8/28/2010

MEMETIK GANDUM PADA HARI SABAT

Pada suatu hari Sabat, ketika Yesus berjalan di ladang gandum, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya, sementara mereka menggisarnya dengan tangannya Tetapi beberapa orang Farisi berkata: "Mengapa kamu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?" (Luk 6:1-2).
Di sini ada dua konflik antara Yesus dan kaum agamawan menyangkut hari Sabat. Orang-orang Farisi menganggap bekerja pada hari Sabat sesuai dengan hukum, jika harus menyelamatkan seseorang dalam bahaya maut. Dalam Injil Markus, Yesus juga memperluas hukum ini : bagi Dia, tidak berbuat baik sama dengan berbuat jahat, tidak menyembuhkan sama dengan membunuh (Kemudian kata-Nya kepada mereka: "Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?" Tetapi mereka itu diam saja. - Mrk 3:4).
Hendaklah kita ingat, bahwa kata Sabat berarti istirahat. Allah meminta agar satu hari dijadikan hari suci setiap minggu, bukan pertama-tama untuk kebaktian bersama, tetapi agar masing-masing orang dapat beristirahat (tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. - Kel 20:10). Allah dimuliakan kalau orang-orang tidak diperbudak oleh pekerjaan mereka sehari-hari.
Dalam kasus pertama, Yesus tidak bersoal-jawab dengan orang Farisi yang menganggap memetik beberapa bulir gandum dan mengucaknya di tangan sebagai pekerjaan berat. Pertama Ia mengingatkan, bahwa tokoh iman yang besar seperti Daud, kadang-kadang mengabaikan hukum, lalu Yesus menambahkan : Putra Manusia berkuasa atas hari Sabat. (Kata Yesus lagi kepada mereka: "Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat." – Luk 6:5). Di antara orang Yahudi, tak seorangpun dapat diberi dispensasi dari kewajiban menjalankan Sabat, bahkan Imam Agung sekalipun. Maka Yesus membiarkan mereka bingung dan bertanya-tanya, jadi mau apa Dia ini ?
Dalam kasus yang kedua (Yesus menyembuhkan pada hari Sabat - Mrk 3:2), Yesus sebenarnya dapat berkata kepada orang itu : “Mengapa engkau meminta Aku untuk tidak melakukan sesuatu yang dilarang pada hari sabat ? , kembalilah esok dan jadilah sembuh.” Yesus tidak menghindari konfrontasi, karena Injil berarti pembebasan dan kita menjadi bebas ketika kita mengakui, bahwa tidak ada sesuatupun yang suci di dalam masyarakat yang mencoba dan memberlakukan standardnya sendiri. Hukum istirahat (Sabat) merupakan salah satu hukum dasar dalam Kitab Suci, tetapi tidak tertutup kemungkinan hukum ini menyebabkan penindasan dan karena alasan inilah pada waktu-waktu tertentu hukum ini harus didispensasikan.
Ini sama juga dengan kebanyakan hukum suci dari Gereja, pada saat tertentu hukum-hukum itu dapat menjadi halangan bagi Injil, dan jika itu masalahnya, maka kesadaran Kristiani yang diterangi oleh Roh Kudus, harus mencari jalan keluar untuk sementara waktu. Sejauh seseorang harus tunduk kepada peraturan, hukum dan pihak-pihak yang berkuasa yang dianggap suci dan tidak boleh dikritik, maka orang-orang itu tidak bebas dan tidak juga merupakan putra-putri Allah (Apabila kamu telah mati bersama-sama dengan Kristus dan bebas dari roh-roh dunia, mengapakah kamu menaklukkan dirimu pada rupa-rupa peraturan, seolah-olah kamu masih hidup di dunia: jangan jamah ini, jangan kecap itu, jangan sentuh ini; semuanya itu hanya mengenai barang yang binasa oleh pemakaian dan hanya menurut perintah-perintah dan ajaran-ajaran manusia. Peraturan-peraturan ini, walaupun nampaknya penuh hikmat dengan ibadah buatan sendiri, seperti merendahkan diri, menyiksa diri, tidak ada gunanya selain untuk memuaskan hidup duniawi - Kol 2:20-23).
Penghormatan kepada Allah yang menghancurkan sikap kritis kita tidak selaras dengan penghayatan Injil, suatu agama yang menghalangi kita untuk mencari kebenaran dan untuk mempertanyakan setiap kali yang menggelisahkan manusia bukanlah agama yang benar. Mempelajari Kitab Suci tanpa berani mengetahui dan memperhitungkan sumbangan ilmu pengetahuan modern karena ketakutan bahwa kepercayaan kita terhadap suatu sejarah yang suci akan ambruk merupakan suatu pandangan yang naif, sekaligus merupakan dosa melawan Roh Kudus
(Kitab Suci Komunitas Kristiani – Edisi Pastoral Katolik)

   Artikel terkait :
-       Apakah Taurat itu ?

Tidak ada komentar: