7/01/2013

“BERILAH AKU MINUM”


“Berilah Aku minum” Kata-kata ini bukanlah semata-mata basa basi ketika Yesus memulai memasang “perangkap” untuk “menjerat” perempuan Samaria itu, sehingga kemudian perempuan Samaria itu menjadi percaya, tetapi mungkin memang waktu itu Yesus juga betul-betul haus, Yesus sangat letih karena telah melakukan perjalanan yang jauh dan pada waktu itu tengah hari (hari kira-kira pukul dua belas), karena daerah sekitarnya adalah daerah padang gurun yang terik sinar mataharinya.
Tentu kita bisa bayangkan bagaimana orang yang kehausan dan merindukan seteguk air, karena kita sering mengalaminya. Orang yang kehausan merasakan kekeringan di tenggorakannya, dan di mulutnya, bila tidak diberi minum air, makin lama makin menyiksa dirinya, karena kehausan dan akhirnya lemas.
Menurut St. Theresia Lisieux, Sabda Yesus “Berilah Aku minum” mempunyai makna yang sangat “dalam” (bdk buku autobiografi “Aku percaya akan Cinta Kasih Allah” bab IX, halaman 153), bahwa Yesus haus akan KASIH dari kita. ”Berilah Aku minum” bermakna “Berilah Aku kasih” atau “Berilah Aku Cinta”, Yesus begitu haus akan kasih dari kita, karena Yesus mengasihi kita dengan kasih yang kekal (bdk Yer 31: 3)
Karena Kasih-Nya, Allah mengutus Putera-Nya sendiri untuk menyelamatkan umat manusia dengan sengsara dan wafat di kayu salib (bdk Yoh 3: 16).
Menurut cerita tradisi, bahwa setelah ditangkap, Yesus disekap di ruang bawah tanah dan disiksa di situ (ruang bawah tanah itu sampai sekarang masih ada di bawah gereja St. Peter In Gallicantu, Yerusalem).
Santa Maria Magdalena, seorang suster Claris Fransiscan mempunyai kerinduan yang sungguh mendalam untuk memahami bagaimana Yesus disiksa pada waktu itu, dan Yesus memenuhi keinginan suster itu, kemudian Yesus mengungkapkan Lima Belas Penyiksaan Rahasia yang dialami-Nya pada malam setelah ditangkap, sbb :
Bangsa Yahudi menganggapKu sebagai Manusia yang paling celaka yang hidup di muka bumi ini dan karenanya :
1. Mereka membelenggu kakiKu dan menyeretKu di atas batu-batu anak tangga, turun menuju ke sebuah ruangan kotor dan menjijikkan di bawah tanah.
2. Mereka menanggalkan pakaianKu lalu mencambuki badanKu dengan cambuk yang bersimpul-simpul besi.
3. Mereka melilitkan tali pada badanKu lalu menarikKu sepanjang lapangan, dari ujung ke ujung.
4. Mereka menggantungKu pada sekeping kayu dengan simpul hidup dan mudah terbuka, sehingga Aku jatuh. Dengan siksa yang sedemikian ini, Aku menangis dengan ari mata darah.
5. Mereka mengikatKu pada sebuah tonggak lalu menusukKu dengan kayu yang bercabang-cabang.
6. Mereka memukulKu dengan batu dan memanggangKu dengan bara api dan obor.
7. Mereka menusukKu dengan jarum besar, ujung yang menyerupai tombak runcing merobek kulitKu, daging dan urat-uratKu mencuat keluar dari badanKu.
8. Mereka mengikatKu pada sebuah tonggak dan menyuruh berdiri tanpa alas kaki pada sekeping besi yang panas membara.
9. Mereka memahkotaiKu dengan mahkota besi, menutup mukaKu dengan kain yang kotor dekil.
10. Mereka mendudukkan Aku pada sebuah kursi yang dipasang paku-paku tajam dan yang menyebabkan luka-luka yang dalam pada badanKu.
11. Mereka menyirami luka-lukaKu dengan timah hitam dan damar cair, kemudian mereka menggencetKu pada kursi yang berpaku-paku sehingga paku-paku ini menusuk membenam masuk semakin dalam lagi ke badanKu.
12. Supaya malu dan makin sengsara, mereka menusukkan jarum-jarum di lubang pori janggutKu yang sudah dicabuti, lalu lenganKu diikatkan ke punggungKu dan mereka menggiringKu keluar dari penjara, dibarengi tamparan-tamparan dan pukulan-pukulan.
13. Mereka menghempasKu pada sebuah salib dan mengikatKu sedemikian kencangnya sehingga Aku hampir-hampir tidak bisa bernapas sama sekali.
14. Mereka mendorong keras kepalaKu, sehingga Aku jatuh terlentang ke tanah lalu mereka menginjakKu, yang menyakitkan dadaKu. Kemudian mereka mencopot duri mahkotaKu dan mencucukkannya ke lidahKu.
15. Mereka menuangkan dalam mulutKu kotoran-kotoran yang sangat busuk menjijikkan, sebab mereka kehabisan cara-cara penyiksaan yang sadis dan keji kepadaKu.

Apa yang tersingkap dalam Penyiksaan Rahasia itu juga telah dinubuatkan oleh Nabi Yesaya :
52:13 Sesungguhnya, hamba-Ku akan berhasil, ia akan ditinggikan, disanjung dan dimuliakan.
52:14 Seperti banyak orang akan tertegun melihat dia -- begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi, dan tampaknya bukan seperti anak manusia lagi --
53:3 Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kita pun dia tidak masuk hitungan.
53:7 Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.
53:9 Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik, dan dalam matinya ia ada di antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulutnya.

Mungkin apa yang tertulis dalam kitab Yesaya tsb dan apa yang diungkapkan oleh St.Maria Magdalena tentang sengsara Yesus, menjadi sumber inspirasi Mel Gibson untuk membuat film “The Passion Of The Christ”, yang mengagetkan banyak umat Kristiani dan mempertobatkan banyak orang yang tidak percaya kepada Yesus, bahwa demi kasih-Nya Yesus rela menderita begitu hebat untuk menebus dosa manusia (tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya - Yoh 15: 3)
Pada saat di salib, Yesus masih sempat mengampuni orang-orang yang menyalibkan Dia, dan pada saat terakhir di salib Yesus mengampuni salah seorang penjahat yang dihukum bersama Dia, penjahat tersebut mendapat “rahmat” merasakan kasih dari Yesus, lalu ia berkata: "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja." (Luk 23:42).
Dia memanggil Yesus dengan Nama-Nya (dalam Injil kebanyakan orang memanggil Yesus “guru” atau “rabbi”, termasuk murid-murid-Nya). Seruan yang akrab dan penuh kasih sebagai seorang sahabat membuat Yesus membalas kasihnya dengan janji, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus”. (Luk 23: 43). Disaat seperti itu Yesus mendapat sahabat sependeritaan, Yesus merasa terhibur dengan kasih yang diharapkan-Nya, yang didapat-Nya dari seorang penjahat yang bertobat. Waktu itu murid-murid-Nya semua kabur meninggalkan-Nya, hanya ibu-Nya Maria dan murid yang dikasihi-Nya yang setia mendampingi-Nya di bawah salib, sehingga Hati-Nya terhibur dengan kehadiran orang-orang yang paling dikasihi-Nya.
Disaat-saat terakhir sebelum wafat, Yesus bersabda “Aku haus !” (Yoh 19: 28). Dia begitu “haus” (rindu) akan cinta kita, Dia ingin kita bersatu dengan-Nya dalam kasih yang sejati, karena Dia adalah Sang Kasih (bdk Yoh 4: 8).
Mari kita renungkan Sabda Yesus yang menurut St. Theresia Lisieux mempunyai makna yang sangat dalam : “Aku haus!, berilah Aku minum”.

D O A

Ya Yesus, Anak Allah yang Maha kuasa, kami bernazar dengan sungguh-sungguh demi memuliakan NamaMu, dalam Kelima Belas Penyiksaan Rahasia ini, sebab DarahMu yang mahasuci sudah dicurahkan bagi kami. Kami memuliakan, mengagungkan dan menyembahMu ya Kasih Yang Abadi, Yesus Kristus, demi HatiMu yang mahasuci, DarahMu yang maha murni, PengorbananMu yang maha mulia bagi kami bangsa menusia. Juga kami memuliakan Sakramen Mahakudus di AltarMu, Bunda Maria Yang Suci Murni, Sembilan Paduan Suara Mulia para Malaekat dan Darah yang suci para Kudus. Sebagaimana banyaknya pasir di samudra dan gandum di ladang; banyaknya rumput di padang dan buah-buahan di kebun; banyaknya daun-daun di pohon dan bunga-bunga di taman; banyaknya bintang di angkasa, para Malaekat di Surga dan banyaknya mahluk di muka bumi, kami semua hamba-hambaMu, memuliakan, mengagungkan dan menyembahMu, kini selalu dan sepanjang masa. Amin.
(Devosi ini disahkan Paus Clemens II, 1730 ~ 1740).

Tidak ada komentar: