8/06/2009

PENGLIHATAN NABI AMOS : BUAH MUSIM KEMARAU


Lalu berfirmanlah Ia: "Apakah yang kaulihat, Amos?" Jawabku: "Sebuah bakul berisi buah-buahan musim kemarau." Berfirmanlah TUHAN kepadaku: "Kesudahan telah datang bagi umat-Ku Israel. Aku tidak akan memaafkannya lagi. (Amos 8:2) Penglihatan ini adalah penglihatan Amos yang ke empat, Amos menguraikan ketamakan para pedagang dan kaum kaya, pemerasan kaum miskin, hidup bermewah-mewahan, penyuapan para hakim dan sebagainya.

Dengarlah ini, kamu yang menginjak-injak orang miskin, dan yang membinasakan orang sengsara di negeri ini dan berpikir: "Bilakah bulan baru berlalu, supaya kita boleh menjual gandum dan bilakah hari Sabat berlalu, supaya kita boleh menawarkan terigu dengan mengecilkan efa, membesarkan syikal, berbuat curang dengan neraca palsu, supaya kita membeli orang lemah karena uang dan orang yang miskin karena sepasang kasut; dan menjual terigu rosokan?" (Amos 8:4-6)

Seruan ini disampaikan nabi kepada orang-orang yang melakukan penindasan dan kecurangan terhadap kaum miskin. Ayat 5 menunjuk kepada para pedagang yang menipu dan memperdaya rakyat dalam penjualan barang-barang, termasuk sandang pangan. Amos membongkar apa yang ada dalam pikiran mereka. Mereka ini gila akan keuntungan, sehingga mereka benci pada pesta Bulan Baru dan hari Sabat, karena mereka terpaksa menutup ‘toko’ mereka. Hari raya Bulan Baru ("Katakanlah kepada orang Israel, begini: Dalam bulan yang ketujuh, pada tanggal satu bulan itu, kamu harus mengadakan hari perhentian penuh yang diperingati dengan meniup serunai, yakni hari pertemuan kudus. - Im 23:24), sama seperti hari Sabat (Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN - Kel 20:8-10), tidak mengizinkan orang berjual beli. Bulan Baru dan hari Sabat mereka kuduskan, tetapi juga mereka gunakan untuk memikirkan penipuan, bait Allah dikatakan sudah menjadi penyamun. (Beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Perbaikilah tingkah langkahmu dan perbuatanmu, maka Aku mau diam bersama-sama kamu di tempat ini. Janganlah percaya kepada perkataan dusta yang berbunyi: Ini bait TUHAN, bait TUHAN, bait TUHAN – Yer 7:3-4).

Amos memerincikan kecurangan dan penipuan yang biasa mereka lakukan untuk mendapatkan keuntungan. Mereka ‘mengecilkan efa’ (=suatu takaran kira-kira 40 liter). ‘membesarkan syikal’ (=suatu batu timbangan yang kecil, kira-kira 12 gram untuk menimbang emas dan perak yang dipakai sebagai alat pembayaran pada zaman itu, mereka belum mengenal mata uang), “berbuat curang dengan neraca palsu”. Pendek kata, mereka menipu para pembeli mereka dengan segala cara, mereka merekayasa alat pengukur, sehingga mereka menyerahkan barang kepada pembeli lebih sedikit dari pada takaran yang seharusnya, dan sebaliknya mereka memainkan alat pengukur pembayaran, sehingga pembeli “terpaksa” membayarkan lebih banyak dari harga yang sebenarnya. Selain itu, mereka juga ‘menjual terigu rosokan’, dengan cara mencampurkan terigu rosokan itu ke dalam terigu yang baik.

Dan yang lebih jahat lagi, mereka ‘membeli orang lemah karena uang, dan orang miskin karena sepasang kasut’. Orang-orang kaya membeli dan menjual orang-orang miskin sebagai budak bila mereka pada akhirnya tidak dapat melunasi hutangnya sekalipun hutang itu kecil. (ayat 6)

Kepada para pedagang itu, Amos menyerukan bahwa Allah telah bersumpah untuk selamanya Allah tidak akan melupakan semua kejahatan mereka. Dengan kata lain, bagi mereka tidak ada pengampunan lagi. Kata ‘melupakan’ adalah lawan kata dari kata ‘mengingat’ seperti yang dipakai dalam Yes 43:25 (Aku, Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh karena Aku sendiri, dan Aku tidak mengingat-ingat dosamu)

Dalam Amos 4:2 dan 6:8 Tuhan bersumpah demi dirinya sendiri, tetapi dalam perikop ini, Tuhan bersumpah demi kebanggan Yakub’. Bila Amos 4:2 dan 6:8 itu diperhitungkan, dapat dikatakan bahwa ‘kebanggaan Yakub’ itu merupakan predikat atau julukan Tuhan. Firman Tuhan itu : “Aku, sebagai kebanggaan Yakub, tidak akan pernah melupakan segala pernbuatan kalian.” (Amos 8:7) Jadi, Tuhan, kepada siapa Yakub berbangga menghukum Bangsa-Nya dengan keras.

Banyak orang atau barangkali kebanyakan orang tidak pernah merasa puas dengan harta atau kekayaan yang dimilikinya. Mereka ini akan selalu berusaha untuk terus menambah kekayaan yang sudah mereka miliki itu. Tetapi orang tidak dapat mengendalikan diri, rasa tidak pernah puas ini dapat berubah menjadi kerakusan atau keserakahan. Bila sudah demikian, orang akan menggunakan segala macam cara untuk memperkaya diri mereka.

Hal seperti itulah yang terjadi pada zaman nabi Amos. Para pedagang yang curang dan rakus itu mengabaikan dua hal utama dalam hidup mereka, hanya supaya mereka dapat menumpuk kekayaan. Hal pertama yang mereka abaikan adalah hubungan mereka dengan Tuhan. Hari-hari yang seharusnya dikhususkan untuk ibadat kepada Tuhan tidak mempunyai makna lagi bagi mereka, bahkan menurut mereka hari-hari tersebut menjadi penghalang bagi mereka untuk mengembangkan hidup mereka. Hal kedua yang mereka abaikan adalah hubungan mereka dengan sesama mereka. Mereka tidak lagi berpikir bahwa sesama mereka dan mereka sendiri adalah sama-sama anggota umat Allah. Bagi mereka, sesama mereka adalah obyek yang dapat mereka peras dan yang dapat mereka gunakan untuk memperkaya diri mereka sendiri. Mereka tidak mau mempedulikan nasib sesama mereka, sebaliknya bagi mereka semakin orang lemah dan tak berdaya, semakin mudah diperdaya dan diperas.

Tuhan tidak pernah melarang orang untuk menjadi kaya, tetapi Tuhan tidak pernah menyetujui penindasan terhadap orang lemah, dan Tuhan tidak akan membiarkan orang lemah ditindas, Ia akan membela orang yang ditindas.

(Lembaga Biblika Indonesia)

Tidak ada komentar: