9/23/2008

MARIA BUNDA GEREJA

Di Rusia ada sebuah legenda kuno tentang St. Andreas. Setelah disalib dan lepas dari sengsara dunia ini, St. Andreas bergegas ke surga untuk mencari Bundanya tercinta. Akan tetapi, ia tidak menemukannya, sehingga ia pun bertanya kepada malaikat, “Di mana ia?” “Ia tidak ada di sini!” jawab malaikat itu. “Ia berada di dunia yang menderita untuk mengusap air mata anak-anaknya yang menangis.”

Allah Roh Kudus hendak membentuk kaum pilihan-Nya dalam dan oleh Maria. Dari dahulu hingga sekarang, di surga dan di bumi, Maria adalah Bunda Kristus. Oleh karena itu, Maria yang telah melahirkan Kepala Gereja yaitu Kristus, juga akan melahirkan Tubuh Mistik-Nya. St. Agustinus berkata, “Semua orang terpilih di dunia ini, tersembunyi dalam rahim rohani Perawan Maria, untuk dijadikan sesuai dengan citra Allah Putera. Bunda Maria mendampingi anak-anaknya, dijadikannya mereka bertumbuh hingga saatnya tiba untuk melahirkan mereka bagi kemuliaan”. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika orang-orang kudus di sepanjang sejarah Gereja, mencintai Bunda Maria. Ini adalah rahasia rahmat yang amat besar bagi orang-orang pilihan.

Bagaimanakah Bunda Maria bisa melakukan hal ini? Maria bersama dengan Roh Kudus telah melahirkan kemuliaan yang terbesar sepanjang zaman, yakni Yesus Kristus. Maria adalah mempelai Roh Kudus yang subur, sehingga kini bersama dengan Roh Kudus, Maria masih mengerjakan keajaiban-keajaiban mulia, yaitu melahirkan orang-orang kudus bagi Allah. Apabila Maria telah berakar di dalam suatu jiwa maka Roh Kudus Sang Mempelai pun akan datang dan memberikan diri-Nya tanpa segan-segan kepada jiwa tersebut, dan mencurahkan rahmat-Nya yang berlimpah-limpah di dalam jiwa tersebut. Sungguh, Maria adalah pengantin yang tidak terpisahkan dari Roh Kudus, dan berbahagialah jiwa yang mencintai Maria karena ia pun akan menjadi mempelai Roh Kudus.

Orang-orang yang kurang mengerti seringkali kuatir berdoa kepada Maria, karena takut menghina Allah Putera. Padahal, Bunda Maria adalah Bunda Gereja, sudah selayaknyalah kita sebagai anggota Gereja datang kepadanya. Justru semakin kita dekat dengan Maria, semakin kita dibawa lebih akrab dengan Yesus, karena Maria tidak pernah mau mencuri kemuliaan bagi dirinya sendiri walau barang secuil pun. Dalam hal ini Gereja Kristus mengikuti teladan Roh Kudus, yaitu menyalami Maria lebih dahulu, baru Yesus. “diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu.” (Luk. 1:42) Ini bukan berari Maria lebih tinggi daripada Yesus melainkan justru kita ingin lebih memuliakan Yesus dengan lebih dulu memuliakan ibunya.

Segenap kesempurnaan kita terdapat dalam keserupaan kita dengan Yesus Kristus. Nah, di dunia ini, tidak ada satu mahkluk pun yang lebih menyerupai Yesus daripada Maria. Maka tidaklah mengherankan apabila “semakin suatu jiwa dibaktikan kepada Maria, semakin mesra ia menjadi milik Yesus Kristus.” (St. Montfort).

St. Bernardus juga mengatakan, “Sungguh, Tuhan amat berkenan jika kita menyampaikan syukur, hormat, dan kasih atas segala kebaikan-Nya lewat tangan Bunda Maria.” Ini adalah suatu ungkapan kerendahan hati yang merasa diri tidak pantas untuk mendekati-Nya, sehingga kita memohon pertolongan Bunda kita tercinta. Dengan demikian kita tidak mengandalkan kemampuan diri sendiri, tetapi bersandar pada kebaikan hati ibunda.

Maria menjadi Bunda Gereja karena persatuannya dengan Kristus yang tak terpisahkan hingga saat ini. Demikian pula saat ini Maria bersatu pula dalam karya keselamatan Kristus.

Demikianlah Santa Perawan juga melangkah maju dalam penziarahan iman. Dengan setia ia mempertahankan persatuannya dengan Puteranya hingga disalib, ketika ia –sesuai dengan rencana Allah- berdiri di dekat-Nya. Di situlah ia menanggung penderitaan yang dahsyat bersama dengan Puteranya yang tunggal. Dengan hati keibuannya ia menggabungkan diri dengan kurban-Nya, dan penuh kasih menyetujui persembahan kurban yang dilahirkannya. Dan akhirnya oleh Yesus Kristus itu juga, menjelang wafat-Nya di kayu salib, ia dikaruniakan kepada murid menjadi Bundanya dengan kata-kata ini, “Wanita, inilah anakmu.” (LG 58)

Penyerahan diri Bunda Maria yang utuh terhadap kehendak Tuhan telah membuat persatuannya dengan Putera-Nya tak terpisahkan. Di mana saja Kristus ada sebagai penebus dan Kepala Mistik, di situ pula Maria berada sebagai Bunda. Dan setelah diangkat jiwa dan badannya dalam kemuliaan surgawi, Bunda Maria yang telah mengambil bagian dalam kemuliaan kebangkitan Puteranya, mengantisipasi kebangkitan semua anggota Tubuh-Nya. Bunda Maria yang tersuci, Bunda Gereja, melanjutkan di surga keibuannya terhadap anggota-anggota Kristus.

(Sumber: Katekismus Katolik, ditulis kembali oleh Sr. Maria Skolastika, P.Karm.)

Tidak ada komentar: