3/24/2010

MEMBENARKAN KESALAHAN BERSAMA KRISTUS (2)



Oleh : T. Kelsey
Mengekang Kemarahan
Dalam keadaan demikian kiranya kesempatan untuk merasa panas hati, yaitu kemarahan yang jujur bahkan di antara umat Kristen dan meskipun hal ini menyebabkan perselisihan dan kesulitan.
Yesus tidak pernah mengatakan bahwa kita tidak boleh mempunyai perasaan yang negatif atau berselisih, hanya bahwa hal ini jangan dibiarkan tak terpecahkan atau menjadi buah bibir di balik orang itu. Kita hanya dapat mendamaikan pertentangan yang kita hadapi. Bagaimanapun kemarahan Kristus tidak menghalangi Dia untuk menyembuhkan si penderita kusta tersebut. Barang kali perasaan amarah-Nya justru menunjang kesembuhan.
Ada sebuah kisah menarik tentang seorang kudus dari abad permulaan Gereja yang mengurapi tenggorokan seorang laki-laki dengan minyak suci, untuk menyembuhkan daging tumbuh, tetapi tidak berhasil. Ia mengurapi orang itu untuk kedua kalinya dan ketiga kalinya tanpa hasil. Kemudian dengan marah ia menuangkan dengan paksa seluruh isi botol minyak suci itu ke dalam tenggorokan orang tersebut, dan daging itu hilang !
Tidak ada yang salah dengan kemarahan, sejauh masih ada dasar keinginan untuk menolong dan bukannya merintangi, selama itikad baik tetap ada. Sesungguhnya kemarahan, bahkan mungkin menunjang beberapa kejengkelan dan kemarahan mungkin juga tidak dapat mencintai, keduanya saling berkaitan.
Santo Paulus berkata dalam suratnya kepada umat di Efesus : “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa. Janganlah matahari terbenam sebelum padam amarahmu. Janganlah memberi kesempatan kepada iblis.” (Ef 4:26-27). Ia tidak minta agar kita tidak pernah marah, tetapi bahwa kemarahan kita itu jangan sampai  timbul karena harga diri yang dilukai atau cepat tersinggung, sehingga menyebabkan hilangnya itikad baik kita terhadap sesama.
Meskipun Yesus tidak senang dengan si penderita kusta itu, Ia tetap menyembuhkan penyakitnya, kemudian Dia membebaskan orang itu dengan peringatan keras : ”Ingatlah, janganlah engkau memberitahukan apa-apa tentang hal ini kepada siapapun.” (Mrk 1:43-44). Penderita kusta tersebut mengabaikan peringatan Yesus dan menceritakan kepada setiap orang yang ia jumpai, sehingga Yesus dikerumuni oleh orang banyak dan tidak lagi mempunyai kesempatan untuk menyendiri.
Tentunya Yesus tahu, bahwa hal ini akan terjadi, tetapi agaknya seolah-olah Ia tidak dapat mencegah Diri-Nya. Ketika Ia berhadapan muka dengan setan, bahkan dalam diri orang itu – Ia tidak bisa berbuat lain, kecuali mengulurkan tangan-Nya dan mengalahkan setan. Sudah menjadi sifat-Nya untuk membenci setan dalam segala bentuknya dan berperang melawan mereka.
Seperti Guru, Demikian Juga Murid
Gagasan bahwa kita umat Kristen harus sekedar pasif belaka dan tidak terpengaruh oleh dunia, bahwa kita harus memberi perhatian hanya kepada jiwa sendiri, adalah sama sekali perbuatan yang tidak wajar menurut Yesus dan kekristenan. Puasa dan doa yang tidak mengarah pada suatu bentuk positif dan tindakan yang nyata, jelas tidak sesuai dengan gagasan Yesus, yang marah kepada setiap bentuk kejahatan dan mengulurkan tangan-Nya untuk menyembuhkan dan menyehatkan dan memperbaharui.
Beberapa dari kita mungkin mempunyai kekuatan untuk menyembuhkan dengan kata-kata seperti yang dilakukan oleh Yesus, tetapi masing-masing dari kita dapat melakukan sesuatu untuk membantu kelestarian karya cipta dan harapan dan kebahagiaan di dunia ini. Jika beberapa kejahatan di dunia ini tidak membuat kita cukup marah untuk memeranginya, maka dapat diragukan apakah kita sungguh-sungguh pengikut Yesus Kristus, murid sejati yang menyerupai Guru kita.
Apakah Yang Dapat Kita Lakukan ?
Kita semua dapat bersikap keras terhadap diri sendiri dan mulai mencabuti sifat-sifat buruk yang menjadi kesukaan kita.
Kita dapat menjadi ibu rumah tangga yang memadamkan gosip dan fitnah, sebab hal ini membuat kita terbakar dengan amarah.
Kita dapat menjadi buruh yang berjuang melawan buruh yang berlebihan dan waktu yang dibuang percuma, sebab hal ini menyakitkan hati nurani Kristiani kita.
Kita dapat menjadi remaja yang menolak ajakan terhadap minuman keras dan obat bius (narkoba).
Kita dapat menjadi pengusaha dan politikus yang menentang ketidak-jujuran dan korupsi, sebab kejahatan-kejahatan ini membuat kita naik darah.
Kita dapat menjadi perawat, guru dan pekerja sosial yang merawat orang-orang sebagai pribadi manusia dan tidak sebagai nomor atau kasus saja.
Kita dapat menjadi pengacara yang berjuang untuk hukum yang lebih baik, karena kita membenci ketidak-adilan dan menjadi dokter yang memberantas penyakit, sebab penderitaan membuat kita marah.
Kita dapat menjadi manager dan pengurus yang tidak tinggal diam melihat penyalah-gunaan kekuasaan dan kedudukan.
Lihatlah ke sekitar kita, lihat rumah kita sendiri, tetangga kita, gereja kita, kota kita, negera dan pemerintahan kita, kejahatan apa yang membuat kita marah ? Apa yang kita keluhkan, tetapi tidak pernah berbuat sedikitpun untuk membenarkannya ? Dalam doa, lihatlah apa yang diinginkan oleh Roh Kudus untuk kita kerjakan mengenai hal ini.
Cahaya kita, Cahaya Kristus dalam diri kita, harus menyinari dunia. Hanya dengan demikian, semua umat manusia di mana-mana akan melihat Tuhan sebagai sekutu mereka, yang memerangi setiap bentuk kejahatan. Hanya dengan demikian kita akan pecaya, bahwa Yesus menawarkan kehidupan yang utuh.
(Sumber : Majalah Ave Maria)
-       Pekerja di pelabuhan
-       Kisah racun

Tidak ada komentar: