10/21/2008

KRISTUS ADALAH DAMAI KITA

Sebelum Kristus, umat manusia terpecah belah dan tidak mengenal Bapa kita yang satu, karena mereka tidak cukup dewasa untuk cepat bersatu dalam iman yang benar. Tuhan mempertimbangkan hal ini saat ia menyiapkan kedatangan Kristus. Ia memilih satu umat dan untuk menghindarkan mereka dari pengaruh kekeliruan-kekeliruan orang kafir, Ia memisahkan mereka lewat hukum yang melarang mereka hidup bersama dengan orang-orang lain.

Umat Yahudi harus membasuh tangannya jika ia menyentuh sesuatu yang telah disentuh oleh orang-orang kafir. Dalam Bait Suci, jauh dari tempat terkudus, ada suatu tempat yang terbuka untuk orang-orang kafir, dan juga ada suatu tempat dekat tempat terkudus, yang hanya diperuntukkan bagi orang Yahudi saja, dan ada tembok pemisah di antara mereka. Ada saat di mana tembok pemisah ini menjadi tanda dari semua rintangan yang akan dirubuhkan oleh Kristus.

Ia mengajar mereka untuk berbagi hidup dengan orang-orang bukan Yahudi, yang dilarang sampai saat itu. Kristus yang telah disalibkan oleh orang Yahudi dan kafir, mengalahkan semua kebencian dengan kasih yang mengampuni dan setelah bangkit, Ia menghimpun semua umat dalam diri-Nya. (Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan, sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera, dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu. - Ef 2:14-16).

Demikian, sebagaimana salib terbentuk dari dua palang, satu vertikal menuju surga dan yang lain horizontal, menuju bumi, demikianlah “damai” menuju pada dua arah, kepada Tuhan dan kepada sesama. Ia telah menjadikan dua umat bersatu, dan mendamaikan keduanya dengan Allah. Hal ini adalah dua sisi dari satu realita, karena kekerasan manusia adalah wajah lain dari ketidak-mampuan kita bertemu Tuhan.

Kristus mempersatukan mereka, yang berarti, mau tidak mau Injil akan menghancurkan semua perbedaan antar umat. Meskipun banyak perpecahan yang muncul dalam masyarakat kita, semua hukum dan institusi kita mungkin akan rubuh dengan kekerasan, tetapi dengan kehilangan nilai lewat pengorbanan mereka yang menjadi korban, akan menjadi lebih baik.

“Dalam satu Roh” (karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa. – Ef 2:18) Hanya melalui Roh Kudus-lah yang memungkinkan setiap orang bisa mengalami kepenuhan dalam persekutuan dengan orang-orang lain. Persatuan dalam masyarakat sering kali hanyalah persatuan dalam satu partai, satu sindikat, dengan satu ideologi. Tetapi peraturan yang dipaksakan mematikan kepribadian mereka yang telah pasrah, begitu juga mereka yang mendiamkan musuh-musuh mereka.

Kesatuan dalam Gereja bukanlah suatu uniformitas, orang-orang beriman tidak datang dari satu golongan. Kesatuan bukanlah menjadi anggota dari partai, agama atau sindikat yang sama ; keanggotaan dan opini bisa berbeda, yang penting kita semua memiliki komitmen mencari kebenaran dan damai dalam persaudaraan bersama-sama (Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjur – Ef 2:19-20). Roh Kudus memungkinkan setiap orang menjadi setia terhadap dirinya dan tetap dalam persatuan dengan komunitas. Inilah cara bagaimana “ciptaan baru” dilahirkan, bukan sebagai karya politik atau ideologi, tetapi sebagai karya Tuhan, karena di sini kita berbicara tentang “penciptaan baru” menurut Paulus.

Dalam bahasa Alkitab “kawan sewarga”(ay 19), berarti menjadi anggota keluarga Allah, dari sini Paulus berpindah ke gambaran yang lain : engkau adalah rumah, yaitu bait Allah yang sejati. (Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan. – Ef 2:21) Komunitas umat beriman membentuk bait, atau yang lebih baik lagi, sedang dibentuk menjadi bait Allah, dipersatukan dengan komunitas lewat hubungan yang erat.

Persatuan umat Kristen abad pertama berada dalam bahaya, yaitu dikesampingkan oleh kelompok-kelompok manusia lain di saat mana mereka hidup. Sekarang berlawanan dengan itu, banyak umat Kristen lebih mementingkan solidaritas dengan budaya mereka yang ingin diselamatkan dan dikembangkan, mereka dapat mencapai hal ini jika ada komunitas Kristen yang akan mendukung mereka : solidaritas dengan budaya masing-masing tidak menggantikan keanggotaan dalam komunitas Kristen.

(Kitab Suci Komunitas Kristiani – Edisi Pstoral Katolik)

Tidak ada komentar: