4/09/2011

KEBENARAN, KEBEBASAN & DOSA

Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." (Yoh 8:31-32).
Yesus berbicara kepada orang-oang Yahudi yang percaya kepada-Nya. Orang-orang ini percaya kepada Yesus menurut pandangan mereka tentang Dia, sama seperti orang-orang Yahudi yang nanti dilawan oleh rasul Paulus dalam suratnya kepada umat di Galatia (Hai orang-orang Galatia yang bodoh, siapakah yang telah mempesona kamu? Bukankah Yesus Kristus yang disalibkan itu telah dilukiskan dengan terang di depanmu? – Gal 3:1). Dari diskusi-diskusi Yesus dengan mereka yang menyatakan bahwa mereka memiliki agama yang benar, kita bisa menarik kesimpulan bagaimana Yesus akan menantang kita, seandainya Ia sekarang berada di tengah-tengah kita.
Yesus akan mencela kita bukan karena dosa-dosa kita, tetapi karena kita terus hidup dalam dosa. Dosa-dosa adalah perbuatan-perbuatan jahat yang kadang-kadang bisa dimaafkan, sering kita bertobat, segera sesudah kita melakukannya. Di lain pihak, kalau kita hidup dalam dosa, kita hidup dalam suatu kepalsuan, kita bersikeras hidup dalam keangkuhan, mempunyai suatu keterikatan pada penilaian kita. Sikap ini menghambat kita untuk memasuki jalan-jalan Allah, sekalipun secara lahiriah hidup kita tampaknya benar dan kita menghayati dan mewartakan iman kita.
Yesus bukanlah suatu panji bagi setiap kelompok sosial, baik itu berpredikat Katolik atau bernama lain, yang bisa kita gunakan untuk melawan kelompok-kelompok lain. Yesus datang sebagai Raja Kerajaan Kebenaran. Mereka yang mencari kebenaran adalah anggota-anggota-Nya, apapun gagasan-gagasan mereka. Lebih tepat lagi, mereka yang hidup dalam kebenaran adalah milik-Nya.
Bagi orang-orang Yahudi, dunia terbagi atas dua kelompok, anak-anak Abraham, yaitu orang-orang Yahudi itu sendiri (Jawab mereka kepada-Nya: "Bapa kami ialah Abraham – Yoh 8:39a), dan orang-orang lain. Mereka bangga akan leluhur mereka dan mereka lupa, bahwa di mata Tuhan setiap orang berdiri sendiri apa adanya.
Yesus datang kepada kita sebagai saksi kebenaran dan kehadiran-Nya sendiri mewajibkan kita semua untuk memeriksa diri kita. Kebenaran yang dibicarakan Yesus bukanlah suatu doktrin yang dipaksakan kepada para pengikut-Nya. Tidak dibutuhkan orang-orang yang mempropagandakannya dengan argumen dan kutipan-kutipan dari biblis. Yang dibutuhkan adalah saksi-saksi yang dapat berbicara dan pengalamannya. Yesus berkata, Kebenaran akan membebaskan kamu, dan Putra akan membebaskan kamu (Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka." – Yoh 8:36). Kita ini benar kalau kita hidup sesuai dengan panggilan kita sebagai anak-anak Allah.
Orang beriman yang tahu bahwa ia dicintai Allah, makaa ia berusaha untuk hidup secara otentik, dan ia sudah berada dalam kebenaran, bahkan sekalipun ia masih memiliki praduga-praduga biasa dari lingkungannya, atau masih berpegang pada beberapa kebohongan atau ilusi dalam cara hidupnya.
Yesus juga berbicara tentang kebebasan. Kebenaran dan kebebasan berjalan bersama-sama. Banyak orang dan bangsa telah berusaha keras untuk membebaskan diri dari belenggu atau keterikatan, tetapi pengalaman menunjukkan bahwa setelah mereka terbebas, mereka langsung jatuh lagi ke dalam suatu perbudakan atau keterikatan dosa yang lain, karena akar dari perbudakan berada dalam diri setiap orang.
Dengan berbuat jahat, orang menjadi teman dari iblis, dan bahkan tanpa menginginkannyapun, masuk dalam suatu perangkap. Dengan demikian ia tidak sanggup lagi membebaskan diri dari ilusi dan pengaruh-pengaruh yang merugikan, yang digunakan oleh “bapa segala kebohongan” untuk menaklukkan dunia di bawah kekuasaanya (Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta. – Yoh 8:44).
Selama kita terus acuh tak acuh terhadap kondisi kita yang sebenarnya dan kalau kita merasa terganggu atau tidak berbuat apa-apa, kita tidak lebih dari pada budak (dosa), sekalipun kita kaya dalam harta, pengetahuan ataupun status. Dengan demikian kita menambahkan jumlah penghuni dunia bawah yang tidak stabil (Lalu Ia berkata kepada mereka: "Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini. – Yoh 8:23).
Generasi demi generasi bagaikan budak-budak yang mengikuti gelombang laut, budak-budak adalah orang-orang yang tinggal di rumah untuk sementara. Kristus memampukan kita memasuki dunia lain, dunia di atas di mana anak-anak akan tinggal selama-lamanya (Dan hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah. – Yoh 8:35). Begitu kita menjadi anak-anak Allah, segala yang kita lakukan menghasilkan buah yang bertahan untuk selama-lamanya (Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia – Rm 8:17).
(Kitab Suci Komunitas Kristiani – Edisi Pastoral Katolik)

-       Roh itu akan datang

Tidak ada komentar: