Dua bab pertama dari Injil Lukas, seperti permulaan Injil Matius, memuat kisah kelahiran Yesus. Akan tetapi semangat dalam kedua Injil ini sama sekali berbeda. Matius tanpa ragu-ragu mempergunakan cerita-cerita saleh yang ‘belum terbukti keasliannya’, tetapi merupakan tradisi ‘cerita kelahiran para kudus’ yang beredar di kalangan Yahudi dan ia mempergunakannya untuk memperlihatkan misi yang akan diemban Yesus.
Lukas juga menyajikan kisah yang pada tempat pertama bersifat teologis, tetapi didasarkan atas fakta. Dalam menulis kisah ini ia mempergunakan dokumen yang sangat tua, yang dikenal di kalangan jemaat-jemaat Kristen Palestina. Kita menemukan tujuh adegan dalam dua bab pertama :
- Pemberitaan tentang Yohanes, pemberitaan tentang Yesus.
- Kelahiran Yohanes
- Kelahiran Yesus
- Yesus dipersembahkan dalam Kenisah.
- Yesus ditemukan dalam Kenisah.
Kisah pemberitaan tentang dikandungnya Yesus oleh Maria menandai perbedaannya dengan Yohanes dalam hal pribadi dan misi.
Betapa Allah menghormati menusia, Ia tidak menyelamatkan mereka tanpa persetujuan mereka. Sang Juruselamat dinantikan dan disambut oleh seorang ibu, seorang gadis muda menerima menjadi hamba Tuhan dan bunda Allah.
Nama perawan itu Maria (Luk 1:27). Lukas mempergunakan kata ‘perawan’ (parthenos), mengapa ia tidak mempergunakan kata seorang gadis muda atau seorang perempuan ? Hanya karena ia mengacu kepada kata-kata para nabi yang menyatakan, bahwa Allah akan diterima oleh perawan Israel. Selama berabad-abad Allah telah bersabar terhadap ribuan ketidak-setiaan umat-Nya dan telah mengampuni dosa-dosa mereka. Di saat kedatangan-Nya, Sang Juruselamat harus disambut oleh suatu umat yang ‘perawan’, yaitu suatu umat yang sepenuhnya dipersembahkan kepada-Nya. Di masa Yesus banyak orang menyimpulkan, bahwa Mesias akan dilahirkan dari seorang ibu perawan ketika mereka membaca nubuat Yesaya 7:14 (Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel). Maka sekarang Injil berkata, Maria adalah Sang Perawan.
Dia yang dari semula dipilih oleh Allah untuk menyambut putra tunggal-Nya melalui laku iman yang sempurna, haruslah seorang perawan. Dia, yang harus memberi Yesus darahnya sendiri, sifat-sifat bawaan, watak dan pendidikan awalnya, haruslah bertumbuh di bawah naungan Yang Mahakuasa bagaikan sekuntum bunga rahasia yang tidak menjadi milik siapapun, yang telah menjadikan seluruh hidupnya suatu persembahan bagi Allah.
Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?" Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. (Luk 1:34-35). Malaikat itu berkata, bahwa bayi itu akan dilahirkan dari Maria tanpa intervensi Yusuf. Seorang yang harus dilahirkan Maria, dalam kurun waktu sama dengan Dia yang berada di dalam Allah sebelum adanya waktu, yang dilahirkan dari Allah, Putra Bapa (Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. - Yoh 1:1).
Kuasa Yang Mahatinggi akan menaungimu. Kitab Suci berbicara tentang awan atau bayang-bayang yang memenuhi kenisah (Ketika imam-imam keluar dari tempat kudus, datanglah awan memenuhi rumah TUHAN - 1 Raj 8:10), sebagai tanda kehadiran Ilahi atas kota suci, demi melindunginya (Aku telah tinggal di tempat yang tinggi dan takhtaku di atas tiang awan. - Sir 24:4).
Dengan mempergunakan gambaran ini Injil menyampaikan, bahwa Maria menjadi tempat tinggal Allah (tabernakel), melaluinya Allah mengerjakan misteri-misteri-Nya. Roh Kudus datang, bukan pertama-tama ke atas Putra, tetapi ke atas Maria, sehingga dia boleh mengandung lewat kuasa Roh Kudus, karena intervensi manusia sudah ditiadakan. Dikandungnya Yesus di dalam Maria adalah akibat dari ekspresi biologis dari penyerahan dirinya yang total kepada Sabda Bapa yang unik dan abadi.
Dengan demikian maka persekutuan antara Allah dan manusia pada akhirnya terwujud. Persekutuan ini bukanlah ‘karya’ Yesus semata-mata, melainkan Ia sendiri merupakan Persekututan Abadi itu. Seorang anak yang dilahirkan ke dalam suatu keluarga menjadi milik sepenuhnya dari keluarga bapanya dan keluarga ibunya, dialah persekutuan antara dua keluarga yang sampai saat itu merupakan orang asing satu sama lain. Maka Yesus yang dilahirkan dari Bapa dan Maria, merupakan persekutuan antara Allah dan keluarga manusia dan di sinilah iman akan Gereja berakar, Yesus sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia.
Sebelum malaikat datang, apakah Maria telah berpikir untuk mempersembahkan keperawanannya kepada Allah ? Injil tidak memberikan petunjuk menyangkut hal ini selain kata-kata Maria : Aku tidak mengenal seorang laki-laki. Hendaklah kita ingat, bahwa Maria mau dinikahkan dan telah dipertunangkan dengan Yusuf, dan menurut hukum Yahudi, pertunangan memberikan hak-hak perkawinan (Mat 1:20). Dapat saja terjadi bahwa pertanyaan ini hanyalah dimaksudkan untuk mengundang tanggapan dari malaikat mengenai campur tangan Roh Kudus. Seluruh teks menjadi transparan jika diandaikan Maria telah mempersembahkan seluruh dirinya melulu bagi Allah.
“Maria tetap perawan” mengukuhkan tradisi Kristiani yang selalu mengembangkan pernyataan-pernyataan alkitabiahnya. Akan halnya Maria yang telah berpikir tentang hidup sebagai perawan sebelum kunjungan malaikat, ini merupakan persoalan lain. Keputusan seperti ini merupakan sesuatu yang tidak lazim dalam mentalitas Yahudi, tetapi adalah juga kenyataan yang pasti, bahwa Injil menjadi hidup dengan keputusan-keputusan yang baru dan mengejutkan. Keputusan yang tidak lazim ini, yang lahir dari hubungan yang tidak lazim dengan Allah tidak mengejutkan bagi mereka yang mempunyai pengalaman batiniah dengan Roh.
(Kitab Suci Komunitas Kristiani – Edisi Pastoral Katolik)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar