1/16/2015

Pekerja Di Pelabuhan

Ada seorang lelaki muda yang bekerja di wilayah pelabuhan, ia bekerja sebagai pencatat barang-barang. Pada suatu ketika, ia sedang mengawasi barang-barang dibongkar dari kapal, tiba-tiba rantai kran putus dan setimbun barang jatuh menimpanya, tetapi orang itu tidak mati.
Sebuah ambulans dipanggil dan segera melarikannya ke rumah sakit, di sana seorang dokter meminta supaya orang itu bersama tandunya diletakkan di atas ranjang, tetapi mereka menolaknya, katanya tandu itu kepunyaan mereka, maka orangnya harus diangkat.
Ketika dokter menjelaskan bahwa orang itu tidak bisa digeser-geserkan, bahwa ia sudah cukup menderita tergoncang-goncang di jalan, petugas-petugas ambulans itu malah mulai bertengkar, mereka malah tidak mempedulikan dokter tadi.
Dalam situasi semacam itu, maka orang sakit itu memaksa diri, dia bangun dan mulai berjalan keluar, dia sungguh menderita, dia berteriak-teriak, melolong dan meraung terus. Orang-orang yang ada di situ tidak sanggup lagi menenangkannya, maka pergilah mereka menjemput ayah dari orang itu untuk menenangkan dia, tetapi usaha itupun tidak berhasil.
Kebetulan waktu itu, ibu Teresa mengirim dua susternya mengunjungi rumah sakit itu, suatu hal yang biasa dilakukannya. Kedua suster itu berdiri dekat orang sakit tadi, dan menyaksikan insiden tersebut. Ketika pasien itu melihat mereka, ia langsung berbicara kepada mereka dalam bahasa Bengali, mereka mengerti, lalu suster itu mendekat dan membantunya. Dan mereka berhasil membujuknya untuk berbaring.
Ketika suster itu mengunjunginya kemudian, ternyata luka-lukanya sudah membusuk. Begitu dia melihat suster-suster itu, ia langsung berteriak :”Perawat-perawat jangan berani dekat kesini lagi, mereka menutup hidungnya dan mulutnya, lalu lari. Awas, seorangpun tidak boleh mendekat, tak seorangpun........, tetapi, mengapa kalian mendekati aku tanpa menutup hidungmu ? tidakkah kalian mencium bau busuk ? “.
Suster-suster itu menjawab :”Memang baunya kami cium, tetapi yang kami pikirkan adalah penderitaanmu, penderitaanmu mestinya luar biasa. Dibandingkan dengan penderitaanmu, bau ini tidak ada artinya, tidak apa-apa.”Orang itu terkesan akan simpati suster-suster itu, ia bertanya, apakah dia boleh pergi ke rumah sakit mereka. Tetapi suster-suster itu menjawab bahwa mereka tidak punya rumah sakit, mereka hanya mempunyai sebuah rumah untuk orang-orang melarat yang menghadapi ajalnya. Mendengar itu, maka berkatalah orang itu, bahwa dia pun suka dibawa ke sana, ia akan berbahagia sekali kalau bisa mati di sana. Demikianlah, mereka membawanya ke Kalighat, ayahnya ikut juga.
Keesokan paginya, ibu Teresa menemukan lelaki tua itu sedang menangis, ibu Teresa bertanya, apa kiranya yang telah terjadi, apakah ada seseorang yang memperlakukannya tidak ramah ? Ia menjawab :”Tidak, saya merasa terharu, karena anak saya yang hanya meraung dan melolong selama beberapa hari belakangan ini, tiba-tiba menjadi tenang, saya mengira dia akan mati, karena itu saya menangis.”Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih! (1 Kor 16 : 14)
Sumber : Ibu Teresa, Karya dan Orang-Orangnya
oleh : Yohanes Bosko Beding SVD

Tidak ada komentar: