8/25/2008

DISEMBUHKAN MALAIKAT AGUNG RAFAEL

Ketika Anne Marie dan John hendak pergi ke sekolah, saya mengajarkan katekismus kepada mereka. Christian yang berusia 3 tahun biasa mendengarkannya dengan penuh perhatian.

Pada suatu hari aku menceritakan tentang Tobias. Anak-anak itu demikain gembiranya mendengarkan cerita itu karena akhir ceritta yang membahagiakan, sehingga Christian kecil berseru dengan gembira : “Saya tahu nama Malaikat pelindung itu, nama Malaikat pelindungku yaitu Rafael, bukankah begitu mama, ia milikku seorang, hanya milikku.” Hal ini adalah suatu awal dari pemujaan yang besar keluarga kami bagi Malaikat Agung Rafael.

Dalam musim panas tahun 1957, Christian harus pergi berlibur dengan saudariku ke Pusteral. Aku tak ingin ia pergi, tetapi adikku memohon padaku supaya memberi kesenangan itu padanya, sampai akhirnya aku menyerah. Pada saat keberangkatan aku berkata kepada anak itu : “Jika kamu berada dalam kesusahan dan membutuhkan mama, kirimlah kabar kepadaku.”

Pada tanggal 20 Agustus, aku bermimpi, aku sedang berjalan sepanjang jalan Post di Meran, ketika seorang petugas kereta api mendekatiku dan meminta aku untuk mengikat sebuah bungkusan. Dalam mimpiku aku mengerjakannya dengan segera, tetapi ketika aku sedang menarik talinya, kertas itu sobek dan di hadapanku ada sebuah peti mati yang hanya cukup bagi anak yang berusia sekitar 6 tahun. Dengan rasa takut aku berkata kepada petugas itu : “Apakah ibu dari anak itu tahu tentang hal ini ?” Lalu petugas itu menaruh jarinya pada bibirnya dan berkata : “Ssst, bibinya merahasiakannya.”

Aku bangun dan merasa sangat ketakutan, aku terus berpikir bahwa Christian sedang sakit. Suara hatiku mendesakku untuk mengeceknya segera, tetapi karena aku tak dapat menutup bisnisku dan karena aku tak yakin apakah mereka ada di Bozen, atau masih ada di Pelatinate di Bruneck, mak aku mengirim anakku Anne Marie yang berusia 13 tahun ke Bozen dengan pesan : “Lihatlah apakah Bibimu ada di kantor, karena jika mereka telah kembali dari liburan, anak itu pasti juga ada di sana, lalu bawa dia kembali dan katakan, Mama cemas akan Christian.”

Tak sampai malam, Anna Marie kembali dan berkata : “Mama, mama, Rafael mengatakan kebenaran padamu, coba bayangkan Bibi memanggil 2 orang dokter karena Christian sangat sakit. Mereka mau merahasiakannya, tetapi Rafael baik dan menceritakan hal itu.”

Pagi-pagi keesokan harinya, kami pergi ke Bozen dan mendapatkan Christian, ia sangat lemah dan menderita. Dokter keluarga kami tak memberikan harapan, demikian juga dokter lain di Bozen.

Setelah mencapai sedikit kemajuan, anak itu kambuh lagi pada akhir September, kami harus memasukkan Christian ke rumah sakit. Ketika aku akan meninggalkannya, aku bertanya bagaimana caranya ia memberi kabar padaku tentang keadaan dirinya, ia berkata : “Aku berdoa, Rafael, pergilah untuk menjemput mama, tolonglah jemput mama.”

Para dokter di rumah sakit sudah putus asa atas kondisi anak itu, dokter K. ingin mengoperasi pankreasnya karena bengkak dan ia ingin memasukkan tabung ke dalamnya. Aku minta dokter untuk memeriksa dengan rongent dan membatalkan operasinya, karena aku tahu tak ada pertolongan untuk penyakit pankreas dan semua orang meninggal karena penyakit yang parah.

Demikian pada pagi harinya, aku pergi ke Misa Kudus dan berdoa kepada Bunda Maria : “Bunda Maria yang baik, kalau memang ini kehendak Tuhan, bahwa Christian harus meninggal, tolong berbaik hatilah untuk segera membawa dia pada dirimu, karena aku dalam keadaan tak mampu untuk membayar ongkos perawatan rumah sakit, karena suamiku meninggal 3 tahun yang lalu dan kami telah menghabiskan semua tabungan untuk dokter dan obat-obatan sampai harus berutang, Bunda tahu betapa aku akan merasa sakit karena kehilangan dia, tetapi apapun kehendak Allah adalah yang baik bagiku, kalau Bunda dapat menggunakan dia untuk sesuatu, aku akan memberikan dia pada Bunda, Bunda yang membesarkan dia untuk Bunda sendiri dan Bunda selalu dapat menggunakan hak Bunda atas dia.”

Aku pulang dengan sangat lega dan berpikir, terjadilah apa yang seharusnya terjadi. Menjelang siang hari, aku mendapat telepon dari rumah sakit, bahwa aku harus segera datang ke rumah sakit. Dengan gemetar aku pergi ker rumah sakit, dokter K datang padaku dan berkata : “Ibu, anda dapat membawa putra anda pulang, kami telah merongent dia dan tak ada apa-apa yang ditemukan. Apa yang telah anda lakukan ?” Aku menjawab :”Dokter pasti tak akan mempercayainya, tetapi aku akan menceritakannya padamu, aku telah berdoa dengan khusuk kepada Bunda Maria.”

“O..Pastilah begitu, kalau tidak, mana mungkin terjadi, biasanya para ibu dapat berbuat lebih dari pada para dokter. Untuk kami, memotong adalah yang lebih mudah dari pada berbuat seperti itu. Sekarang, pergilah ke dokter keluarga segera, ia menunggu anda, aku telah memanggilnya, tetapi aku ragu bahwa kemajuan ini akan berakhir.”

Christian menyambut aku dengan gembira : “Lekaslah, dandani aku mama, Rafael ada di sini !”

“Rafael yang mana ? “ aku bertanya.

“Milikku,” katanya, “Dia membawakan aku obat yang baik, Dia berkata “Christian duduklah, aku membawa obat dari Allah, minumlah ! oh, itu enak, seperti madu, tapi tak semanis itu.”

Aku berkata : “Itu mungkin seorang suster.”

“Bukan, bukan mama, suster memakai tutup kepala, tapi Rafael mempunyai rambut panjang dan lengan bajunya digulung ke atas dan dia memakai ikat pinggang. Dia benar-benar terang dan bersinar-sinar, gagah dan tampan. Dia membantu aku meminumnya juga.”

Aku tak dapat mengatasi rasa keterkejutanku mendengar cerita itu, lalu kami pergi ke dokter keluarga. Dr. V kemudian memeriksa Christian dan menekan keras-keras di tempat yang dulunya terasa sakit, Christian tak merasakan apa-apa. Lalu dokter V mengangkat Christian dan menciumnya, dan berkata : “Pergilah segera, persembahkanlah Misa Syukur untuk papamu, kamu telah mendapatkan mukjizat, biasanya 99% orangakan mati karena peradangan seperti ini, kamu adalah yang beruntung mendapat yang 1% itu.”

Lalu Christian berkata : “Bukan, bukan papa, Rafael menyembuhkan aku, aku hanya berbicara dengan Rafael, bukan dengan papa. Aku berkata kepada Rafael : “Tolonglah, sembuhkanlah aku.”

Dokter itu lalu berkata bahwa ini benar-benar merupakan suatu mukjizat dan tetap mensharingkan kesaksian itu sampai hari ini.

Pada tanggal 3 October 1957, ketika aku membawa Christian pulang dari rumah sakit, beberapa hari kemudian paman kami yang juga seorang imam datang berkunjung. Kami menceritakan apa yang telah terjadi, ia mengatakan bahwa arti nama Rafael adalah “Obat Dari Tuhan”.

Sejak itu semua orang dalam keluarga kami sangat mencintai Santo Rafael, sejak itu kami memuja semua paduan suara para Malaikat Kudus.

Pada tanggal 24 October 1965, ibu itu menulis kepada penerbit atas pertanyaan bagaimana kelanjutan kesembuhan itu, apakah masih bertahan, ibu itu menulis : “Pada Natal tahun ini, Chirstian akan berusia 14 tahun, tingginya sudah 180 cm, dia kuat sebagaimana seorang laki-laki, sebenarnya dia lebih kuat dari pada kakaknya John yang berusia 18 tahun. Atas dasar rasa syukur, maka saya memberi kesaksian dalam cerita yang panjang ini kepada anda semua. Semua orang dalam keluarga kami mencintai Malaikat Kudus, dan khususnya Malaikat Agung St. Rafael.”

(Terjemahan dari : Schutengel Geschichten Heute)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

praise the Lord