Di atas bukit penuh dengan pohon eucaliptus, di belakang jalan via Laurentia, telah dibangun Gereja Perdamaian. Di suatu tempat parkir yang luas, pada nomor 400, ada papan dengan anak panah yang menunjuk ke arah Gua Perawan Wahyu. Sebuah tempat untuk para peziarah pergi berdoa, karena sudah puluhan tahun, tanah ini menjadi tanah yang memberikan mukjizat-mukjizat.
Di atas bukit ini, di antara pepohonan yang menyebarkan keharuman, di sebuah gua (pada waktu itu merupakan tempat pembuangan sampah dan kotoran), seorang wanita dengan pakaian putih dan mantel hijau, dengan rambut hitam yang turun sampai ke tanah yang hitam (tufo), menampakkan diri kepada seorang pria yang tidak beriman, bahkan telah memusuhi Gereja Katolik, yang berprofesi sebagai supir trainway (trem) kota Roma, bernama Bruno Cornacchiola.
Pada suatu hari, di musim semi tanggal 12-April-1947, terjadi penampakkan di atas bukit kota Roma ini, tidak jauh dari tempat di mana Rasul Paulus, 2000 tahun silam, memberikan kesaksiannya yang terakhir, ketika kepalanya dipenggal di sana, Tre Fontane, yang artinya Tiga Sumber.
Pertama-tama, Bunda Maria menampakkan diri kepada tiga anak Bruno Cornacchiola, yaitu Isola, Carlo dan Fransesco, dan kemudian kepada bapaknya, yang pada waktu itu adalah seorang Protestan Adventis yang sangat fanatik.
“Akulah dia, yang ada dalam Allah Tri Tunggal Yang Ilahi,” demikianlah Bunda Maria memperkenalkan dirinya, kemudian bunda melanjutkan : “Akulah Perawan Wahyu ! engkau telah menganiaya aku, tetapi sekarang, cukuplah, kembalilah ke kandang domba, kandang yang suci, perkumpulan suci di dunia ini, taatilah yang dipegang oleh Sri Paus.”
Bunda Maria masih menyampaikan banyak hal lain, di tangannya ia memegang sebuah buku kecil yang berwarna abu-abu, Kitab Suci ! Ia berbicara dengan Bruno lebih dari satu setengah jam dan kemudian menyerahkan juga satu pesan untuk disampaikan kepada Paus Pius XII. Bruno Cornacchiola akhirnya meninggalkan ajaran Protestan dan masuk dalam gereja Katolik, juga atas kehendak Bunda Maria, ia mendirikan Persekutuan Kateketik S.A.C.R.I. Ia mulai menjalani kehidupan yang suci dan mentaati pesan Bunda Maria yang telah diterimanya.
Sejak penampakan pertama dalam tahun 1947, Bruno masih melihat Bunda Maria sampai 27 kali lagi, di mana Bunda Maria sering kali menyampaikan pesan-pesan untuk disampaikan kepada para pemimpin gereja. Pada tanggal 12-April-1980, waktu dirayakan Perayaan Ekaristi untuk memperingati HUT ke 30 sejak penampakan pertama, tiba-tiba matahari berubah warna dan menjadi amat hidup dengan menyebarkan warna putih, merah dan hijau, sehingga ribuan umat yang sedang berdoa pada saat itu menjadi sangat terkejut dan kagum. Koran-koran memuat berita-berita tentang peristiwa ini, namun yang lebih hebat lagi, yang terjadi dua tahun kemudian, tanggal 12-April-1982, di mana matahari mulai berputar dan warnanya menjadi hijau, kemudian berganti merah, sehingga semua umat dapat menyaksikan dan melihatnya secara jelas.
Pada 23-Februari sebelumnya, Bunda Maria juga menampakkan diri kepada pendiri S.A.C.R.I. sambil memohon, agar di atas bukit tersebut didirikan sebuah gereja yang disebut “Gereja Perdamaian Di Antara Bangsa-Bangsa”, yang dipersembahkan kepada Bunda Surgawi, karena “dari tempat inilah, dimana aku memperkenalkan diri, akan mengalir damai ke seluruh dunia.” Dan tahun itu juga, pada tanggal 12-April, ribuan peziarah datang sebagaimana biasanya, untuk merayakan Perayaan ekaristi, siang dan malam.
Seniman, Marcella Croce de Grandis, juga hadir dan merasa masih sangat terharu, semenjak ia menyaksikan mukjizat-mukjizat matahari dengan warna-warni. Kemudian ia berusaha untuk melukis gambar wajah Bunda Wahyu, dan setelah menyelesaikan gambar wajah Maria dalam bentuk grafis, ia mampir ke kantor S.A.C.R.I. dan memperlihatkan karyanya kepada Bruno sendiri, dan Bruno mengatakan : “Kecantikan Ilahi dari wajah Bunda Maria, tidak dapat dilukiskan oleh seniman manapun di dunia ini, karena kecantikan itu tidak berasal dari dunia ini. Namun dalam senyuman yang manis, di mana terlukis kelemah-lembutan dari gambar ini, aku melihat sesuatu yang mengingatkan aku akan wajah Bunda Maria yang pernah kulihat. Kecantikan yang melampaui segala kecantikan wanita.”
Marcella Croce de Grandis telah mencetak ribuan gambar Bunda Wahyu dan telah disebar di seluruh dunia. “Saya ingin agar karya seniman ini, menjadi suatu kesaksian juga,” demikian ia menjelaskan dan di belakang gambar telah ditulis riwayat singkat mengapa ia melukis Perawan Wahyu. “Saya akan mempersembahkan satu copy kepada Paus Yohanes Paulus II juga, yang semenjak lama sudah berjanji akan pergi berdoa ke Gua Tre Fontane, di mana Bunda Maria menampakkan diri di tanah yang hitam untuk berdoa memohon agar damai segera mengalir ke seluruh dunia. Wanita yang pernah mengatakan : “Akulah magnet Kasih Ilahi” juga berkata, bahwa kehancuran dunia oleh bom atom masih dapat ditahan dan diubah oleh kuasa doa.”
Para peziarah yang tiap hari naik ke gunung untuk berdoa, menunggu agar Bapa Suci juga datang untuk berdoa memohon damai dari Bunda yang disebut “Ratu Damai”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar