3/30/2015

YESUS KRISTUS RAJA DI HADAPAN PILATUS


Jawab Yesus: "Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini." (Yoh 18:36). Dalam Injil kata kerajaan, yaitu negeri yang dikuasai oleh seorang raja; kekuasaan, yaitu pemerintahan raja; Kerajaan, yaitu martabat dan kuasa seorang raja.

Dalam jawaban Yesus kepada Pilatus, arti yang diberikan kepada kata itu bukan kerajaan, melainkan Kerajaan, yaitu kuasa seorang raja.
Apapun juga artinya, kelirulah kalau kita mengartikan kata-kata Yesus sebagai berikut : “Kerajaan-Ku berada di dunia lain, maka soal-soal sosial dan politik di dunia ini tidak penting bagi-Ku” dan mengira bahwa Yesus datang untuk memberikan keselamatan rohani, secara individu kepada jiwa-jiwa yang percaya.
Demikian pula, kelirulah kalau kita mengartikan kata-kata : Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas, bahwa seolah-olah para penguasa menerima kuasa mereka langsung dari Allah dan tak seorangpun boleh mengambil langkah-langkah untuk menggantikan mereka dengan orang lain yang tidak begitu korup, atau dengan orang yang lebih adil, atau juga dengan orang yang lebih mampu. (Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah. - Rm 13:1)
Yesus dengan tangan terikat, “bertindak” sebagai raja di hadapan gubernur Pilatus yang menjadi tawanan dari jabatan dan ambisinya sendiri. Yesus bukanlah seorang raja yang sama seperti mereka yang berasal dari dunia ini, karena Ia tidak memperlihatkan kuasa seperti yang sudah biasa ditaati oleh banyak orang. Yesus raja orang-orang Yahudi, tidak datang untuk menghidupkan kembali kerajaan Yahudi, tetapi untuk mendirikan Kerajaan Kebenaran, yang dijanjikan Allah kepada mereka selama berabad-abad.
Namun kebenaran tidak menang dengan menggunakan senjata, tetapi dengan kesaksian mereka yang hidup menurut kebenaran. Saksi-saksi kebenaran sering dianiaya, tetapi mereka sendiri tidak menganiaya orang lain.
Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini. Yesus berbeda dengan penguasa-penguasa lain yang telah memperoleh kedudukan mereka lewat kekerasan atau telah memenangkannya dalam suatu pemilihan, Yesus beda karena Ia telah diutus dan diurapi oleh Bapa.
Pilatus, di lain pihak telah diangkat oleh Kaisar Roma dan karirnya tergantung pada ambisinya maupun pada beberapa pelindung kekuasaannya. Bagaimana orang seperti dia bisa memiliki kuasa atas Putra Allah dan menyuruh orang untuk menyalibkan Dia karena takut kepada rakyat, kalau bukan untuk memenuhi suatu dekrit dari Atas ? Sesungguhnya, bahkan tidak seekorpun burung pipit yang jatuh ke tanah tanpa diijinkan olah Bapa.
Allah tidak akan mengijinkan manusia untuk menghancurkan nasib Putra-Nya. Ia sungguh menaruh perhatian kepada kita masing-masing sehingga ketidak-adilan pun yang diperbuat terhadap kita, dapat berguna untuk rencana-rencana-Nya bagi kepentingan kita. Karena nasib kita tergantung sekaligus pada Allah dan penguasa-penguasa duniawi, kita harus percaya bahwa Ia memanfaatkan keputusan-keputusan duniawi mereka untuk melaksanakan rencana-rencana-Nya, sekalipun kuasa mereka itu dari dunia, yang berarti dapat dipertanyakan keabsahan kuasa mereka.
Pilatus terpaksa menghukum Yesus, karena ia telah menindas dan tanpa malu mengeksploitasi orang-orang Yahudi, ia takut nanti mereka mengadukan dia kepada Kaisar mengenai segala perbuatannya. Tetap baginya menghukum Yesus tidak lebih dari pada menghukum mati seorang Yahudi lagi, ia tidak memikul seluruh kesalahan, karena pengadilan seperti itu adalah buah dari sistem kolonial Roma.
Kayafas, Imam Agung Allah yang terurapi, sebaliknya tidak bisa menghukum Yesus tanpa dengan tahu dan mau memfitnah perbuatan-perbuatan-Nya dan perkataan-Nya, maka dosanya lebih besar (Yesus menjawab: "Engkau tidak mempunyai kuasa apa pun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas. Sebab itu: dia, yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya." – Yoh 19:11)
Maka berteriaklah mereka: "Enyahkan Dia! Enyahkan Dia! Salibkan Dia!" Kata Pilatus kepada mereka: "Haruskah aku menyalibkan rajamu?" Jawab imam-imam kepala: "Kami tidak mempunyai raja selain dari pada Kaisar!" (Yoh 19:15). Demikianlah teriakan dari masa yang disulut oleh pemimpin-pemimpin mereka, sekalipun mereka membenci orang-orang Romawi dan Kaisar mereka. Sesungguhnya, beberapa tahun kemudian orang-orang Yahudi tidak memiliki raja lain selain Kaisar, dan raja ini akan menghancurkan mereka.
Pilatus sebenarnya ingin menyelamatkan hidup dari tahanannya ketika ia mempertontonkan Dia dalam kondisi-Nya yang terluka dan tersiksa. Namun siasatnya membuahkan kebalikannya (Sejak itu Pilatus berusaha untuk membebaskan Dia, tetapi orang-orang Yahudi berteriak: "Jikalau engkau membebaskan Dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar. Setiap orang yang menganggap dirinya sebagai raja, ia melawan Kaisar." – Yoh 19:12)
(Kitab Suci Komunitas Kristiani – Edisi Pastoral Katolik)

Tidak ada komentar: