Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan. Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata kepadamu: jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu. (Gal 5:1-2)
Paulus dan para musuhnya percaya akan kristus yang sama. Sepertinya mereka setuju dalam segala hal. Namun ada sesuatu yang tidak dapat mereka sepakati bersama dan hal ini yang merusak semuanya, yaitu bahwa Paulus tidak percaya pada kewajiban untuk disunat.
Bagi Paulus, tidak ada pewartaan yang otentik tanpa memajukan pendirian-pendirian yang mengejutkan. Karena injil adalah pesan demi kebebasan, para rasul harus memperoleh suatu sikap yang meruntuhkan cara hidup dan pemikiran yang biasa.
Begitulah ‘batu sandungan’ yang perlu dalam segala tindakan Kristen, tetapi hal ini tidak bisa melebihi ‘batusandungan’ yang ditimbulkan oleh kematian Yesus di salib (Sebab Kristus mengutus aku bukan untuk membaptis, tetapi untuk memberitakan Injil; dan itu pun bukan dengan hikmat perkataan, supaya salib Kristus jangan menjadi sia-sia. Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah. - 1 kor 1:17-18).
Menyelamatkan umat berarti membuat umat menemukan diri mereka di depan Tuhan, dan membuat mereka menghadapi kekuatan-kekuatan yang menjadikan mereka budak dan terasing diri sendiri. Ini adalah alasan mengapa Paulus sangat menentang usaha untuk mempertahankan praktek-praktek agama Yahudi.
Mengikuti Paulus, kita bisa bertanya pada zaman kita : Siapakah yang membiarkan diri dipengaruhi oleh prasangka-prasangka, kuasa yang mengasingkan, dan siapakah yang ditindas ? (Dan lagi aku ini, saudara-saudara, jikalau aku masih memberitakan sunat, mengapakah aku masih dianiaya juga? Sebab kalau demikian, salib bukan batu sandungan lagi. – Gal 5:11). Sering kali, Injil dihayati secara lebih otentik dalam kelompok-kelompok Kristen yang sadar akan politik dari pada kelompok yang hanya membatasi diri pada praktek-praktek liturgi.
Sekali lagi, umat Galatia memenjarakan diri dalam parktek agama, hanya karena mereka mau mengelakkan hukuman Allah, dan ini adalah bentuk egoisme (Mereka yang secara lahiriah suka menonjolkan diri, merekalah yang berusaha memaksa kamu untuk bersunat, hanya dengan maksud, supaya mereka tidak dianiaya karena salib Kristus. – Gal 6:12). Namun demikian, hidup Kristen bukanlah seperti itu. Saat kita memilki Roh Kudus, perhatian kita bukan tentang dosa, tetapi lebih tentang “cinta”. Apa yang penting bagi Tuhan adalah, bahwa kita melepaskan problem-problem kecil kita dan membiarkan Roh-Nya memberikan kita hidup, ini adalah pemikiran Paulus di sini (Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging -- karena keduanya bertentangan -- sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki. Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat – Gal 5:16-18).
Paulus memberi kita daftar hal-hal dari daging dan juga daftar lain tentang buah-buah Roh. Kita haris ingat, bahwa daging dan roh tidak sama dengan tubuh dan jiwa (Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu -- seperti yang telah kubuat dahulu -- bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. – Gal 5:19-23).
Orang beriman yang sungguh bebas adalah seorang yang menganggap dirinya sebagai ‘hamba’ Kristus. Ini adalah jalan ‘iman kepercayaan’ dalam hidup sehari-hari : kita menyelesaikan semuanya dengan mengingat bahwa kita adalah milik Kristus dan kita adalah pelayan abadi bagi saudara-saudari kita. Dari sikap seperti ini kita memperoleh sukacita dan damai. Perhatikanlah aspek komunitas dari pesan moral ini : kita harus solider dengan saudara-saudari kita. (Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih. Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!" Tetapi jikalau kamu saling menggigit dan saling menelan, awaslah, supaya jangan kamu saling membinasakan. – Gal 5:13-15).
(Kitab Suci Komunitas Kristiani – Edisi Pastoral Katolik)
- Sunat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar