Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. (Mrk 12:30).
Perintah pertama ini tidak ada dalam Sepuluh Perintah Musa, yang ada hanya berbicara tentang “mengabdi kepada Allah” (Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu – Kel 20:3-5), tetapi kita membacanya dalam kitab Ulangan (Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu – Ul 6:5)
Mengasihi Allah bukanlah suatu perintah seperti perintah-perintah lain, karena perintah-perintah lain menunjuk pada tindakan spesifik yang harus dilakukan atau dihindari, umpamanya, kamu harus beristirahat pada hari Tuhan, atau jangan melakukan zina. Akan tetapi, kalau kita berbicara mengenai mengasihi Allah, tidak ada batasnya.
Perintah-perintah dalam Kitab Suci (khususnya sepuluh perintah Musa) hanya mengungkapkan secara lebih jelas tuntuan-tuntutan hati nurani kita. Seharusnya tidak perlu dikatakan kepada kita bahwa kita jangan mencuri, jangan bersaksi dusta terhadap orang lain. Namun, perlu mengajarkan hal itu kepada anak-anak dan kepada orang-orang yang hati nuraninya belum terbentuk. Paulus mengatakan, “Hukum ditujukan bukan kepada mereka yang sudah hidup baik melainkan kepada mereka yang berbuat jahat” (Kita tahu bahwa hukum Taurat itu baik kalau tepat digunakan, yakni dengan keinsafan bahwa hukum Taurat itu bukanlah bagi orang yang benar, melainkan bagi orang durhaka dan orang lalim, bagi orang fasik dan orang berdosa, bagi orang duniawi dan yang tak beragama, bagi pembunuh bapa dan pembunuh ibu, bagi pembunuh pada umumnya, bagi orang cabul dan pemburit, bagi penculik, bagi pendusta, bagi orang makan sumpah dan seterusnya segala sesuatu yang bertentangan dengan ajaran sehat yang berdasarkan Injil dari Allah yang mulia dan maha bahagia, seperti yang telah dipercayakan kepadaku. 1 Tim 1:8-11)
Itulah alasan mengapa kasih kepada Allah tidak dinyatakan dalam Perjanjian Baru sebagai suatu perintah, melainkan sebagai buah Roh yang akan diberikan Allah kepada putra-putri-Nya (Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!" – Rm 8:15). Allah adalah pribadi yang harus dicintai di atas segalanya (Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. – Mat 6:9-10), khususnya dalam diri Putra-Nya (Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan, - 1 Ptr 1:8). Tidak ada kasih otentik dari sesama tanpa kasih Allah (Inilah tandanya, bahwa kita mengasihi anak-anak Allah, yaitu apabila kita mengasihi Allah serta melakukan perintah-perintah-Nya. – 1 Yoh 5:2)
Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu. Kasihilah Dia lebih dari pada kita mengasihi orang-orang yang paling kita cintai. Kita harus merindukan Dia, kita harus melupakan diri kita, supaya dalam segala hal kita mencari apa yang Ia inginkan dari kita.
Kasihilah Tuhan, Allah, dengan segenap akal budimu. Kita harus menggunakan kemampuan terbaik dari akal budi kita untuk mengenal Dia. Lihatlah kehidupan kita, dan mengertilah betapa Dia telah menuntut kita. Kita berusaha untuk mengerti bagaimana Kerajaan Allah sedang datang lewat peristiwa-peristiwa dunia dan kejadian-kejadian sehari-hari. Dengan berdoa dan membaca Kitab Suci secara teratur, kita memohon kepada Allah untuk memberikan Roh-Nya kepada kita, supaya kita dapat mengenal Dia lebih baik.
Kasihilah Tuhan, Allah, dengan segenap kekuatanmu. Karena kita sangat lemah dalam hal ini, kita harus meminta bantuan-Nya dan berusaha untuk bersatu dengan semua hamba Allah sejati, dengan menggunakan sarana-sarana yang disediakan Gereja bagi kita.
Perintah untuk mengasihi sesama, seperti kita mengasihi diri kita sendiri berada dalam urutan kedua, karena perintah ini tidak bisa dimengerti atau dilaksanakan tanpa kasih kepada Allah, karena Allah meminta lebih dari pada solidaritas dengan sesama, atau perhatian terhadap mereka yang menderita. Kita harus membuat suatu usaha untuk melihat saudara-saudari kita, seperti Bapa melihat mereka. Kita harus memberikan kepada mereka apa yang ingin diberikan Bapa kepada mereka. Di antara banyak hal baik yang bisa kita lakukan bagi sesama kita, kita harus memilih hal-hal yang diperintahkan kepada kita oleh Roh Kudus. Semuanya ini menuntut supaya kita lebih dulu mengenal dan mencintai Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar