini, banyak orang Kristen terkejut jika mereka tidak pernah mengalami kehadiran Allah secara nyata ini. Kita tidak boleh berkata, bahwa Karunia ini tak berguna, atau bahwa sesuatu tidak terjadi pada masa kini. Sesungguhnya yang terpenting adalah beriman dan menghayatinya dari pada merasakannya. Tetapi pengalaman demikian sering menumbuhkan “bunga-bunga” indah bagi iman kita, ia menunjukkan, bahwa Allah itu dekat dan menjadi tuan atas diri kita. Mungkin sikap rasional kita dan hidup Gereja tidak percaya akan semuanya itu yang adalah ungkapan-ungkapan pribadi, akhirnya sampai mematikan karunia-karunia Roh, mungkin inilah kekurangan kita (rasional) dalam pengabdian kepada Yesus.
“Mereka dibaptis dalam nama Tuhan Yesus.” Haruskah kita menyimpulkan bahwa pada awalnya pembaptisan dengan “dalam nama Yesus” dan bukan dalam “Nama Bapa, Putra dan Roh Kudus” ? tidak jelas. Dalam nama berarti dengan kuasa. Rupanya pembaptisan dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus disebut pembaptisan dalam nama Yesus untuk membedakannya dari pembaptisan Yohanes dan dari agama lain. Bisa juga bahwa pada saat menerima air dalam nama tritunggal Kudus, orang yang dibaptis harus berdoa secara pribadi dalam Nama Yesus. Selain itu, pada awalnya mungkin yang diberikan “dalam nama Yesus” dan kelak disesuaikan oleh Gereja untuk membedakannya dengan kelompok-kelompok yang beriman kepada Yesus tetapi tanpa mengakuinya sebagai Putra Allah yang lahir dari Bapa. Kita tak perlu heran dengan perubahan ini, Gereja para rasul telah menyusun suatu rumusan baptisan pertama, lalu Gereja yang sama mengambil rumusan yang kedua yang dihubungkan dengan Yesus dalam Mat 28:19 (Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus).
(Kitab Suci Komunitas Kristiani – Edisi Pastoral Katolik)
- Efesus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar