Batalionku adalah anggota dari brigade Irena. Kami baru saja bergerak meninggalkan Eindhoven, truk dan mobil tempur kami melaju menuju Eden. Pada malam harinya kami mendirikan kemah di sebuah pertanian tua dekat daerah Nijmegen.
Di belakang rumah pertanian tersebut ada sebuah pompa kayu tua yang dikelilingi batu bata. Ini memberi suatu kesempatan yang baik bagi kami untuk membasuh diri dari keringat dan debu setelah seharian berperang. Anda tentunya bisa membayangkan betapa segar dan beruntungnya kami mendapat kesempatan ini. Akupun segera melemparkan jaketku ke tanah dan menggantungkan skapulirku pada pompa kayu itu sewaktu mandi.
Satu jam kemudian, kami mendapat perintah untuk bergerak maju sekitar 1,5 mil dan menempati tempat perlindungan di sana. Kami memang memerlukan tempat yang aman untuk beristirahat malam. Aku baru saja merebahkan tubuhku dan membuka kancing bajuku, aku sangat terkejut ketika mendapatkan bahwa skapulirku tidak ada padaku.
Skapulir itu adalah pemberian ibuku, di mana aku senantiasa memakainya salama berperang, dan sekarang di saat berada dekat musuh, bagaimana aku harus mengatasinya ? Untuk mengambilnya kembali adalah suatu hal yang tidak mungkin. Jadi aku berusaha untuk tidak memikirkannya dan mencoba untuk tidur. Aku mencoba berbagai posisi supaya bisa tidur, namun tetap tidak dapat memejamkan mata. Aku lihat betapa teman-temanku semua telah tertidur nyenyak sekali, walaupun suara ledakan-ledakan bom yang berbahaya terdengar dekat sekali.
Akhirnya kuputuskan untuk mengambil skapulirku kembali, dan merangkaklah aku keluar dari antara teman-temanku yang masih tertidur lelap. Tidaklah mudah menembus intaian musuh, tetapi aku bertekad untuk melakukannya dan segera berlari ke arah rumah pertanian semula. Keadaan gelap gulita, namun beruntunglah aku dapat mencapai tempat pertanian tadi dan segera kuhampiri sumur tua itu. Kuraba-raba seluruh permukaan pompa kayu, tetapi skapulirku tidak ada di sana.
Aku baru saja akan menyalakan korekku ketika tiba-tiba terdengar ledakan yang dahsyat sekali. Apakah yang harus kuperbuat ? Apakah itu tanda-tanda serangan musuh ? Secepat mungkin aku berlari balik ke tempat perlindungan kami, barangkali aku dapat berbuat sesuatu untuk teman-temanku disana. Betapa terkejutnya ketika aku melihat beberapa pekerja sedang sibuk membersihkan puing-puing reruntuhan tempat perlindungan kami.
Di tempat perlindungan di mana teman-temanku tadi tidur, sekarang telah berubah menjadi sebuah liang besar yang menganga. Ternyata sebelum musuh meninggalkan tempat perlindungan tersebut, mereka meletakkan sebuah bom waktu yang tidak kami ketahui dan bom itu meledak di saat aku pergi. Tidak seorangpun selamat dalam ledakan itu. Seandainya tadi aku tidak pergi mencari skapulirku, maka aku pasti sudah ikut terkubur di bawah reruntuhan itu.
Keesokan harinya ketika aku melangkah ke dapur, aku bertemu dengan seorang kawan di sana. Ia sangat tercengang melihatku dan berkata : “Aku kira kamu berada di tempat perlindungan itu, kukira kau juga ikut terkubur di sana.”
“Dan kamu sendiri ? kenapa bisa berada di sini juga ?” tanyaku tak kalah tercengangnya.
“Aku memang berada di tempat perlindungan itu, tetapi sebelum tidur aku pergi mencarimu, namun aku tidak menemukanmu. Sang Kopral yang melihatku berkeliling lalu bertanya apa yang aku cari, aku bilang bahwa aku mencari kamu. Dia bilang lebih baik aku cari sebuah tempat penginapan dekat sini dan supaya aku membawakan sebotol air untuk dia, dan ketika aku pergi, terjadilah ledakan.”
“Yah, akupun telah diselamatkan oleh keberadaanku di luar tempat perlindungan itu, namun sebenarnya ada apa engkau mencari aku malam itu ?”
“Aku mau memberikan ini !” jawabnya sembari menyerahkan skapulir coklatku yang semula aku letakkan pada pompa kayu di sumur tua itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar