6/25/2013

LOUIS-MARIE GRIGNION DE MONTFORT



Bila kita diminta untuk menyebut seorang murid kesayangan Tuhan yang sewaktu hidupnya berdiri di bawah salib dan menerima Maria sebagai ibu di dalam rumahnya karena menaruh cinta kasih yang khusus kepada  Bunda Maria, maka perhatian kita mungkin akan terarah kepada Louis-Marie Grignion De Montfort, pendiri Serikat Maria Montfortan dan inspirator serta pelindung Legio Maria.
Tidak kebetulan ia dijuluki “Bentara Ulung Bunda Maria”. Seluruh hidupnya dibaktikan kepada Bundanya yang surgawi ini sambil menyebarkan bakti sejati kepadanya di tengah umat. Buku-buku yang ditulisnya menjadi klasik sebagai pedoman Spiritualitas Marial. Pengaruh besar misionaris dan penghormat Maria ini juga mempengaruhi Paus Yohanes II, hal ini kita tahu dari berbagai buku yang ditulis oleh Paus ataupun yang ditulis mengenai Paus ini. Kita juga menemukannya dalam dokumen resmi seperti ensiklik “Bunda Sang Penebus” yang ditulis untuk Tahun Maria 1987-1988. Paus dalam ensiklik “Bunda Sang Penebus” nomor 48 berbicara mengenai devosi marial, ia menonjolkan “tokoh St. Louis-Marie Grignion De Montfort, yang mengusulkan pembaktian diri kepada Kristus melalui tangan Maria sebagai sarana yang berdaya guna bagi umat Kristiani untuk menghayati janji-janji baptisnya dengan setia”. Paus sendiri menyatakan bahwa semboyan kepausannya “Totus Tuus”, Aku seluruhnya kepunyaanmu (ya Maria), diambilnya dari tulisan St. Montfort.
Devosi kepada Maria yang diwartakan Louis-Marie De Montfort, dulu dikenal dengan nama “Perhambaan Suci kepada Santa Perawan Maria”, yang mengundang umat Katolik untuk menyerahkan seluruh hidup dan karya tanpa pamrih kepada Maria, agar Maria sebagai Pengantara segala Rahmat dapat membagikan segala pahala karya itu kepada yang mau.
Apakah devosi ini masih cocok untuk manusia sekarang ? Paus malahan menambahkan dalam ensikliknya, “Kami suka mengamati, bahwa zaman kita ini juga mengenal ungkapan-ungkapan baru dari spiritualitas dan devosi ini.” Dalam dekrit yang diterbitkan oleh Vatican dikatakan bahwa “di seluruh dunia, dalam jumlah yang tak terbilang banyaknya ada imam-imam, biarawan dan biarawati, dan jangan lupa ada pula kaum awam, yang dididik dalam ajaran marial Louis-Marie Grignion De Montfort dan yang menemukan dalam ajaran itu suatu sumber kaya penuh petunjuk sebagai pedoman untuk menghayati hidup mereka. Tidak sedikit orang kudus dan beato-beata, di antaranya secara istimewa Beata Marie-Louis of Jesus, yang menemukan dalam spiritualitas montfortan suatu sumber yang menopang devosi mereka kepada Bunda Kristus dan Gereja. Juga ada gerakan dan kelompok marial, tersebar di seluruh dunia, yang secara khusus menggali inspirasi dalam ajaran St. Louis-Marie.
Setelah menimbang betapa segala tulisan dan teladan St. Louis-Marie telah dan akan terus membantu perkembangan Bakti Sejati kepada Bunda Allah di kalangan para imam, kaum biarawan-biarawati dan seluruh umat beriman, baik dalam ajaran maupun dalam praktek hidup Kristiani, maka pada peringatan 50 tahun Montfort dinyatakan Santo, Paus Yohanes Paulus II menetapkan, bahwa mulai tahun 1997 nama Santo Louis-Marie Grignion De Montfort, imam, ditambahkan pada Penanggalan Romawi universal dan bahwa pestanya selanjutnya dapat dirayakan setiap tahun pada tanggal 28 April sebagai peringatan fakultatif oleh seluruh Gereja.
Mari kita menyoroti St. Montfort ini dan cintanya kepada Bunda Maria dan juga hidupnya yang penuh pengorbanan, agar kita bisa menggali inpirasi padanya.
Louis Grignion lahir pada tahun 1673 di Montfort, sebuah kota kecil di Perancis Barat, sebagai anak sulung dari 18 bersaudara. Louis sangat sayang pada ibunya, terutama jika ayahnya yang mudah naik pitam dan hanya berpenghasilan kecil sebagai pengacara, yang melampiaskan frustasinya kepada isteri dan anak-anaknya. Sejak kecil Louis mencintai Bunda Maria dan menceritakan segalanya kepadanya untuk menenangkan hatinya.
Kita kagum bila membaca dalam buku-buku rohani bahwa cinta kepada Maria selalu disertai cinta kepada sesama manusia. Louis Grignion malahan mengemis untuk dapat membantu orang-orang miskin, padahal ia sendiri hidup luar biasa miskin. Ia misalnya berjalan kaki ke Paris untuk masuk seminari tinggi, hanya berbekal sebuah tongkat dan rosario. Pakaian dan uang yang diberikan orang tuanya ia bagikan kepada orang miskin di tengah jalan. Ia malahan menukar pakaiannya sendiri dengan seorang gelandangan. Ketika ia membaca buku mengenai Perhambaan kepada Maria, dengan persetujuan rektor seminari, ia mendirikan sebuah perkumpulan “Hamba-hamba Maria”.
Hatinya bernyala-nyala dalam berbuat baik. Setelah ia ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1700, ia sungguh ditandai oleh cintanya bagi orang-orang miskin. Perkataan Yesus seperti “Apa yang kamu lakukan terhadap saudaraku yang paling hina, kamu telah melakukannya untuk aku.” (Mat 25:40), ia praktekkan secara serius. Louis Grignion pernah menemukan seorang gelandangan penuh borok di pinggir jalan, ia mengangkat orang itu di atas bahunya, dan sesampainya di biara, tempat ia menginap, ia mengetuk pintu sambil berseru, “Bukakanlah pintu bagi Yesus Kristus.” Ia membaringkan orang malang itu di tempat tidurnya sendiri dan setelah merawatnya, sepanjang malam ia berlutut di depan tempat tidur itu dan berdoa seperti di depan tabernakel, karena ia percaya Tuhan hadir di situ. Pastor Montfort melayani Yesus sendiri ketika merawat dan memperhatikan orang-orang miskin. Tidak heren juga Ibu Teresa dari Kalkuta mempunyai devosi khusus untuk St. Montfort. Montfort juga mendirikan rumah penampungan untuk orang-orang miskin dan terlantar, menyelenggarakan dapur umum untuk yang lapar, membuka sekolah-sekolah dengan pendidikan gratis dan mendirikan tarekat-tarekat untuk melayani mereka.
Namun betapa banyak pertentangan dan fitnah diarahkan kepadanya. Uskup-uskup dan pemerintah pusing tujuh keliling dengan orang ini yang menghayati Injil secara radikal, sampai sembilan kali ia diusir oleh Uskup-uskup. Dan sebagai seorang yang terpesona oleh  Kristus yang menjelma menjadi manusia dan yang disalibkan, ia bertahun-tahun berkeliling di Perancis mewartakan kabar gembira dan mengajak orang untuk sungguh-sungguh hidup sebagai orang Kristen dengan bantuan Bunda Maria.
Grignion De Montfort mengajarkan, bahwa setiap devosi kepada Maria menjadi palsu dan menyesatkan jika olehnya kita tidak dihantar lebih dekat  pada Yesus. Yesus itu Alfa dan Omega, awal dan akhir dari segala-galanya. Dialah pokok anggur dan kita harus bersatu dengan Dia bagaikan ranting-ranting untuk dapat hidup. “Bakti kepada Maria merupakan pintu masuk kepada Yesus.” Dalam persatuan ini terletak seluruh kekuatan dan keindahan Maria. Maria tidak kalah dalam menunjukkan kemurahan hatinya terhadap bentaranya. Sekurang-kurangnya tiga kali Maria menampakkan diri kepada Louis De Montfrot menurut laporan orang sezaman itu.
Montfort menulis misalnya mengenai Maria, “Tidak ada malam dalam Maria, oleh karena dalam dia tidak pernah ada dosa, maupun bayangan  dosa apapun. Ia cantik dan lembut seperti bulan yang menerima terangnya dari matahari dan yang melembutkannya sehingga terangnya tidak menyilaukan mata kita. Maria adalah bintang yang menunjukkan jalan yang aman menuju kepada pelabuhan kepada abdi-abdinya yang setia. Marialah fajar yang mendahului dan mewartakan Matahari Keadilan, Yesus Kristus. Maria adalah taman firdaus bagi Adam baru.” dan Montfort berkata, “Apa yang kuminta kepada-Mu ya Tuhan Yesus. pelayan-pelayan sejati bagi ibu-Mu yang suci, yang dengan sabda Injil yang terang benderang di mulut, serta rosario di tangan, menyala bagaikan api dan menyinari kegelapan dunia bagaikan matahari.”
Per Mariam Ad Jesum. Semoga dengan bantuan doa St. Louis-Marie Grignion De Montfort, kita melalui Maria menuju Yesus’. Kita berdiri di bawah salib kita masing-masing, marilah kita menjadi seperti murid kesayangan Yesus dan menerima Maria di rumah hati kita, agar bersama dia kita menjadi manusia penuh harapan dan iman akan kebangkitan dan agar melalui tangan Maria kita memperoleh rahmat yang perlu untuk kebahagiaan dan keselamatan kita.
(by : N.C. Schneiders, SMM – Majalah Ave Maria)

Tidak ada komentar: