5/27/2011

KONTEMPLASI

Aku harus bermegah, sekalipun memang hal itu tidak ada faedahnya, namun demikian aku hendak memberitakan penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan yang kuterima dari Tuhan. (2 Kor 12:1).
Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau -- entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya -- orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga. Aku juga tahu tentang orang itu, -- entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya -- ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia. Atas orang itu aku hendak bermegah, tetapi atas diriku sendiri aku tidak akan bermegah, selain atas kelemahan-kelemahanku. Sebab sekiranya aku hendak bermegah juga, aku bukan orang bodoh lagi, karena aku mengatakan kebenaran. Tetapi aku menahan diriku, supaya jangan ada orang yang menghitungkan kepadaku lebih dari pada yang mereka lihat padaku atau yang mereka dengar dari padaku. Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri. Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat (2 Kor 12:2-10).
Paulus mengingat kembali karunia-karunia yang telah ia terima dari Tuhan. Hal ini memperlihatkan suatu cara mengenal Tuhan, dan bagaimana dia diarahkan-Nya dan diubah-Nya menjadi sangat berbeda dari pengalaman orang-orang Kirsten lainnya, tetapi tidak membuat pengalaman ini suatu yang luar biasa.
Kadang-kadang, Tuhan segera menguasai roh orang yg dipilih-Nya itu, seperti dalam kasus Paulus. Pada kesempatan lainnya, campur tangan Tuhan akan memimbing seseorang dalam jalan pertumbuhan, yang juga akan membawanya pada tujuan yang sama, termasuk pengalaman ekstasi, saat seseorang tidak lagi menjadi milik dirinya. Ini adalah jalan kontemplasi.
Sering kali, kita memahami kontemplasi sebagai suatu saat yang digunakan untuk merenungkan hal-hal yang berhubungan dengan Tuhan dan cara menemukan hadirat-Nya dalam hidup kita. Dengan arti ini, kita melihat kontemplasi dan aksi sebagai berlawanan, dan kita mengatakan bahwa kedua-duanya harus diperhatikan bersama. Tetapi kata kontemplasi juga menunjukkan, secara tepat, pada suatu hubungan baru dan langsung antara roh kita dengan Tuhan.
Dalam kontemplasi ini, bukan kita yang menemukan Tuhan dan mengasihi-Nya, tetapi Tuhan sendiri yang mengaruniakan hadirat-Nya, memberikan kepada kita bukti tentang kebenaran dan kebenaran-kebenaran lainnya, dan menuntut suatu jawaban kasih dari kita. Dengan demikian, kontemplasi adalah sarana yang paling efektif untuk proses transformasi, karena Tuhan yang mengarahkan kebebasan kita ("Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa - Yer 1:5).
Kontemplasi adalah karunia dari Tuhan, tidak ada orang yang dapat menuntutnya. Ada banyak orang yang pada suatu saat, mengetahui atau menyadari tanda-tanda kontemplasi ini, tetapi tak mampu untuk masuk ke dalam cara hidup dan pemikiran, yang akan memampukan mereka untuk menerima yang lebih.
Mari kita lihat beberapa langkah dalam perjalanan ini. Pertama-tama adalah doa-doa yang disebut doa pasif, di mana seseorang merasa suka-cita karena kehadiran Tuhan. Kemudian adalah, persatuan rohani di mana Tuhan mulai menampakkan diri-Nya tanpa kata atau perasaan, hanya komunikasi dari Roh ke roh. Kemudian adalah ekstasi yang menyiapkan orang untuk persatuan yang total dan terus menerus dengan Tuhan.
Proses divinisasi/transformasi manusia ini terjadi adalah karena tumpahan cinta kasih Tuhan yang melebihi segala yang mampu kita bayangkan, dan hal ini menuntut suatu pemurnian yang sangat menyakitkan. Dan Tuhan melakukan pemurnian ini kepada mereka yang sangat Ia cintai, dan bahwa hal ini diberikan juga kepada para rasul dalam tingkatan yang berbeda-beda.
(Kitab Suci Komunitas Kristiani – Edisi Pastoral Katolik)

-       Resting in the spirit

Tidak ada komentar: