11/23/2009

PERTANYAAN ORANG SADUKI TENTANG KEBANGKITAN ORANG MATI


Jawab Yesus kepada mereka: "Orang-orang dunia ini kawin dan dikawinkan, tetapi mereka yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu dan dalam kebangkitan dari antara orang mati, tidak kawin dan tidak dikawinkan. Sebab mereka tidak dapat mati lagi; mereka sama seperti malaikat-malaikat dan mereka adalah anak-anak Allah, karena mereka telah dibangkitkan. (Luk 20:34-36).
Lukas mempunyai ungkapan sendiri ketika berbicara tentang kebangkitan dalam ayat 34-36. Itu karena di negara-negara dengan kebudayaan Yunani (Lukas menulis untuk mereka) banyak orang percaya akan kebakaan jiwa sebagai sesuatu yang alamiah. Lukas memperjelas hal ini bagi mereka, bahwa kehidupan yang lain bukanlah sesuatu yang alamiah, tetapi merupakan karunia Allah bagi mereka yang dianggap layak memasukinya.
Dengan mempergunakan ungkapan Ibrani, teks ini berkata, bahwa mereka juga adalah putra-putri Allah (pada masa itu putra-putri Allah adalah malaikat), karena mereka adalah putra-putri kebangkitan. Kebangkitan bukan berarti dipulihkannya hidup seperti yang kita kenal, melainkan karya Roh Kudus yang mentransformasikan dan menguduskan mereka yang dibangkitkan-Nya. Karena itu mereka yang dibangkitkan adalah putra-putri Allah dalam arti yang lebih otentik dari pada mereka yang berasal dari  dunia ini, karena dibebaskan dari dosa, mereka dilahirkan kembali oleh Allah (Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup – Luk 20:38).
Semua orang hidup bagi Dia, mereka mulai menjadi hidup ketika Allah mengenal mereka dan memanggil mereka dan mereka tidak akan lenyap, karena Allah memanggil mereka dari dunia ini untuk dibawa ke dalam dunia milik-Nya sendiri.
Iman akan kebangkitan dikontraskan dengan ajaran tentang transmigrasi yang mengatakan bahwa jiwa-jiwa kembali kepada suatu kehidupan dan kondisi sosial yang sepadan dengan jasa-jasa mereka. Siklus ini akan terus berlangsung sepanjang proses pemurnian belum tuntas. Ini merupakan teori yang kuat yang sanggup menggugah banyak orang di Barat.
Dapat dikatakan bahwa teori ini mudah dan praktis dan membawa orang kepada hilangnya rasa tanggung jawab karena semua bisa diatur. Namun sebenarnya ini bukanlah ajaran Hindu, penghayatan ajaran moral mereka sering kali jauh lebih keras dari pada yang kita lakukan, karena mereka selalu berjaga-jaga untuk menghindar dari berulangnya kembali siklus ini. Perbedaannya di tempat lain, ada dua konsep tentang manusia, konsep yang satu mengatakan, bahwa jiwa terpenjara di dalam tubuh, dalam konsep yang lain dikatakan bahwa Allah menyelamatkan pribadi utuh yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Tubuh bukanlah pakaian bagi jiwa yang dapat berpindah-pindah dari seorang yang sudah tua kepada anak yang baru lahir.
Inilah sebabnya mengapa dalam harapan dan iman akan Kristus kita menantikan kebangkitan dalam arti kemungkinan bagi tiap-tiap orang untuk dilahirkan kembali dari Allah, di dalam Allah dan menyatakan dirinya sepenuh-penuhnya dalam “tubuh yang dimuliakan”. (Ada tubuh sorgawi dan ada tubuh duniawi, tetapi kemuliaan tubuh sorgawi lain dari pada kemuliaan tubuh duniawi. Demikianlah pula halnya dengan kebangkitan orang mati. Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam ketidakbinasaan. Ditaburkan dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan. Ditaburkan dalam kelemahan, dibangkitkan dalam kekuatan. Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah. Jika ada tubuh alamiah, maka ada pula tubuh rohaniah – 1 Kor 15:40-44).
Kitab Suci mengajarkan kita bahwa kehidupan kita yang sekarang ini merupakan satu-satunya kesempatan bagi kita. Orang hanya satu kali mati dan dihakimi (Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi, demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia. - Ibr 9:27-28).
(Kitab Suci Komunitas Kristiani – Edisi Pastoral Katolik)

-          Perkawinan adalah komitmen

Tidak ada komentar: